25 September 2025
11:50 WIB
Rupiah Tertekan, Ekonomi AS Menguat dan The Fed Dovish
Ekonom menilai pelemahan rupiah dipengaruhi data ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan, seperti indikator sektor perumahan AS yang melampaui ekspekstasi serta The Fed dengan kecenderungan dovish.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan.
“Indikator sektor perumahan AS melampaui ekspektasi pada Agustus 2025, dengan Penjualan Rumah Baru naik menjadi 800 ribu dari 664 ribu dan Izin Mendirikan Bangunan meningkat menjadi 1,33 juta dari 1,31 juta, menunjukkan permintaan konsumen yang kuat,” ucapnya melansir Antara, Jakarta, Kamis (25/9).
Baca Juga: Investor Tunggu Data Inflasi AS, Rupiah Diprediksi Melemah Hari Ini
Menurutnya, hal ini makin mengurangi kemungkinan pemotongan suku bunga Fed yang agresif di masa mendatang.
Ekspektasi dovish tersebut diperkuat dengan pernyataan Presiden Fed San Francisco Mary Daly yang menyatakan pemotongan suku bunga kebijakan lebih lanjut mungkin masih diperlukan, yang harus dibarengi dengan sikap kehati-hatian.
Adapun Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengisyaratkan keraguan untuk pemotongan suku bunga tambahan dengan alasan ketidakpastian terkait apakah tren inflasi baru-baru ini bersifat sementara atau berlangsung lama.
“Komentar-komentar ini mengindikasikan bahwa beberapa anggota FOMC (Federal Open Market Committee) masih ragu-ragu untuk pelonggaran lebih lanjut,” ungkap Josua.
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (25/9) di Jakarta, dibuka melemah tipis sebesar 0,25% atau Rp42, dari sebelumnya Rp16.684 menjadi Rp16.726 per dolar AS. Sementara itu, per 24 September 2025, kurs rupiah sesuai Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp16.680 per dolar AS.
Bloomberg mencatat, dolar AS yang dipantau di pasar spot pada pukul 10.39 WIB (25/9) terpantau menguat 0,37% atau naik sekitar Rp62 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.747 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.722-16.764 per dolar AS.
Baca Juga: Menguat Tipis, Rupiah Jadi Rp16.684
Meskipun pergerakan Indeks Dolar AS (DXY) di pasar global terpantau volatil. DXY yang mengukur kinerja Dolar terhadap mata uang lainnya, pada penutupan perdagangan Kamis (24/9) tercatat melemah tipis 0,12% ke level 97,75 poin, dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,87 poin.
Namun, pergerakan DXY kemarin berkisar antara 97,75-97,84 dan menunjukkan penguatan yang cukup tinggi dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,21-110,17 poin.
Di sisi lain, Josua juga menyebut, pasar tak terlalu merespons rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang lebih lemah dari perkiraan. Investor menganggap data tersebut kurang mengkhawatirkan, mengingat indeks masih berada di wilayah ekspansif, yakni di atas 50.