c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

09 Oktober 2025

18:40 WIB

Kemenkeu Bantah Pertumbuhan Ekonomi RI Oleh World Bank, Cuma 4,8%

Kemenkeu menyebut proyeksi World Bank mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,8% di 2025 tidak merepresentasikan kondisi perekonomian RI secara menyeluruh.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kemenkeu Bantah Pertumbuhan Ekonomi RI Oleh World Bank, Cuma 4,8%</p>
<p>Kemenkeu Bantah Pertumbuhan Ekonomi RI Oleh World Bank, Cuma 4,8%</p>

Dirjen SEF Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebut proyeksi World Bank mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 sebesar 4,8% tidak merepresentasikan kondisi perekonomian RI secara menyeluruh, Bogor, Kamis (9/10). Validnews/Siti Nur Arifa

JAKARTA - Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (SEF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyebutkan proyeksi World Bank mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya menyentuh angka 4,8% pada 2025 tidak merepresentasikan kondisi perekonomian RI secara menyeluruh.

Sebagai lembaga eksternal, Febrio menilai, World Bank tidak mengetahui secara detail kondisi fiskal dan perekonomian RI yang berjalan sesuai dengan berbagai kebijakan dan perhitungan yang telah dirancang oleh pemerintah, belum lagi detail mengenai musim-musim pertumbuhan yang biasa terjadi dalam satu tahun berjalan.

“World Bank kan enggak tahu tentang fiskal kita… seperti saya jelaskan ada musim-musim pertumbuhan (ekonomi), emang World Bank tahu tentang (kebijakan) Rp200 triliun? Kan enggak,” ujar Febrio dalam Media Briefing di Jakarta, Kamis (9/10).

Baca Juga: Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi RI Rata-Rata 4,8% Hingga 2027

Sebagai catatan, World Bank baru saja merevisi naik pertumbuhan ekonomi RI untuk tahun fiskal 2025 dari 4,7% pada proyeksi April lalu menjadi 4,8%. Perubahan tidak berlaku pada proyeksi pertumbuhan 2026, di mana ekonomi Indonesia disebut hanya akan tumbuh 4,8%. 

Adapun, proyeksi itu jauh dari optimisme pemerintah yang meyakini ekonomi RI akan tumbuh 5,2% di 2025 dan 5,4% di 2026.

Terkait perbedaan yang terbilang cukup jauh, Febrio kembali mengingatkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh lembaga dunia tersebut seringkali meleset.

“World Bank itu kalau dilihat udah beberapa tahun terakhir kan selalu meleset,” ujar Febrio.

Meski demikian, Dirjen SEF tersebut mengatakan, proyeksi yang diberikan World Bank merupakan bentuk masukkan yang tetap perlu diapresiasi. Sebab, hal ini menandai bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki daya tarik di mata dunia.

Alat Tawar Investasi
World Bank bukan satu-satunya lembaga dunia di bidang perekonomian yang memberikan proyeksi terbilang rendah terhadap pertumbuhan ekonomi RI. Sebelumnya, OECD juga merilis laporan serupa dalam bentuk revisi naik pertumbuhan ekonomi Indonesia meski masih berada di bawah angka 5%, begitupun dengan ADB dan IMF.

Terkait hal ini, Febrio kembali berpendapat bahwa proyeksi dari berbagai lembaga dunia terkait pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijadikan acuan. Menurutnya, setiap lembaga justru memiliki peran sebagai perpanjangan tangan dari masing-masing negara anggota di dalamnya untuk menyampaikan minat investasi di Indonesia.

“World Bank itu dia ingin investasi di Indonesia, terus kita tanya ya kalau terlalu mahal kita enggak mau juga. Banyak lembaga internasional ingin investasi di Indonesia, makanya mereka pantau terus. OECD itu juga adalah perpanjangan tangan dari negara-negara OECD, dia ingin tahu, IMF juga sama ADB juga sama,” jelas Febrio.

Baca Juga: OECD Revisi Naik Pertumbuhan Ekonomi RI 2025-2026 4,9%

Febrio merinci, ADB menjadi salah satu lembaga yang banyak memberikan investasi di Indonesia, begitu pun dengan World Bank. Prospek pengembalian yang selalu dipantau melalui proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh lembaga-lembaga tersebut yang kemudian diyakini menjadi alat tawar investasi kepada pemerintah.

Sebab itu, pemerintah menurut Febrio tidak serta-merta sepakat dengan proyeksi yang diberikan oleh lembaga terkait, namun memberikan pemahaman berbeda terkait pertumbuhan ekonomi yang lebih optimis dengan berdasarkan kepada kebijakan fiskal yang mendukung.

“Mereka itu bukan iseng-iseng bikin proyeksi dan studi, mereka itu mewakili kepentingan dan kebutuhan investor-investor yang mereka bawa. Tapi kita senang makin banyak investasi yang masuk ke Indonesia tentunya makin bagus, tapi kita kasih masukan bahwa kita akan menyiapkan kebijakan-kebijakan dan arah ke depan seperti apa,” tandas Febrio.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar