c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

12 Februari 2025

11:28 WIB

AS-China Memanas, DEN: RI Harus Segera Manfaatkan Peran Rantai Suplai Global

DEN mengimbau pemerintah Indonesia segera menata kebijakan perekonomian domestik untuk mengambil peran rantai suplai global. RI mesti mengoptimalisasi peluang ekonomi dari perang dagang AS-China.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<div dir="auto" id="isPasted">AS-China Memanas, DEN: RI Harus Segera Manfaatkan Peran Rantai Suplai Global</div>
<div dir="auto" id="isPasted">AS-China Memanas, DEN: RI Harus Segera Manfaatkan Peran Rantai Suplai Global</div>
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu dalam kegiatan Mandiri Investment Forum 2025 (MIF) di Jakarta, Selasa (11/2/2025). Antara/Imamatul Silfia

JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) RI Mari Elka Pangestu menilai, Indonesia berpeluang mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif di tengah kebijakan AS yang semakin ketat. Adapun peluang ini dipicu oleh kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang agresif.

Sebagai info, Presiden AS Donald J Trump langsung menerapkan kebijakan yang memicu perang dagang dengan beberapa negara seperti China dan Meksiko. Dia mengingatkan, situasi ini berkemungkinan membuka relokasi investasi baik dari kedua negara ini maupun negara mitranya.

Salah satu negara yang berpotensi akan alami relokasi investasi imbas perang dagang AS-China adalah Vietnam. Asal tahu, China merupakan mitra dagang terbesar Vietnam sekaligus menjadi kebutuhan sektor manufaktur di negara tersebut via investasi.

Situasi sulit itu pun akan disinyalir bakal dialami juga oleh Meksiko. Sehingga negara-negara ini berpotensi mengalami defisit perdagangan.

"Akan lebih banyak negara seperti Vietnam yang akan mengalami defisit perdagangan sebesar 10%," ucap Mari dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Jakarta, Selasa (11/2). 

Baca Juga: Indonesia Bisa Contek Vietnam Antisipasi Perang Dagang AS-China Selanjutnya

Seperti diketahui, meski masih wacana, AS dikabarkan akan mengenakan tarif impor sebesar 60% untuk produk yang datang dari China dan 10% dari negara lainnya. Selain itu, ada rencana terkait pengaturan imigrasi yang berpotensi mendeportasi sebanyak 3,8 juta imigran dari AS ke negara mereka masing-masing. 

Dengan situasi ini, Mari melihat adanya peluang positif bagi ekonomi Indonesia dari dampak yang ditimbulkan. 

"Ini akan berdampak pada The Fed, AS dengan China juga akan alami inflasi yang lebih tinggi. Tapi negara-negara yang terdampak dari kondisi ini seperti Indonesia dan Vietnam akan melihat adanya pertumbuhan positif," ungkapnya. 

Mengoptimalisasi potensi relokasi investasi, Mari pun mengimbau pemerintah agar bisa bergegas menata iklim investasi di dalam negeri. Iklim investasi tersebut, menurutnya, dapat dibenahi dari pemberian kepastian bagi investor, efisiensi perizinan, dan peningkatan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM).

"Agenda sektor reformasi memang tidak mudah, tapi bisa dimulai dari saat ini. Bagaimana kita bisa menarik rantai suplai (supply chain). Jadi ini bukan hanya tentang menarik investasi, tapi menarik rantai suplai," lanjutnya. 

Baca Juga: Kemendag Minta RI Diversifikasi Produk, Antisipasi AS Naikkan Tarif Impor

Rantai suplai bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. Selanjutnya terkait perdagangann luar negeri, dia juga menganjurkan, agar pemerintah mulai mendiversifikasi mitra perdagangan di tengah kondisi global yang mulai tersegmentasi.

Mengutip laporan IMF, tambahnya, negara yang bersekutu atau beraliansi dengan negara yang memiliki pandangan politik yang sama, justru tidak meningkatkan perekonomian.

Sejauh ini, upaya diversifikasi mitra dagang oleh Indonesia sudah mulai dilakukan. Salah satunya, dengan menjalin perjanjian dagang dengan wilayah kawasan lain, seperti Uni Eropa. 

"Kita berada di jalur yang tepat dan itulah kebijakan Indonesia yang ingin bersahabat dengan semua pihak agar ada diversifikasi mitra dagang. Jangan membiarkan apa yang dilakukan AS dalam mengubah tatanan ini (perekonomian global) menganggu kita. Kita lakukan yang seharusnya bisa dilakukan dengan negara lain," jelasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar