20 Oktober 2023
08:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan, per September 2023, transaksi mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) terus meningkat menjadi US$4,92 miliar. Jumlah ini naik hingga US$620 juta dibandingkan LCT bulan sebelumnya yang sebesar US$4,3 miliar.
Sebagai perbandingan, penggunaan LCT antara Indonesia dengan negara lain sepanjang tahun berjalan sudah melebihi capaian sepanjang 2022 sebesar US$4,1 miliar.
“Jadi (LCT September 2023) mengalami kenaikan 54% year-on-year/yoy dibandingkan September tahun lalu,” katanya usai RDG-BI Edisi Oktober 2023 di Jakarta, Kamis (19/10).
Destry mengungkapkan, komposisi penggunaan LCT masih belum berubah, dengan Malaysia yang masih mendominasi hingga 37%, selanjutnya diikuti oleh Jepang. Dia menambahkan, BI optimistis kinerja LCT akan terus mengalami peningkatan di waktu mendatang.
“Kita masih cukup confidence untuk LCT terus mengalami peningkatan,” sebutnya.
Baca Juga: Ekonom Yakini Dedolarisasi Via LCT Akan Populer Di Dunia
Selain itu, Destry juga menginformasikan, bahwa angka Term Deposit Devisa Hasil Ekspor (TD DHE) terus berlanjut meningkat. Per September 2023, jumlah TD DHE mencapai US$1,9 miliar, atau meningkat dari bulan sebelumnya yang berkisar US$1,3 miliar.
Selain dari sisi nominal, peningkatan juga terlihat dari jumlah pengguna TD DHE, dari 100-an perusahaan di bulan lalu menjadi sekitar 132 perusahaan.
“Jadi, slow but sure (TD DHE) memang meningkat. Memang, kita perlu optimalisasi saja nanti,” urainya.
Sejauh ini, Gubernur BI Perry Warjiyo bersyukur capaian transaksi LCT antara Indonesia dengan negara lain terus mengalami perkembangan positif. Ke depan, pihaknya memastikan akan terus memperluas skema LCT ini
“Alhamdulillah, puji Tuhan, (LCT) dengan Jepang semakin bagus dan juga dengan negara lain termasuk di kawasan Asia, seperti dengan Malaysia dan China juga terus meningkat,” ucap Perry.
Sementara itu, BI juga tengah mengumpulkan data-data terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) yang ditaruh oleh para eksportir ke rekening khusus (reksus) maupun ke rekening-rekening yang lain.
“Karena penempatannya (TD DHE) kan tidak hanya reksus, tapi juga deposito valas di bank, promisory note yang diterbitkan oleh LPEI, dan semacamnya. Itu yang sedang kami lakukan (pengumpulan data),” sebutnya.
Transaksi Ekonomi Dan Keuangan Digital Kuartal III
Dalam paparan, Gubernur Perry menyampaikan, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.
Pada kuartal III/2023, nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 10,34% (yoy) sehingga mencapai Rp116,54 triliun. Sementara nilai transaksi digital banking tercatat Rp15.148,71 triliun atau tumbuh sebesar 12,83% (yoy).
Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 87,90% (yoy) dan mencapai Rp56,92 triliun, dengan jumlah pengguna 41,84 juta dan jumlah merchant 29,04 juta. Sebagian besar merchant merupakan UMKM.
Baca Juga: Indonesia Dorong LCT Secara Masif Di ASEAN
“Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama sistem pembayaran antarnegara, guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas ekonomi dan keuangan digital,” sebut Gubernur BI.
Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mencapai Rp2.041,72 triliun atau turun sebesar 4,94% (yoy). Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada kuartal III/2023 meningkat 6,16% (yoy), sehingga menjadi Rp961,59 triliun.
“Selain itu, Bank Indonesia juga terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI melalui program pengedaran uang Rupiah ke daerah Terluar, Terdepan, Terpencil (3T) serta kegiatan Kas Keliling, Kas Titipan dan Ekspedisi Rupiah Berdaulat,” jelasnya.