07 April 2025
11:20 WIB
Pasar Keuangan Asia Bergejolak, Trump: Kebijakan Tarif Adalah 'Obat' Buat AS
Presiden AS Donald Trump menilai kebijakan tarif dagang untuk banyak negara merupakan obat bagi ekonomi AS. Trump Tidak khawatir kondisi pasar saham sedunia yang sudah merugi triliunan dolar AS
Editor: Khairul Kahfi
Presiden AS Donald Trump menunjukkan dokumen kebijakan tarif resiprokal AS di halaman Gedung Putih AS, Washington DC, Rabu (2/4) waktu setempat. Tangkapan layar YouTube/The White House
WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemerintah asing harus membayar 'banyak uang' untuk mencabut tarif besar yang dia sebut sebagai 'obat-obatan'. Seperti diketahui, kebijakan ini telah memicu kekacauan lebih lanjut di pasar keuangan global.
Pada perdagangan awal Senin (7/4), saham Asia membukukan kerugian tajam. Sementara itu, pasar saham berjangka AS dibuka turun tajam karena investor menyatakan kekhawatiran tarif Trump dapat menyebabkan situasi harga yang lebih tinggi, permintaan yang lebih lemah, kepercayaan yang lebih rendah, dan berpotensi terjadinya resesi global.
Kepada wartawan, Trump mengindikasikan dia tidak khawatir tentang kondisi kerugian besar yang telah menghapus nilai triliunan dolar AS dari pasar saham di seluruh dunia.
"Saya tidak ingin ada yang salah. Namun, terkadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu," katanya mengutip Reuters, Jakarta, Senin (7/4).
Baca Juga: Buntut Tarif Impor Trump, Industri Elektronik Desak Pemerintah Terapkan Kebijakan Ini
Trump mengatakan, dirinya telah berbicara dengan para pemimpin dari Eropa dan Asia selama akhir pekan, yang berharap dapat meyakinkannya untuk menurunkan tarif hingga 50% yang akan berlaku di pertengahan pekan ini.
"Mereka (pemimpin Eropa dan Asia) datang ke meja perundingan. Mereka ingin berunding, tetapi tidak akan ada pembicaraan kecuali mereka membayar kami sejumlah besar uang setiap tahun," tegasnya.
Pengumuman tarif Trump pekan lalu telah mengguncang perekonomian di seluruh dunia, memicu kebijakan pungutan balasan dari China serta memicu kekhawatiran akan perang dagang global dan resesi.
Para investor dan pemimpin politik dunia diyakini telah berjuang untuk menentukan apakah tarif Trump akan tetap berlaku, atau bagian dari rezim baru yang permanen, atau taktik negosiasi untuk memenangkan konsesi dari negara lain.
Terpisah, penasihat ekonomi utama Trump berusaha menggambarkan kebijakan tarif sebagai reposisi cerdas AS dalam tatanan perdagangan global. Menkeu AS Scott Bessent mengatakan lebih dari 50 negara telah memulai negosiasi dengan AS sejak pengumuman Rabu (2/4) lalu.
"Ia telah menciptakan pengaruh maksimal untuk dirinya sendiri," kata Bessent di acara 'Meet the Press' di NBC News.
Sementara itu, Mendag AS Howard Lutnick mengatakan di acara 'Face the Nation' CBS News, bahwa tarif akan tetap berlaku selama berhari-hari dan berminggu-minggu.
Baca Juga: Respons Tarif Baru Trump, Indonesia Kirim Tim Lobi Ke AS
Adapun, Penasihat ekonomi Gedung Putih AS Kevin Hassett berusaha meredakan kekhawatiran bahwa tarif tersebut merupakan bagian dari strategi untuk menekan Federal Reserve AS agar menurunkan suku bunga, dengan mengatakan tidak akan ada 'paksaan politik' terhadap bank sentral.
Kini, ekonom JPMorgan memperkirakan, kebijakan tarif akan menyebabkan PDB Negeri Paman Sam setahun penuh turun sebesar 0,3%, atau turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,3%. Sementara, tingkat pengangguran akan naik menjadi 5,3%, dari level 4,2% saat ini.
Manajer dana miliarder Bill Ackman, yang mendukung pencalonan Trump sebagai presiden, juga mengatakan Trump kehilangan kepercayaan dari para pemimpin bisnis, sembari memperingatkan terjadinya 'badai nuklir ekonomi', kecuali jika ada penundaan (time out) kebijakan ini.
Mulai Buat Kebijakan Tagihan Tarif
Di lain pihak, petugas bea cukai AS mulai mengenakan tarif sepihak Trump sebesar 10% pada semua impor dari banyak negara pada Sabtu (5/4) waktu setempat. Tarif resiprokal yang lebih tinggi sebesar 11% hingga 50% pada masing-masing negara akan mulai berlaku pada Rabu (9/4) pukul 12:01 dini hari EDT atau sekitar pukul 11:01 WIB di hari yang sama.
Beberapa pemerintah dunia telah memberi sinyal kesediaan untuk bekerja sama dengan AS guna menghindari bea masuk.
Baca Juga: Ada 4 Produk UMKM yang Diperkirakan Masih Laku Keras Meski Tarif AS Naik
Pada Minggu (6/4), Presiden Taiwan Lai Ching-te menawarkan tarif nol sebagai dasar pembicaraan dengan AS. Taiwsan berjanji untuk menghapus hambatan perdagangan dan mengatakan perusahaan domestik akan meningkatkan investasinya di AS.
Kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akan meminta penangguhan tarif sebesar 17% terhadap barang-barang negaranya selama pertemuan yang direncanakan dengan Trump pada Senin (7/4).
Lalu, seorang pejabat pemerintah India mengatakan, negaranya tidak berencana untuk membalas tarif sebesar 26% dan mengatakan pembicaraan sedang berlangsung dengan AS mengenai kemungkinan kesepakatan.
Selanjutnya, PM Italia Giorgia Meloni yang juga merupakan sekutu Trump, berjanji untuk melindungi bisnis yang menderita kerusakan akibat rencana tarif sebesar 20% atas barang-barang dari Uni Eropa.
Para produsen anggur Italia dan importir AS di sebuah pameran anggur di Verona mengatakan, bisnis telah melambat dan mengkhawatirkan kerusakan yang lebih berkepanjangan.