19 April 2024
15:35 WIB
Naik Rp26,01 T, ULN Februari 2024 Di Level Rp6.623,53 T
Akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS belakangan, sekilas besaran utang internasional Indonesia naik signifikan secara bulanan.
Penulis: Khairul Kahfi
Ilustrasi utang luar negeri. Shutterstock/dok
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar US$407,3 miliar atau sekitar Rp6.623,53 triliun (kurs: Rp16.262,05 per dolar AS). Capaian ini meningkat US$1,6 miliar atau setara Rp26,01 triliun dari laporan ULN Januari 2024.
Sebagai pengingat, ULN pada awal tahun berada di level US$405,7 miliar. Saat itu, utang internasional Indonesia masih berada di kisaran Rp6.339,93 triliun karena hitungan kurs yang lebih rendah di Rp15.625,75 per dolar AS.
Akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS, sekilas besaran utang internasional Indonesia naik signifikan secara bulanan.
“ULN Indonesia pada Februari 2024 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar US$407,3 miliar atau tumbuh 1,4% (yoy),” jelas Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (19/4).
Secara tahunan, BI menilai, posisi ULN Indonesia pada Februari 2024 yang tumbuh sebesar 1,4% (yoy), atau jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ULN Januari 2024 yang sebesar 0,04% (yoy).
Erwin menjabarkan, peningkatan ULN tersebut terutama bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral. Di sisi lain, kenaikan besaran ULN nasional juga terjadi lantaran depresiasi mata uang garuda beberapa periode belakangan akibat menguatnya dolar AS di seluruh dunia.
“Perkembangan posisi ULN juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang global, termasuk Rupiah,” terangnya.
Baca Juga: Naik Tipis 0,8%, Utang Pemerintah Februari 2024 Tembus Rp8.319,22 T
Meski begitu, BI terus menjamin bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,5%, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,9% dari total ULN.
Bank Indonesia bersama pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat. Ditopang juga oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” ungkapnya.
Struktur ULN Pemerintah-Swasta
Erwin menjabarkan, posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tercatat sebesar US$194,8 miliar atau tumbuh 1,3% (yoy). Capaian ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan ULN bulan sebelumnya sekitar 0,1% (yoy).
"ULN pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur, efisien, dan akuntabel,” paparnya.
Perkembangan ULN pemerintah tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral. Untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah.
BI mengidentifikasi, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas. ULN juga menjadi salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN dan dalam rangka melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi.
ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja. Antara lain pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (21,1% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,1%); Jasa Pendidikan (16,9%); Konstruksi (13,7%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,7%).
“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali, mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98% dari total ULN pemerintah,” katanya.
Baca Juga: Pengamat: Beban Utang, Bikin RI Masuk Middle Low Income Tra
Sementara itu, Erwin juga menyampaikan, posisi ULN swasta pada Februari 2024 tercatat stabil pada kisaran US$197,4 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,3% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,3% (yoy).
“Dengan demikian, ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan,” ujarnya.
Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), yang masing-masing sebesar 1,3% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3% dari total ULN swasta.
“ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,3% terhadap total ULN swasta,” ucapnya.