11 Oktober 2025
08:50 WIB
Kirim Tim Ke India, Bahlil Cek Harga Listrik PLTS Murah US$3 Sen
Menteri ESDM Bahlil penasaran dengan harga listrik PLTS US$3 sen di India. Pemerintah sedang menghitung tarif listrik untuk menjalankan proyek PLTS 1 MW 1 Desa
Penulis: Yoseph Krishna
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024). Antara Foto/Rivan Awal Lingga
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menerbangkan beberapa orang timnya ke India untuk mengecek harga listrik murah yang bersumber dari pembangkit berbasis energi terbarukan, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Berdasarkan informasi yang dia terima, Negeri Bollywood sedang menggarap proyek PLTS berkapasitas 220 Megawatt (MW) dengan tarif yang hanya di kisaran US$3 sen per Kilowatt hour (KWh). Jika dirupiahkan, harga listrik ini sekitar Rp499/KWh (kurs Rp16.619 per dolar AS atau 100 sen).
"Kalau itu bisa diterapkan di Indonesia, katakalah kalau itu benar, saya lagi mengirim tim ke sana untuk mengecek. Kalau benar, maka saya pikir ini sebuah hal yang juga bisa kita elaborasi untuk kita lakukan," terang Bahlil dalam gelaran Indonesia Sustainability Forum 2025, Jakarta, Jumat (10/10).
Baca Juga: Lenyapkan Pembangkit Diesel, Pemerintah Bakal Masifkan EBT Di Indonesia Timur
Terlebih, Presiden Prabowo Subianto punya ambisi untuk membangun PLTS berkapasitas 1 MW di setiap 1 desa. Artinya, bakal ada 80 Gigawatt (GW) kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan, apabila PLTS berhasil terbangun di 80 ribu desa dari Sabang sampai Merauke.
Tetapi, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) itu mengatakan, proyek PLTS 1 Desa 1 MW masih dalam tahap kajian dan perhitungan tarif. Berdasarkan taksirannya, tarif listrik dari PLTS 1 MW di setiap desa berada di kisaran US$6-8 sen per KWh atau sekitar Rp997-1.329/KWh.
Baca Juga: Dilema Keberlanjutan Panel Surya Untuk PLTS Atap
Sebagai perbandingan saja, harga listrik nonsubsidi yang dinikmati masyarakat di kuartal IV/2025 ditetapkan paling tinggi dijual sekitar sebesar Rp1.699,53 per kWh pada beberapa golongan rumah tangga (R-2, R-3) dan bisnis/pemerintahan (P-3). Sementara, tarif listrik terendah dinikmati oleh golongan industri Tegangan Tinggi (I-4) dengan tarif Rp996,74 per kWh.
Karena itu, muncul rasa penasaran di benak Menteri Bahlil soal harga listrik dari PLTS di India yang konon bisa lebih kompetitif mencapai US$3 sen per KWh. Jika benar, Indonesia bakal menjadikan India sebagai contoh untuk menggarap proyek PLTS.
Baca Juga: Siap Saingi Fosil, Harga Keekonomian EBT Kian Kompetitif
"Tapi ini masih dalam perhitungan. Sekali lagi, masih dalam perhitungan, kita ingin setiap desa itu punya 1 MW solar panel. Desa kita ada 80 ribu, berarti ada 80 ribu MW atau 80 GW. Untuk menuju ke sana, dibutuhkan satu langkah terukur, komprehensif, dan betul-betul menukik," kata dia.
Proyek PLTS 1 MW Per Desa
Lewat proyek PLTS 1 MW setiap desa, Bahlil berharap energi fosil seperti diesel dan batu bara benar-benar ditinggalkan dan sepenuhnya beralih kepada pembangkit listrik yang berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Bahlil sebelumnya juga telah menekankan, mimpi tersebut bisa sepenuhnya diwujudkan seiring berjalannya waktu atau ketika proyek-proyek EBT mulai makin ekonomis untuk dikembangkan.
Baca Juga: Prabowo Instruksikan Danantara Buat Prototipe PLTS Listrik Desa
Dia juga tak menampik saat ini ada perdebatan soal pengembangan EBT. Di satu sisi, pemerintah ingin memasifkan energi bersih, tetapi ada tantangan dari sisi modal yang diperlukan.
"Ini ada terjadi perdebatan. Kita ingin (energi) bersih, tapi di sisi lain kita membutuhkan modal yang tidak sedikit, teknologinya mahal," sebut Bahlil.