c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

03 November 2025

12:23 WIB

Ekonom Antisipasi PDB Kuartal III Tumbuh Kontroversial Lagi

Perbedaan antara proyeksi pemerintah dan dengan konsensus ekonom jadi alasan utama pengumuman pertumbuhan ekonomi di kuartal III pada 5 November 2025 akan kembali menuai kontroversi.

Penulis: Siti Nur Arifa

<p>Ekonom Antisipasi PDB Kuartal III Tumbuh Kontroversial Lagi</p>
<p>Ekonom Antisipasi PDB Kuartal III Tumbuh Kontroversial Lagi</p>

Ilustrasi - Kendaraan melaju di antara gedung bertingkat di kawasan Pancoran, Jakarta, Sabtu (20/3/2021). Antara Foto/M Risyal Hidayat

JAKARTA - Ekonom Bright Institute Awalil Rizky mengantisipasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2025 akan kembali menuai kontroversi seperti kuartal sebelumnya.

Prediksi tersebut disebabkan oleh perbedaan signifikan antara hitungan pemerintah melalui BPS yang memberi sinyal bahwa ekonomi kuartal III/2025 akan tumbuh di atas 5%, jauh melampaui konsensus yang dilakukan kalangan ekonom.

"(Menkeu) Purbaya telah memberi bocoran setelah bertemu dengan pimpinan BPS dengan mengatakan akan tumbuh di atas 5%... Sementara itu, konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg menyebut pertumbuhan hanya akan 4,8%," ujar Awalil dalam pernyataan tertulis, Jakarta, dikutip Senin (3/11).

Baca Juga: Prasasti Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Di Kisaran 5%

Sebagai catatan, BPS dijadwalkan akan merilis hasil perhitungan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga pada 5 November mendatang.

Selain BPS, Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu sebelumnya juga telah mengemukakan bahwa pertumbuhan akan berada di kisaran 5,0-5,1% pada awal Oktober lalu.

Industri Pengolahan 'Ditingkatkan'
Dalam pernyataan resmi, mengacu pada data BPS tentang Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi kuartal II, Indonesia berhasil tumbuh hingga 5,12% (yoy). Namun, Awalil memproyeksi dan menggarisbawahi, faktor musiman akan membuat pertumbuhan PDB kuartal III 'mentok' di kisaran 5,02% (yoy).

"Pertumbuhan kuartal III memang selalu lebih rendah dibanding kuartal II pada tahun bersangkutan," jelas Awalil.

Lebih lanjut, dia juga memperkirakan, pertumbuhan ekonomi secara kuartalan berkisar 1,50% (qtq) atau mirip dengan tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan secara kumulatif selama tiga kuartal akan mencapai kisaran 5,03% (ctc). 

Baca Juga: Likuiditas Stabil, UOB Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Kuat!

Secara sektoral, Awalil menduga, sektor industri pengolahan akan 'disajikan' meningkat signifikan sebagaimana yang terjadi pada kuartal lalu, dengan pertumbuhannya ditaksir akan kembali 'mencengangkan' dan melampaui pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran 5,50% (yoy).

Apabila tren 'positif' tersebut bisa berlanjut ke kuartal IV, Awalil tidak akan heran pertumbuhan setahun industri pengolahan bisa mencapai kisaran 5,25% (yoy) mengangkangi pertumbuhan ekonomi 2025 yang akan finis 5,05% (yoy). Dia mengingatkan, capaian ini bisa menjadi yang 'terhebat' dalam 14 tahun terakhir atau sejak 2012 silam.

"(Karena) rata-rata pertumbuhan sektor ini (industri pengolahan) pada 2011-2024 hanya 4,01%. Porsinya terhadap PDB pun perlahan turun, dari 21,76% pada 2011 menjadi 18,98% pada 2024, yang merupakan indikasi terjadi deindustrialisasi. Pertumbuhan tahun 2025 membuat porsinya akan meningkat sedikit di atas 19%," urai Awalil.

Pada saat bersamaan, dirinya menyorot data sektor industri pengolahan dalam hal pertumbuhan dan porsi atas PDB dari BPS pada 2025, yang tampak tidak sejalan dengan beberapa data dan indikator terkait industri pengolahan lainnya.

Baca Juga: Kunci Indonesia Emas 2045, RI Butuh Produktivitas Untuk Tumbuh 7%

Salah satunya, data Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) yang sempat kontraksi selama beberapa bulan. Selain itu, tak didukung data penjualan beberapa barang industri utama serta fenomana PHK. 

Lebih lanjut, Awalil memprediksi beberapa sektor jasa juga akan melampaui pertumbuhan ekonomi, seperti Jasa Perusahaan, Informasi dan Komunikasi, Penyediaan akomodasi dan makan minum dan jasa lainnya.  

Meski masing-masing komponen tersebut hanya memberi andil minimal atas total pertumbuhan karena porsinya dalam PDB tidak besar, namun secara agregat komponen terkait cukup menopang. 

Prediksi Mengejutkan PMTB alias Investasi
Sementara itu dari komponen pengeluaran, Awalil juga akan menyorot sektor Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi fisik kuartal ketiga yang kemungkinan akan disajikan tumbuh lebih dari 6%. Serupa, pertumbuhan ini akan sama mengejutkannya dengan torehan di kuartal sebelumnya.

"Salah satu yang kontroversi saat kuartal II, terkait pertumbuhan sub PMTB berupa mesin dan peralatan. Diduga kuat terkait penambahan alutsista yang sebenarnya merupakan impor," katanya.

Baca Juga: Kemenkeu Bantah Pertumbuhan Ekonomi RI Oleh World Bank, Cuma 4,8%

Sementara itu, dia ikut memproyeksi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal ketiga akan sedikit lebih rendah dari tahun lalu, namun bertahan di kisaran 5%. 

Sementara itu, sektor belanja pemerintah di kuartal III akan meningkat dibanding kuartal sebelumnya di kisaran 3%, karena faktor musiman belanja. Kendati, pertumbuhannya kemungkinan lebih rendah dari kuartal III/2024.

"Prakiraan di atas sebisanya mengikuti 'cara BPS' menghitung PDB pada kuartal II lalu. Jika mengikuti cara biasanya memproyeksi, maka pertumbuhan tidak akan mencapai 4,90%. Sebagai catatan, perhitungan cara baru bisa mempercantik besaran (capaian pertumbuhan) 2025, namun berpotensi tidak berpengaruh di tahun-tahun selanjutnya," tandasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar