c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

11 November 2025

10:33 WIB

Pertamina Bidik Kilang Modular! Proyek Hilirisasi DME Rp600 T Dikebut

Pertamina berminat garap proyek kilang modular, sebagai salah satu dari 18 proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi. Incar efisiensi, lokasi kilang modular akan tersebar di berbagai tempat.

<p>Pertamina Bidik Kilang Modular! Proyek Hilirisasi DME Rp600 T Dikebut</p>
<p>Pertamina Bidik Kilang Modular! Proyek Hilirisasi DME Rp600 T Dikebut</p>

Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri memberi keterangan ketika ditemui setelah pelantikan anggota komite BPH Migas di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/11/2025). Antara/Putu Indah Savitri

JAKARTA - Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menyampaikan, Pertamina berminat menggarap proyek kilang modular, salah satu dari 18 proyek prioritas hilirisasi dan ketahanan energi.

“Kami masih memantau perkembangannya, tetapi yang pasti kami ingin berpartisipasi,” ujar Simon di Jakarta, Selasa (11/11), melansir Antara.

Simon menyoroti lokasi kilang modular yang akan tersebar di berbagai tempat. Dengan tersebarnya posisi kilang, hasil pengolahan bisa lebih efisien dan biaya transportasi untuk distribusi lebih rendah.

Terkait tantangan logistik pengadaan minyak mentah (crude), Simon optimistis, pihaknya dapat menemukan solusi untuk masing-masing kilang modular yang akan dibangun.

“Itu (pengadaan crude) tantangan logistik, tapi semua pasti akan kami cari jalan keluarnya,” ujar Simon.

Baca Juga: Bos Pertamina Sebut Merger 3 Subholding Jadi Senjata Hadapi Tantangan Global

Selain kilang modular, Simon mengonfirmasi, Pertamina juga tertarik terhadap proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME). “Seharusnya ikut juga, ya (proyek DME),” katanya.

Kilang modular dan DME termasuk proyek hilirisasi yang diserahkan oleh Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional kepada Danantara. Satgas juga menyerahkan daftar 18 proyek prioritas kepada Danantara.

Presiden Prabowo Subianto, dalam rapat terbatas di Istana, Kamis (6/11), memerintahkan percepatan 18 proyek hilirisasi yang telah melewati tahap prastudi kelayakan, dengan nilai total hampir Rp600 triliun.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia optimistis, proyek-proyek ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan produk yang mengurangi ketergantungan terhadap barang impor.

Tertarik Garap Blok Tuna Bersama Perusahaan Migas Rusia
Dalam kesempatan sama, Simon juga mengonfirmasi, Pertamina membuka peluang untuk menggarap Blok Tuna bersama perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Rusia, Zarubezhneft.

“Kalau ada peluang untuk kami bisa meningkatkan lifting, tentu akan kami dorong dan kami ingin ambil bagian,” sebut Simon.

Ketertarikan tersebut selaras dengan tugas Pertamina untuk meningkatkan produksi dan lifting minyak nasional. Pertamina siap mengikuti prosedur bila terdapat kesempatan untuk menggarap Blok Tuna. Selama bisa meningkatkan produksi, sambungnya, Pertamina menyambut kesempatan tersebut dengan baik.

“Tinggal nanti kami mengikuti prosedurnya saja, dari aturan, compliance, dan lain-lain,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyampaikan, Blok Tuna akan digarap oleh perusahaan migas asal Rusia, Zarubezhneft, dan saat ini sedang mencari mitra.

“Rusia, Zarubezhneft, dia akan mengerjakan Tuna. Lagi mencari mitra juga,” ucap Djoko dalam paparan capaian kinerja SKK Migas, Senin (21/7).

Baca Juga: Pengamat Sebut Merger 3 Subholding Pertamina Sekadar Siasat Mengatasi Kerugian

Pada kesempatan tersebut, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menjelaskan, rencana pengembangan (Plan of Development/POD) 1 Blok Tuna mulanya dioperatori oleh perusahaan asal Inggris, yakni Harbour Energy Group.

Penggarapan tersebut bermitra dengan ZN Asia Ltd (ZAL), anak usaha Zarubezhneft. Akan tetapi, situasi tersebut berubah karena dipengaruhi geopolitik, di mana Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

“KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Harbour, (operator) yang sebelumnya, tidak bisa lanjut kalau ada sanksi dari AS di mitra sebelahnya. Harbour selaku operator bersedia untuk menyerahkan data-datanya kepada operator selanjutnya,” kata Rikky.

Rikky menyampaikan, yang kini menjadi kepentingan Indonesia adalah Blok Tuna berproduksi sesuai target. Oleh karena itu, Zarubezhneft perlu mencari mitra atau investor-investor baru untuk mengoperasikan blok tersebut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar