c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

25 April 2023

10:38 WIB

Sejarah Dan Makna Di Balik Sepotong Ketupat Lebaran

Sejarah ketupat ternyata bisa ditarik mundur jauh ke masa lalu di mana keberadaan makanan khas ini berkaitan dengan alam spiritual dan pikiran masyarakat Nusantara.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Rendi Widodo

Sejarah Dan Makna Di Balik Sepotong Ketupat Lebaran
Sejarah Dan Makna Di Balik Sepotong Ketupat Lebaran
Ketupat dengan lontong yang biasa disajikan saat Hari Raya Idulfitri. Shutterstock/Pic perfek

JAKARTA - Ketupat sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran atau Idulfitri di Indonesia. Momen Hari Raya ini akan dirasa kurang sempurna jika tanpa ketupat, di mana hampir setiap rumah, terutama di Jawa, menyediakan ketupat.

Sebagai salah satu menu khas Lebaran, ketupat biasanya disantap dengan lauk atau pendamping seperti opor, sambal goreng, sate dan sebagainya. Berbeda-beda daerah, berbeda-beda pula ‘gaya’ dalam menikmati ketupat kala Lebaran.

Penyajian ketupat di hari Lebaran sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak dahulu kala. Sejarahnya bisa ditarik hingga ke masa yang jauh. 

Selain itu, eksistensinya bukan sekadar sebagai makanan, melainkan juga memiliki makna-makna yang berkaitan dengan alam spiritual dan pikiran masyarakat Nusantara.

Sejarah Ketupat

Ahli sejarah asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf dalam bukunya Malay Annual mencatat bahwa sejarah ketupat pertama kali muncul di masa Kerajaan Demak abad ke 15. Yang memperkenalkan ketupat sebagai tradisi bernuansa Islami yaitu Sunan Kalijaga.

Pada masa itu, masyarakat sudah mengenal ketupat yang biasanya digantungkan di depan pintu rumah dan dipercaya akan mendatangkan keuntungan. 

Sunan Kalijaga mengubah kecenderungan klenik tersebut dengan menjadikan ketupat sebagai sajian yang bernuansa Islami, dan disajikan saat hari-hari besar tiba.

Dari situlah, ketupat kemudian terus disajikan oleh masyarakat Nusantara dalam menyambut hari besar, termasuk Idulfitri. Tradisi ini dijalankan turun temurun, dan kini telah menjadi ikon untuk perayaan Idulfitri setiap tahunnya.

Sebagai suatu tradisi yang dijalankan sejak lama, eksistensi ketupat lebaran juga sarat akan makna- Ketupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari “Ngaku Lepat”, yang artinya mengakui kesalahan. Selain itu, ketupat juga kependekan dari “Laku Papat”, yang bermakna empat tindakan untuk mengakui kesalahan, di momen lebaran.

Empat tindakan yang dimaksud yaitu, memohon pengampunan; mendekatkan diri kepada fakir miskin, saling bermaafan, serta mencapai hati yang jernih dan suci.

Pada dimensi lain, simpul anyaman ketupat yang bersilang adalah lambang beragamnya dosa manusia, namun di dalamnya ada nasi putih yang mencerminkan kesucian hati setelah memohon pengampunan. Anyaman itu juga bermakna jalinan ukhuwah, serta penguatan jasmani dan rohani manusia yang saling bersilaturahmi.

Ada banyak lagi lapis makna yang terkandung dalam ketupat. Makna-makna ini menggambarkan batin masyarakat, mencerminkan filosofi masyarakat Jawa yang kuat.

Baca juga: Kenapa Ada Lontong Jika Sudah Ada Ketupat?

Makna Bentuk hingga Bahan-Bahan Ketupat

Bentuk ketupat, itupun melambangkan Kiblat Papat Limo Pancer. sisi ketupat yaitu perlambang keseimbangan alam dalam empat arah mata angin, yaitu timur, selatan, barat dan utara. Dan di antara empat arah mata angin itu, hanya ada satu arah kiblat atau pusat. Arti keseluruhannya yaitu petuah, bahwa kemanapun manusia melangkah, ia hendaknya tak lupa untuk menyembah Sang Pencipta.

Guru besar dan ketua STAIN Bengkalis, Samsul Nizar dalam uraiannya di laman resmi Kampus Melayu menjelaskan, empat sisi ketupat juga diasumsikan sebagai empat macam nafsu yang dimiliki manusia, yaitu amarah, cela, nafsu duniawi, dan nafsu akan kebaikan. Keempat nafsu tersebut dikelola melalui ibadah puasa yang telah dijalankan sebulan penuh selama Ramadan.

Bahan utama ketupat yaitu nasi dan daun kelapa muda. Kedua bahan tersebut memiliki makna sebagai peringatan agar manusia tak lupa awal dan akhir penciptaannya yang akan kembali ke tanah.

Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan daun kelapa muda berarti hati nurani. Dengan demikian, ketupat menggambarkan nafsu dan hati nurani setiap manusia yang tampil dalam wujud perilaku diri, yang harus dikelola dengan baik.

Lalu dalam proses pembuatannya, ketupat dimasak dengan direbus dalam air yang mendidih, di atas api yang menyala. Ini juga sebuah perlambang, tentang tujuan pelaksanaan puasa yang benar akan mampu meluruhkan dosa manusia.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa ketupat yang hadir di momen Lebaran, bukanlah sekadar menu sajian untuk disantap. Ada makna yang dalam, mewakili pemikiran dan harapan masyarakat tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan sesama, dengan alam serta Sang Pencipta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar