24 April 2023
12:44 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Idulfitri adalah momen perayaan keagamaan bagi umat muslim. Menandai titik baru dari perjalanan spiritual seorang muslim, yaitu kemenangan usai sebulan lamanya melatih diri berpuasa.
Di sisi lain, Idulfitri juga berarti Hari Raya atau Lebaran. Istilah tersebut menandai momen sosial dan kultural, di mana banyak aktivitas sosial dan budaya hadir di dalamnya. Termasuk di Indonesia, di mana Lebaran dirayakan dengan beragam tradisi yang khas dan juga penuh makna.
Berbagai tradisi Lebaran yang ada di Indonesia telah tumbuh sejak lama, dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat. Sebagiannya adalah tradisi yang tak terlepas dari muatan spiritual dan tentunya penuh makna, sebagian lagi merupakan tradisi yang berorientasi keceriaan dan kebersamaan dengan keluarga.
Berikut diurai lima tradisi Lebaran yang penuh makna di Indonesia;
Tak ada lebaran tanpa ketupat. Barangkali hal itu menggambarkan sebagian masyarakat di Indonesia dalam menjalankan Idulfitri. Ketupat biasanya selalu hadir di setiap rumah, menjadi sajian ‘wajib’ bagi setiap kerabat yang datang berkunjung.
Sebab sudah menjadi tradisi turun-temurun, mungkin banyak yang tak lagi memahami apa makna sesungguhnya dari ketupat di hari Lebaran ini.
Dalam filosofi budaya Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ia merupakan kependekan dari “Ngaku Lepat” yang berarti “mengaku salah”.
Kemudian “Laku Papat” yang berarti mengakui kesalahan dengan empat tindakan, yaitu kelalaian dalam ibadah ditindaklanjuti dengan memohon pengampunan; mendekatkan diri kepada fakir miskin, saling bermaafan, serta mencapai hati yang jernih dan suci.
Pada dimensi lain, simpul anyaman ketupat yang bersilang adalah lambang beragamnya dosa manusia, namun di dalamnya ada nasi putih yang mencerminkan kesucian hati setelah memohon pengampunan. Anyaman itu juga bermakna jalinan ukhuwah, serta penguatan jasmani dan rohanu manusia yang saling bersilaturahmi.
Ada banyak lagi lapis makna yang terkandung dalam ketupat. Makna-makna ini menggambarkan batin masyarakat dalam memahami manusia, ajaran agama dan Tuhan.
Baca juga: Kenapa Ada Lontong Jika Sudah Ada Ketupat?
Hari Raya adalah hari besar bagi semua orang, termasuk bagi anak-anak. Tidak hanya identik dengan praktik saling bermaaf-maafan di antara sesama orang dewasa, Lebaran juga berarti ‘THR’ bagi para anak-anak.
Salam tempel adalah pemberian tunjangan hari raya (THR) berupa sejumlah uang dari orang dewasa untuk anak-anak. Sebagaimana dilansir dari laman nu.or.id, salam tempel tak sekadar tradisi, namun memiliki makna penting bagi masyarakat.
Pertama, pemberian salam tempel bagi anak-anak adalah sebuah pelajaran. Dengan mendapatkan uang, diharapkan anak-anak dapat belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan.
Kedua, salam tempel dimaknai sebagai bentuk penghargaan dari orang tua kepada anak, yang telah berusaha menjalankan ibadah saat Ramadan. Dalam hal ini, salam tempel menjadi semacam media memotivasi anak untuk lebih giat beribadah.
Terakhir, salam tempel juga adalah contoh yang tepat tentang sikap berbagi. Dengan melihat orang dewasa berbagi, maka anak pun diharapkan dapat mencontoh, memiliki kepekaan kepada sesama.
Baca juga: Bukan Dari Imlek, Ini Sejarah Asli Salam Tempel Lebaran
Seperti halnya ketupat, Lebaran dalam masyarakat Indonesia juga sepaket dengan berbelanja baju baru. Setiap menjelang Hari Raya, masyarakat selalu beramai-ramai datang ke pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli baju baru.
Sekilas tradisi tersebut terlihat ‘hedon’, bukan? Namun di balik itu, berbelanja baju baru sejatinya juga memiliki makna yang mendalam, menyentuh sisi spiritual masyarakat.
Memakai baju baru di kala Lebaran dipahami sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterima manusia. Pada saat bersamaan, mengenakan baju baru juga dimaknai sebagai sikap mengagungkan hari raya, dan juga mengagungkan para malaikat yang hadir di sekeliling kita di hari kemenangan tersebut.
Baca juga: Tips Dan Trik Pilih Outfit Kece Saat Lebaran
Parsel lebaran juga telah menjadi tradisi yang dijalankan oleh banyak orang di Indonesia. Setiap orang biasanya membagikan bingkisan kepada sanak-saudara yang merayakan Idulfitri. Bingkisan ini bisa berisi apa saja, umumnya berupa makanan dan minuman khas Lebaran.
Nah, parsel ini sendiri memiliki pemaknaan yang dinamis dalam masyarakat. Selain sebagai bentuk silaturahmi serta ungkapan kepedulian kepada sesama atau para kerabat, mengirim parsel bagi sebagian masyarakat juga menjadi semacam ‘pengganti THR’.
Di sisi lain, pemberian parsel saat Lebaran juga merupakan bentuk tradisi baik saling berbagi. Masyarakat yang telah menjalankan puasa sebulan penuh, mencapai momen kemenangan Idulfitri dengan perasaan yang lebih dalam, penuh syukur atas kehidupannya. Parsel dalam hal ini menjadi bentuk dari rasa syukur atas rezeki yang sudah diterima.
Baca juga: Silaturahmi Pendorong Bisnis Hampers Bersemi
Takbiran merupakan tradisi yang berlangsung pada malam terakhir menjelang Idulfitri. Masyarakat biasanya berkeliling dalam iring-iringan kelompok maupun kendaraan, mengumandangkan takbir, membawa obor sembari menabuh bedug dengan meriah.
Takbir pada malam hari raya sunah hukumnya bagi umat muslim. Takbiran ini merupakan bentuk pujian kepada Sang Pencipta.
Namun di Indonesia, praktik takbiran tak sekadar wujud pelaksanaan sunah, atau hanya urusan antara manusia dengan Sang Pencipta. Namun juga memiliki pengertian yang lain bagi masyarakat, yaitu sebagai perekat kebersamaan antara sesama umat muslim.
Pawai-pawai takbiran umum digelar di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini biasanya melibatkan orang tua hingga anak-anak, sehingga semua orang menyatu dalam kegembiraan yang sama dalam menyambut Hari Raya.
Itulah lima tradisi khas Lebaran yang penuh makna, yang populer dan telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat muslim di Indonesia. Adakah Sobat Valid menjalankan tradisi serupa?