02 April 2025
12:00 WIB
Trump Akan Lanjut Terapkan Tarif Baru Di Tengah Kegelisan Perang Dagang Dunia
Presiden Donald Trump akan mengenakan tarif dagang baru AS pada Rabu (2/4). Tarif timbal balik pada negara-negara yang mengenakan bea pada barang-barang AS akan berlaku segera.
Editor: Khairul Kahfi
Presiden ke-45 Amerika Serikat Donald J Trump. Instagram/@realdonaldtrump
WASHINGTON - Gedung Putih AS mengonfirmasi, Presiden Donald Trump akan mengenakan tarif dagang baru pada Rabu (2/4) waktu setempat. Meski demikian, belum ada rincian tentang ukuran dan ruang lingkup hambatan perdagangan yang membuat para pelaku bisnis, konsumen, dan investor khawatir tentang meningkatnya perang perdagangan global.
Selama berminggu-minggu Trump telah mencanangkan 2 April sebagai 'Hari Pembebasan' yang akan memberlakukan bea masuk baru yang dramatis dan dapat mengubah sistem perdagangan global. Pengumuman di White House Rose Garden ini dijadwalkan pada pukul 16.00 Waktu Bagian Timur (20.00 GMT), atau sekitar 4 April 2025 pukul 03:00 WIB .
"Tarif timbal balik pada negara-negara yang mengenakan bea pada barang-barang AS akan berlaku segera setelah Trump mengumumkannya, sementara tarif 25% pada impor mobil akan berlaku pada tanggal 3 April," jelas Juru bicara Gedung Putih AS Karoline Leavitt melansir Reuters, Jakarta, Rabu (2/4).
Baca Juga: CIPS: Indonesia Perlu Navigasi Ketidakpastian Kebijakan Dagang AS
Sementara itu, Menkeu AS Scott Bessent mengatakan kepada anggota DPR dari Partai Republik, bahwa tarif timbal balik yang akan diumumkan Trump merupakan 'batasan' tingkat tarif AS tertinggi yang akan dihadapi negara-negara, dan dapat diturunkan jika mereka memenuhi tuntutan pemerintah.
Sebagai pengingat, Presiden AS Trump telah mengenakan tarif pada impor aluminium dan baja serta telah meningkatkan bea masuk pada semua barang dari China. Namun, dia juga berulang kali mengancam akan mengenakan tarif lain, tetapi kemudian membatalkan atau menundanya.
Adapun, pengumuman Jubir Leavitt juga mengindikasikan bahwa Trump berencana untuk terus maju kali ini terkait penerapan kebijakan tarif dagang.
"Presiden (Trump) memiliki tim penasihat yang brilian yang telah mempelajari isu-isu ini selama beberapa dekade, dan kami berfokus untuk memulihkan zaman keemasan Amerika," sambung Leavitt dalam sesi jumpa pers.
Tekad penerapan kebijakan tarif dagang Trump yang kuat muncul di tengah meningkatnya indikasi ketidakpastian luas yang ditimbulkan oleh fokusnya tersebut. Kondisi ini juga diyakini telah mengikis kepercayaan investor, konsumen, dan bisnis dengan cara memperlambat aktivitas ekonomi dan menaikkan harga.
Ekonom di Federal Reserve Bank of Atlanta mengatakan, survei terbaru menunjukkan, para kepala keuangan perusahaan memperkirakan tarif akan mendorong harga lebih tinggi tahun ini sambil memangkas perekrutan dan pertumbuhan.
Rincian pasti tentang tarif dagang baru yang akan Trump ungkapkan pada Rabu (3/4) masih belum jelas. Menurut Washington Post, kabinet AS sedang mempertimbangkan rencana yang akan menaikkan bea masuk atas produk sekitar 20% dari hampir setiap negara, alih-alih menargetkan negara atau produk tertentu.
Baca Juga: Rupiah Melemah Didorong Kekhawatiran Risiko Perang Dagang
Pemerintah AS mengantisipasi bea masuk baru tersebut dapat meningkatkan pendapatan lebih dari US$6 triliun yang dapat dikirimkan kepada warga AS sebagai potongan harga.
Sementara itu, Wall Street Journal melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui diskusi tersebut, Kemendag AS (US Trade Representative/USTR) sedang mempersiapkan opsi untuk tarif menyeluruh pada sebagian negara yang kemungkinan tidak akan setinggi opsi tarif universal 20%.
Seorang staf Gedung Putih mengatakan, laporan apa pun menjelang acara besok adalah 'spekulasi belaka'. Meski begitu, tindakan Trump telah meningkatkan ketegangan dengan mitra dagang terbesar Negeri Paman Sam.
Balasan Negara Lain
Misalnya, Kanada yang telah berjanji untuk meladeni itu dengan tarifnya sendiri. "Kami tidak akan merugikan produsen dan pekerja Kanada dibandingkan dengan pekerja Amerika," kata Perdana Menteri Kanada Mark Carney di Winnipeg, Selasa (1/4).
Kemudian, Carney dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum juga telah berbicara tentang rencana Kanada untuk melawan tindakan perdagangan oleh AS yang tidak dapat dibenarkan.
"Dengan masa-masa penuh tantangan yang akan datang, Perdana Menteri Carney dan Presiden Sheinbaum menekankan pentingnya menjaga daya saing (wilayah) Amerika Utara, sambil menghormati kedaulatan masing-masing negara," kata kantor Carney dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: AS-China Memanas, DEN: RI Harus Segera Manfaatkan Peran Rantai Suplai Global
Di samping itu, perusahaan-perusahaan AS mengonfirmasi, gerakan 'Beli Produk Kanada' kini makin mempersulit produk-produk mereka untuk mencapai rak-rak di Negara Daun Maple itu.
Di samping itu, negara lain juga mengancam akan mengambil tindakan balasan, bahkan ketika mereka berupaya membuat kesepakatan dengan Gedung Putih untuk mencegah tarif.
Namun, masih tidak jelas apakah upaya tersebut akan berhasil pada Rabu (3/4). Kendati harapannya, upaya tersebut akan membuat Trump 'mundur' menerapkan kebijakan tarif dagang baru dalam beberapa minggu mendatang.
Trump berpendapat, pekerja dan produsen AS telah dirugikan selama beberapa dekade terakhir oleh kesepakatan perdagangan bebas yang telah menurunkan hambatan perdagangan global dan memicu pertumbuhan pasar AS senilai US$3 triliun untuk barang impor.
Ledakan impor tersebut disertai dengan apa yang Trump lihat sebagai sisi negatif yang mencolok, perdagangan yang sangat tidak seimbang antara AS dan dunia, dengan defisit perdagangan barang yang melebihi US$1,2 triliun.
Para ekonom memperingatkan, solusi tarif dagang tinggi Trump akan menaikkan harga di dalam dan luar negeri, sekaligus menghantam ekonomi global. Menurut Laboratorium Anggaran Universitas Yale, tarif sebesar 20% di atas tarif yang sudah dikenakan akan membebani rumah tangga AS rata-rata setidaknya US$3.400.
Baca Juga: Ada Perang Dagang, Airlangga Optimis Perdagangan Indonesia Positif
Tanda-tanda itu sudah mulai muncul, dengan ekonomi AS tengah kehilangan momentum, sebagian karena ketidakpastian yang dipicu oleh pendekatan Trump yang dinilai serampangan terhadap pembuatan kebijakan ekonomi.
Sejumlah survei bisnis dan rumah tangga menunjukkan penurunan keyakinan terhadap prospek ekonomi, yang khawatir bahwa tarif Trump akan menyebabkan inflasi kembali meningkat.
Investor yang gelisah telah menjual saham secara agresif selama lebih dari sebulan, sehingga nilai saham AS turun hampir US$5 triliun sejak pertengahan Februari. Wall Street berakhir beragam pada Selasa (1/4), dengan investor yang terjebak dalam ketidakpastian menunggu rincian pengumuman Trump pada hari Rabu (2/3).