30 April 2022
15:03 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Perayaan Hari Raya Idulfitri tidak hanya identik dengan tradisi sungkeman kepada orang tua, namun juga tradisi memberikan angpao atau salam tempel kepada anak-anak atau keponakan.
Umumnya salam tempel ini diberikan oleh paman atau tante yang sudah memiliki penghasilan kepada keponakan yang masih kecil. Banyak yang menduga bahwa memberi salam tempel ini merupakan adopsi dari tradisi pemberian angpo saat perayaan Imlek.
Namun, sebenarnya tradisi memberikan salam tempel ini sudah sejak lama ada dalam perayaan Hari Raya Idulfitri.
Dikutip dari Cashmatters, tradisi ini dimulai pada awal abad pertengahan, ketika Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara mulai membagikan uang, pakaian atau permen kepada orang-orang pada hari pertama Idulfitri.
Kemudian, semakin lama tradisi ini hanya cukup dengan memberikan lembaran uang baru yang dimasukan ke dalam amplop menyerupai tradisi pemberian angpao. Dari sinilah muncul anggapan bahwa tradisi salam tempel mengadopsi angpao pada perayaan Imlek.
Namun, secara garis besar pemberian salam tempel ini adalah bentuk hadiah untuk anak-anak, sekaligus memberikan makna dan tradisi yang menyenangkan saat tiba hari raya. Karena itulah tradisi salam tempel yang identik dengan lembaran uang baru memang sangat dinantikan khususnya para anak-anak.
Selain itu, salam tempel juga lebih bermakna ketika diberikan kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu sebagai bentuk menyebarkan kegembiraan Hari Raya Idulfitri. Hal ini untuk menanamkan pemahaman kepada anak untuk bisa berbagi.
Pada Kekhalifahan Fatimiyah saat itu, memberikan salam tempel juga sebagai bentuk ajaran kepada anak-anak tentang pentingnya zakat yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Di mana zakat adakah kewajiban untuk menyumbangkan sebagian dari kekayaan untuk amal sebagai simbol pemurnian diri.