c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

10 Mei 2022

20:58 WIB

Silaturahmi Pendorong Bisnis Hampers Bersemi

Penjualan hampers justru menguat di kala pandemi. Niat masyarakat memperkuat silaturahmi saat Ramadan dan Idulfitri mendongkrak permintaan.

Penulis: Fitriana Monica Sari, Khairul Kahfi, Wiwie Heriyani

Editor: Fin Harini

Silaturahmi Pendorong Bisnis <i>Hampers</i> Bersemi
Silaturahmi Pendorong Bisnis <i>Hampers</i> Bersemi
Hampers Idulftri. Shutterstock/dok

JAKARTA – Ramadan dan Hari Raya Idulfitri membawa keberkahan buat banyak orang. Tidak terkecuali pedagang hampers, atau yang dahulu dikenal dengan parsel. Di momen ini, para pedagang bisa mengisi pundi-pundi lebih dari hari-hari biasanya.

Berbagi kebahagiaan di Hari Kemenangan jadi alasan di balik moncernya bisnis parsel saat Lebaran. Apalagi, kini isi parsel lebih beragam. Pengirim bisa menyesuaikan dengan kebutuhan atau kegemaran si penerima.

Jika dulu parsel Lebaran jamak berisi aneka makanan kalengan, kue kering, buah-buahan hingga pecah belah, kini isi berubah. Penyebutan hantaran yang kekinian menjadi hampers menjadi legitimasi apa saja bisa di dalam bingkisan.

Ada hijab lengkap dengan aksesorisnya, aneka produk perawatan diri, lilin aroma therapy yang menenangkan atau menambah semangat, hingga logam mulia. Bahkan, alat pertukangan juga ada dijadikan isi hampers. 

Nadia Rae, seorang karyawati di perusahaan pelat merah pun tak ingin ketinggalan. Di momen Idulfitri, Nadia yang beragama Nasrani mengirimkan beberapa bingkisan untuk para bestie di lingkungan kerja maupun sahabat sejak masa sekolah. 

“Rata-rata makanan sih, tapi ada temen yang aku kirimin skincare biar makin glowing,” ujarnya kepada Validnews, Sabtu (7/5) sambil berseloroh.  

Baginya, ikut berkirim hampers karena ingin ikut menyemarakkan suasana Lebaran para kolega dan sahabat. Karena itu, ia tak sayang merogoh kocek hingga hampir Rp1 juta untuk keperluan berbelanja hampers berikut ongkos kirimnya. 

Banyak yang mengirim, banyak pula yang membuatnya. Niatan berbagi membuat peluang untuk berbisnis hampers meluas. Tak sedikit pula yang ingin ikut mencicip laba dari kebiasaan itu. Sebut saja Meinar Syarifah, pemilik usaha Tifahampers yang ikut memanfaatkan momen hari raya. 

Untuk menyediakan berbagai macam parsel tersebut, Meinar tidak main-main. Ia sampai harus meriset produk parsel apa saja yang sedang laris dijual. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat tren di media sosial.

Saat Hari Raya Idulfitri, ia mendapatkan pesanan 300 parsel Lebaran di tengah-tengah kesibukannya sebagai pegawai di instansi publik di kota Tangerang.

Hampers terlaris selama berbisnis, yang pertama hampers Lebaran. Karena, di momen Lebaran saya bisa proses hampers seorang diri di tengah-tengah kesibukan bekerja menjadi karyawati di instansi publik sampai dengan 300 hampers,” katanya kepada Validnews di Jakarta, Senin (9/5).

Perempuan berumur 40 tahun itu mengungkapkan ada yang berbeda di Lebaran tahun ini. Selain parsel isian kue, yang berisi mug, sajadah, hingga tasbih menjadi yang paling banyak dipesan.

Pada hari-hari biasa, Tifahampers dapat membuat berbagai macam hampers dengan berbagai macam isian. Parsel logam mulia, snack, hingga uang yang dikreasikan sedemikian rupa menjadi best seller.

Ia memprediksi, parsel dengan isian logam mulia akan menjadi tren berikutnya. Pasalnya, logam mulia dirasa sangat bermanfaat untuk berinvestasi dan cocok untuk segala momen.

“Yang kedua hampers uang atau snack yang bisa masuk ke segala moment dan masuk ke segala usia dan yang pasti akan membuat para penerima hampers jadi super happy,” imbuh pemilik akun Instagram @Tifahampers ini.

Lain hal dengan Siti Mardyanah, penjual parsel dengan merek dagang Gifttale. Parsel buatannya lebih dominan berisi mug dan tumbler. Ia mengungkapkan, omzet saat Lebaran dapat naik hingga 37% dari bulan-bulan sebelumnya.

Saking banyaknya orderan, ia mengaku sempat kewalahan menyiapkan pesanan karena hanya dibantu satu orang saja. “Jadi pengerjaannya agak lama saja dari biasanya. Biasanya bisa h+1, tapi beberapa orderan ada yang dikirim h+2 setelah dipesan,” ujarnya saat bercerita kepada Validnews di Jakarta, Senin (9/5).

Pada saat Lebaran kemarin, ia mendapatkan 450 lebih pesanan parsel. Pengirimannya pun hingga ke Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Padahal, ia hanya memanfaatkan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Moselo untuk menawarkan dagangan.

Parsel yang dijual perempuan berumur 23 tahun ini, terbilang unik. Mug dan tumbler yang dipesan dapat di-custom dengan menggunakan nama pribadi, quotes, dan lain-lain. Hal ini yang membuat pengerjaan memakan waktu dan harus lebih teliti.

Peningkatan penjualan juga dicatat oleh Tokopedia. Ekhei Chandra Wijaya, Head of External Communications Tokopedia menyebutkan penjualan parsel atau hampers Ramadan dan Lebaran di Tokopedia mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. 

“Menurut data internal kami, terjadi peningkatan penjualan parsel atau hampers Ramadan dan Lebaran di Tokopedia sebesar lebih dari 7 kali lipat pada periode Ramadan 2022 dibandingkan dengan Ramadan 2020,” ujarnya kepada Validnews, Selasa (10/5). 

Adapun produk-produk, seperti kue kering, cokelat, mangkok makanan, buah, dan lilin aroma terapi, menjadi produk parsel atau hampers pilihan masyarakat selama periode Ramadan 2022.

Melihat animo masyarakat yang tinggi tersebut, Tokopedia menggelar kampanye Parsel Ramadan. Lewat kampanye ini, masyarakat bisa mendapatkan berbagai macam parsel dari para pegiat usaha, khususnya UMKM lokal, dengan lebih mudah dan terjangkau mulai dari Rp50 ribu. 

Ekhei melihat dampak signifikan kepada para pegiat usaha lokal pembuat parsel yang bergabung pada kampanye ini. “Contohnya Pipiltin Cocoa yang mengalami kenaikan transaksi sebanyak hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan sebelum Ramadan,” imbuhnya.

Didominasi Kue Kering
Ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia (APPI) Fahira Idris mengamini beberapa tahun belakangan ini, parsel sudah berinovasi dengan isian yang unik. Belakangan, produsen make up atau skincare sengaja membuat parsel berisi berbagai produk kecantikan ini. Biasanya, parsel jenis ini diminati perempuan yang menjadikan parsel sebagai hadiah untuk kolega atau saudara perempuannya.

Ada juga produsen handuk yang juga menyiapkan parsel berbagai jenis handuk dan dijadikan parsel. Ataupun parsel berisi berbagai peralatan dapur.

Namun, ia menilai, penjualan parsel Lebaran 2022 masih didominasi aneka kue,  cokelat,  minuman dan makanan ringan, hingga buah-buahan.

Lebih lanjut, Fahira menuturkan faktor manfaat dan harga masih menjadi pertimbangan utama masyarakat membeli parsel. Menurutnya, masyarakat masih ingin mengirim parsel yang bisa dinikmati seperti makanan dan bisa dimanfaatkan seperti barang.

“Jadi kalau tren di masyarakat masih tetap sama seperti yang sudah-sudah yaitu parsel makanan dan non-makanan,” urai Fahira kepada Validnews di Jakarta, Kamis (28/4).

Ia mengamati, ada fenomena yang cukup menarik. Industri parsel malah lebih semarak di dalam masa pandemi seperti ini. Banyaknya warga yang masih membatasi intensitas pertemuan dengan orang lain, menjadi celah larisnya bisnis bingkisan.

“Bahkan dari amatan saya selama pandemi pembelian hampers justru mengalami kenaikan karena banyak orang yang mengirimkan hampers sebagai pengganti silaturahmi akibat tahun ini Lebaran masih dalam situasi pandemi,” imbuhnya.

Di sisi lain, dia menilai harga takkalah penting dalam menentukan larisnya parsel. “Artinya masyarakat memilih parsel yang harganya terjangkau tetapi isinya bermanfaat. Jika harga terjangkau maka kita bisa mengirim parsel ke lebih banyak orang,” ujarnya.

