21 Februari 2025
09:14 WIB
Ada Perang Dagang, Airlangga Optimis Perdagangan Indonesia Positif
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim perdagangan internasional Indonesia tetap aman meski ada perang dagang.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/1/2025). AntaraFoto/Dhemas Reviyanto
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China, maupun negara lainnya seperti Meksiko dan Kanada, sejauh ini tidak mengganggu Indonesia. Oleh karena itu, ia mengaku masih optimis dengan perdagangan Indonesia ke depannya.
"Kalau kita lihat dari perkembangan yang ada, masalah trade (perdagangan) ini relatif belum terjadi disrupsi sampai dengan saat ini," ungkap Airlangga usai menghadiri PeluncuranTrade Expo Indonesia (TEI) ke 40 di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (20/2).
Begitupun ketegangan perdagangan antara AS dan Eropa, Airlangga menilai hal tersebut tidak berpengaruh terhadap perdagangan Indonesia. Meski begitu, sampai saat ini perdagangan Indonesia ke AS masih dikenakan tarif sekitar 10%.
Baca Juga: China Sumbang Defisit Terbesar Neraca Dagang RI, Imbas Perang Dagang Dengan AS?
"Jadi kita tetap kena 10-20% karena kita belum ada free trade agreement (FTA)," lanjut Airlangga.
Dengan kondisi Indonesia yang masih tak terganggu oleh polemik perdagangan negara-negara lain, Airlangga meminta agar seluruh pelaku usaha tetap optimis.
"Sehingga dengan demikian diharapkan kita tetap optimis dengan perdagangan kita. Dan kita juga memiliki resiliensi terhadap perdagangan Indonesia," tegas Airlangga.
Sebelumnya dari catatan Validnews, hal serupa juga disampaikan oleh Profesor Ekonomi Politik Internasional Harvard Kennedy Shcool, Dani Rodrik. Ia mengungkapkan kondisi pemerintahan dan kebijakan ekonomi AS tidak perlu dikhawatirkan, terutama negara berkembang seperti Indonesia.
Baca Juga: AS-China Memanas, DEN: RI Harus Segera Manfaatkan Peran Rantai Suplai Global
Ia justru mengingatkan agar Indonesia fokus pada kebijakan dalam negeri, karena 80% kondisi dalam negeri ditentukan oleh kebijakan domestik.
"Pesan saya untuk para pengambil kebijakan dan pemikir seperti Indonesia, jangan terlalu khawatir atau ambil sikap dengan hati-hati. Jangan terganggu dengan apa yang terjadi di AS dan volatilitas pertumbuhan ekonominya. Perhatikan apa yang terjadi di dalam negeri terkait dengan strategi domestik Anda yang bisa membangun basis pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dengan apapun yang terjadi di AS," kata Dani dalam pemaparannya di Mandiri Investment Forum (MIF) 2025 dipantau secara daring, Selasa (11/2).