26 September 2025
12:28 WIB
Perbanas: Bunga Deposito Valas Himbara Jadi Pemicu Rupiah Melemah
Perbanas mensinyalir arahan pemerintah ke Himbara menaikkan suku bunga deposito valas ikut bertanggung jawab pada pelemahan rupiah saat ini. Pelaku pasar ramai-ramai menukar rupiah jadi dolar AS.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Chief Economist Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) Dzulfian Syafrian mengatakan, arahan pemerintah kepada Himpunan Bank Negara (Himbara) untuk menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) 'bertanggung jawab' pada pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah saat ini.
"Saya melihat salah satu faktornya (pelemahan rupiah) adalah arahan pemerintah kepada para bank Himbara untuk menaikkan bunga deposito valasm dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar USD to IDR," jelasnya melansir Antara, Jakarta, Jumat (26/9).
Baca Juga: Ini Manfaat-Risiko Himbara Kerek Bunga Deposito Dolar AS ke 4%
Menurutnya, kebijakan ini direspons negatif oleh pasar domestik karena mendorong investor dan pemegang rupiah untuk mengonversi dananya ke valas yang kini menawarkan keuntungan bunga yang dianggap lebih tinggi. Konversi dana domestik ini justru membuat nilai tukar rupiah makin tertekan.
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat (26/9) di Jakarta, dibuka melemah lagi sebesar 0,15% atau Rp26, dari sebelumnya Rp16.749 menjadi Rp16.775 per dolar AS. Sementara itu, per 25 September 2025, kurs rupiah sesuai Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp16.752 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Tertekan, Ekonomi AS Menguat dan The Fed Dovish
Melansir Bloomberg, dolar AS yang dipantau di pasar spot pada pukul 11.04 WIB (26/9) terpantau menguat 0,05% atau naik sekitar Rp8 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.757 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.757-16.794 per dolar AS.
Fokus pada Dana Asing, Bukan Domestik
Seharusnya, Dzulfian menyarankan, pemangku kepentingan fokus memperkuat instrumen khusus aliran dana asing yang masuk ke Indonesia, seperti melalui instrumen devisa hasil ekspor (DHE), sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI), atau obligasi global.
"Dengan catatan, hanya dana asing (capital inflow) yang mendapatkan insentif ini, sehingga meminimalisir konversi dana domestik dari IDR ke USD," ucap dia.
Baca Juga: Rupiah Terus Merosot ke Rp16.700, Begini Respons Bos BI
Dia tidak menyangkal BI akan melakukan intervensi jika pelemahan kurs rupiah terlalu drastis. Namun, dia mengingatkan dan menilai, BI takkan terlalu kuat menahan depresiasi rupiah terlalu lama karena keterbatasan cadangan devisa Indonesia.
"Apalagi isunya bersifat struktural. Desain kebijakan yang mesti lebih ditingkatkan efektivitasnya,” tegasnya.