Lain halnya dengan Pengamat Bisnis Kafi Kurnia. Sebaliknya, dia menilai bisnis ini sudah mulai menurun karena adanya larangan buat pejabat publik menerima bingkisan. Padahal, dahulu perputaran dari bisnis parsel bisa mencapai miliaran rupiah.

Menurutnya, sentimen gratifikasi ini harus lebih diperhatikan agar industri parsel dapat lebih berkembang ke depannya.

“Pernah ada cerita, ada pengusaha ngasih lemari es kecil ternyata pas dibuka isinya duit semua, jadi akhirnya kemudian instansi pemerintah dan perusahaan untuk melarang mengirim parsel Lebaran karena ini dianggap menjadi kebiasaan gratifikasi,” katanya kepada Validnews di Jakarta, Jumat (6/5).

Yang terjadi kini, hantaran parsel lebaran justru ramai di kalangan keluarga. Masyarakat umum dinilai masih membutuhkan parsel Lebaran untuk dijadikan hantaran saat bersilaturahmi.

“Jadi sekarang sih ada pergeseran target dan perilaku, apakah ini akan terus? Ya pasti, akan berubah terus jadi inovasi baru, karena sama seperti di Jepang, di Indonesia ada budaya yang namanya budaya oleh-oleh atau buah tangan, jadi udah biasa. Kalau gak kasih oleh-oleh kayaknya gak enak perasaannya,” imbuhnya.

Potensi Parsel Non-Makanan?
Selaku pebisnis, Fahira optimistis bisnis parsel akan terus menggeliat meskipun ekonomi sedang lesu. Ia yakin bisnis persel ini bukan sekadar bisnis musiman. Ia menambahkan, bisnis parsel di luar produk makanan pun juga mempunyai prospek yang baik ke depannya. Orang Indonesia terbiasa memberikan hadiah kepada orang lain. Makanan masih dinilainya dominan disukai.

Dengan fenomena digitalisasi yang semakin berkembang saat ini, penjual parsel juga disebut sudah memanfaatkan berbagai platform digital yang ada. Berbisnis parsel lewat platform online, dinilainya merupakan strategi yang cerdas karena dapat menjangkau pasar yang lebih luas lagi.

Di sisi lain, Kafi mengamini secara tak langsung. Kekurangan parsel non-makanan terletak pada nominal parselnya. Semakin kecil nominal yang akan dibelanjakan, semakin terbatas pula produk yang akan dijadikan parsel.

Sebaliknya, jika nominal yang ditetapkan untuk parsel non-makanan semakin besar, semakin leluasa juga pemilihan produk untuk dijadikan parsel tersebut. “Kalau menurut saya, jadi tergantung dari nilai nominal berapa maunya,” ujarnya.

Tips Parsel Laris Manis
Dari banyak hal yang mengemuka soal bisnis ini, Fahira mengurai tips buat yang ingin nyemplung ke sektor ini. Sebelum berbisnis parsel, calon penjual harus memahami situasi dan kondisi di masyarakat dengan melakukan survei pasar.

Misalnya saja, saat ini karena masih pandemi, calon penjual bisa menawarkan parsel; yang berisi starter kit yang berhubungan dengan protokol kesehatan seperti hand sanitizer, tissue basah, sajadah kecil, sabun cair, hingga masker.

Setelah melakukan survei pasar, calon penjual harus menetapkan bagaimana konsep bisnis yang ingin diusung. Seperti ingin jualan online, hybrid atau bahkan membuka toko.

Setelah itu, karena bisnis parsel ini membutuhkan barang baku, maka calon penjual harus mencari pemasok yang tepat, baik dari kemasan parsel maupun produk yang ada di dalam parsel.

Supplier yang tepat itu maksudnya profesional, produknya berkualitas, terlebih makanan harus diperhatikan kedaluarsanya masih lama dan bisa memberi harga yang miring atau lebih murah,” ucap Fahira.

Kemudian, yang tidak kalah penting ialah teknik marketing dan promosi. Ia mengatakan, dalam mendeskripsikan produk terutama melalui online, upayakan menggunakan pendekatan storytelling.

Misalnya, cerita alasan kenapa produk parsel yang dijual berisi alat-alat kebersihan karena masih pandemi dan lain sebagainya. Promosi misalnya potongan ongkos kirim dan lainnya juga penting.

“Terakhir yang juga harus mendapat perhatian adalah harga parsel kita. Harga parsel ini didasarkan target pasar yang kita bidik. Jika untuk masyarakat kebanyakan maka pastikan harganya terjangkau,” pungkas Fahira.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar