Kena Tarif 32%, Indonesia Akan Tingkatkan Impor Dari AS
Indonesia akan meningkatkan impor AS sebagai salah satu upaya negosiasi pasca tarif 32%. Usulan tersebut akan diajukan melalui proposal negosiasi bersamaan dengan daftar ekspor komoditas unggulan RI.
Menko Ekonomi Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah akan meningkatkan impor dari AS agar bisa menyeimbangkan surplus neraca perdagangan yang selama ini didominasi Indonesia, Jakarta, Senin (7/4). ValidnewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Menko Ekonomi Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah Indonesia akan meningkatkan impor dari Amerika Serikat (AS) agar bisa menyeimbangkan surplus neraca perdagangan yang selama ini didominasi Indonesia. Langkah ini sebagai respons pemerintah dari pengenaan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia sebesar 32%.
Menurutnya, peningkatan impor akan dilakukan dengan meneken kebijakan non tarif (
Non Tariff Measures/NTMs). Adanya pengurangan hambatan perdagangan non tarif tersebut, diharapkan bisa meningkatkan impor Indonesia dari AS.
Sehingga selisih neraca dagang AS yang terus alami defisit perdagangan bisa berkurang, sekaligus mempermudah negosiasi kedua negara. Pria yang pernah menjabat sebagai Menperin ke-25 periode 2016-2019 ini menyebut, imbas surplus perdagangan yang didominasi Indonesia membuat AS 'boncos' defisit US$18 miliar di tahun lalu.
"Terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor, bagaimana delta (jumlah) daripada impor-ekspor kita yang bisa sampai US$18 miliar, diisi dengan produk-produk yang kita impor, termasuk gandum,
cotton, bahkan juga salah satunya adalah produk migas," paparnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/4).
Baca Juga: Pemerintah Jadikan Relaksasi TKDN Bahan Negosiasi Dengan ASSelain impor komoditas pangan dan produk migas, Airlangga mengungkapkan, Indonesia juga berpotensi mengimpor produk-produk komponen untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek tersebut, misalnya, adalah proyek
refinery atau
kilang minyak.
"Indonesia sendiri dalam proyek strategis nasional akan membangun beberapa proyek termasuk refinery, mungkin salah satu komponennya kita beli dari Amerika," sambung Airlangga.
Adapun usulan peningkatan impor dari AS, turut masuk dalam proposal yang akan diajukan Indonesia kepada AS sebagai bahan negosiasi. Selain impor, Indonesia juga akan bernegosiasi untuk meningkatkan ekspor 10 komoditas unggulan, antara lain elektronik, sepatu, pakaian, produk laut, karet, hingga minyak sawit (CPO).
"Kita ambil yang top 10 Indonesia impor dan top 10 Indonesia ekspor. Kalau ekspor Indonesia kan contohnya elektronik, sepatu. Tapi kita tahu bahwa komponen yang Amerika butuhkan tidak diperlakukan (tarif impor) contohnya semikonduktor, furnitur, produk daripada kayu, kemudian copper (tembaga), dan gold itu tidak ada," tandas Airlangga.
Baca Juga: Pasar Keuangan Asia Bergejolak, Trump: Kebijakan Tarif Adalah 'Obat' Buat ASBerdasarkan laporan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR), selama 2024, perdagangan barang AS dengan Indonesia diperkirakan mencapai US$38,3 miliar.
Nilai perdagangan tersebut terdiri dari ekspor AS ke Indonesia sebesar US$10,2 miliar, atau naik 3,7% dari tahun 2023 yang mencapai US$364 juta. Kemudian untuk impor dari Indonesia ke AS mencapai US$28,1 miliar, atau naik 4,8% dari tahun 2023 yang mencapai US$1,3 miliar.
Seperti diketahui, pengenaan tarif impor AS ditujukan pada negara yang menyumbang defisit bagi AS, dalam laporan USTR, tercatat defisit perdagangan AS dengan Indonesia mencapai US$17,9 miliar di 2024.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengaku masih membuka
peluang negosiasi bagi negara mitra dagang. Meski kebijakan tarif balasan akan mulai berlaku pada 9 April mendatang, namun besaran tarif pada masing-masing negara mitra belum bersifat final dan masih bisa berubah.
Sebagai catatan, Trump menegaskan negara yang ingin melakukan negosiasi harus mampu memberikan penawaran yang menguntungkan bagi AS.