c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

30 September 2025

11:37 WIB

Shutdown Pemerintah AS Ancam Dolar, Analis Prediksi Rupiah Menguat

Analis memprediksi penguatan kurs rupiah seiring kekhawatiran shutdown pemerintah AS. Penutupan pemerintah atau shutdown ialah situasi ketika kongres gagal menyepakati anggaran belanja.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Shutdown Pemerintah AS Ancam Dolar, Analis Prediksi Rupiah Menguat</p>
<p>Shutdown Pemerintah AS Ancam Dolar, Analis Prediksi Rupiah Menguat</p>

Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Antara Foto/Aprillio Akbar/pras.

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi penguatan kurs rupiah seiring kekhawatiran shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hampir 100%. Penutupan pemerintah atau shutdown ialah situasi ketika kongres gagal menyepakati anggaran belanja yang diperlukan.

“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang tertekan oleh kekhawatiran 'shutdown' pemerintah AS,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (30/9).

Baca Juga: Rupiah Menguat, Inflasi AS Buka Peluang The Fed Pangkas Bunga

Presiden AS Donald Trump, seperti dilaporkan Sputnik, dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kongres dari Partai Republik dan Demokrat pada Senin (29/9), untuk membahas pendanaan pemerintah di tengah kemungkinan terjadinya penutupan pemerintah.

Pertemuan tersebut berlangsung menjelang tenggat waktu 30 September, yang akan menentukan apakah pemerintah federal tetap beroperasi atau menghadapi penutupan.

Adapun pejabat yang akan hadir dalam pertemuan itu ialah Ketua DPR AS Mike Johnson dan Pemimpin Mayoritas Senat John Thune, serta Pemimpin Demokrat DPR AS Hakeem Jeffries dan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer.

Trump sebelumnya meminta anggota Kongres dari Partai Republik untuk memberikan suara guna memperpanjang sementara pendanaan pemerintah guna menghindari penutupan, seraya menuduh Partai Demokrat berusaha memicu penutupan pemerintah.

Trump menyalahkan Demokrat atas penutupan tersebut karena kebuntuan negosiasi pendanaan sementara di Kongres.

Baca Juga: Menkeu Yakin Nilai Tukar Rupiah Pulih Pekan Depan

Pada 1 Oktober, AS memulai tahun fiskal baru tanpa anggaran. Jika Capitol Hill gagal meloloskan setidaknya resolusi sementara untuk melanjutkan pendanaan pemerintah dalam jangka pendek, lembaga-lembaga federal berisiko ditutup tanpa batas waktu.

Dengan adanya penutupan pemerintah, kata Lukman, maka kegiatan nonesensial pemerintah akan berhenti beroperasi, serta data-data ekonomi terancam takkan dirilis karena sebagian pekerja bakal dirumahkan.

“Hal ini akan sangat mengganggu kegiatan ekonomi di AS dan memperuncing perseteruan antara Republik dan Demokrat. Semua ini menekan dolar AS,” ujar dia.

Selain itu, penguatan kurs rupiah bakal terbatas mengingat investor cenderung wait and see menantikan serangkaian data pekerjaan AS pekan ini, terutama Non-Farm Payrolls (NFP).

“Data NFP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 50 ribu pekerjaan, walau lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih jauh lebih kecil dari normal yang rata-rata di atas 100 ribu,” ujar Lukman.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diprediksi berkisar Rp16.600-16.700 per dolar AS saat ini.

Pergerakan Rupiah Masih Tertekan
Meski analis memprediksi penguatan, faktanya rupiah masih dalam kondisi tertekan sementara ini. Berdasarkan pantauan, mata uang rupiah pada perdagangan Selasa (30/9) pagi di Jakarta, dibuka melemah tipis sebesar 0,02% atau Rp3, dari sebelumnya Rp16.680 menjadi Rp16.683 per dolar AS. 

Baca Juga: Perbanas: Bunga Deposito Valas Himbara Jadi Pemicu Rupiah Melemah

Sebagai perbandingan, per 29 September 2025, kurs rupiah sesuai Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp16.680 per dolar AS. Kondisi ini pun cenderung membaik ketimbang beberapa hari sebelumnya yang sempat menyentuh Rp16.752-16.775 per dolar AS.

Melansir Bloomberg, di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 11.02 WIB hari ini (30/9) terpantau menguat 0,07% atau naik sekitar Rp12 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.692 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.667-16.698 per dolar AS.

Pada Senin (29/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau ditutup menguat tipis ke level 97,92 poin atau naik 0,02 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,90 poin.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar