c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

25 Maret 2025

20:51 WIB

Kementan: RI Berlimpah Pasokan Telur Di Tengah Fenomena Global Eggflation 

Kementan menyebut saat ini Indonesia memiliki pasokan telur ayam yang berlimpah saat negara-negara lain mengalami inflasi harga telur ayam. Peluang Indonesia ekspor telur ayam terbuka.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<div dir="auto" id="isPasted">Kementan: RI Berlimpah Pasokan Telur Di Tengah Fenomena Global <em>Eggflation</em>&nbsp;</div>
<div dir="auto" id="isPasted">Kementan: RI Berlimpah Pasokan Telur Di Tengah Fenomena Global <em>Eggflation</em>&nbsp;</div>

Ilustrasi - Pedagang sedang menjual telur ayam ras. Dok Kementan

JAKARTA - Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan Moch. Arief Cahyono menyatakan, saat ini banyak negara tengah mengalami inflasi komoditas telur atau eggflation. Situasi ini membuat harga telur melonjak tinggi.

Hal itu ikut berdampak pada kenaikan harga pada produk lain berbahan dasar telur, seperti kue kering dan makanan olahan lain. Namun di tengah kondisi tersebut, menurutnya, Indonesia memiliki produksi telur nasional yang melimpah. Pemerintah berupaya terus menjaga stok dan harga komoditas pangan strategis, termasuk telur.

"Alhamdulillah berkat kerja keras semua pihak, terutama petani dan peternak, pada Ramadan dan Lebaran kali ini, stok dan harga sembilan komoditas pangan strategis dalam kondisi aman, bahkan melimpah," ucap Arief dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (25/3).

Baca Juga: Pemerintah Minta Peternak Ayam dan Telur Tingkatkan Produksi Sampai 20%

Dia menjelaskan, lonjakan harga telur ayam dunia disebabkan berbagai faktor, termasuk wabah flu burung yang meningkatkan biaya produksi dan krisis pasokan di sejumlah negara. Kenaikan harga telur ayam di banyak negara , seperti misalnya di Swiss, sudah menyentuh US$6,85/kg atau sekitar Rp113.534/kg.

Sementara itu, harga telur ayam di Selandia Baru tercatat mencapai US$6,22/kg atau Rp103.063/kg; harga telur di Singapura berkisar US$3,24/kg atau Rp53.687/kg; harga telur Amerika Serikat senilai US$4,11/kg atau Rp68.103/kg; harga telur Prancis US$4,08/kg atau Rp67.606/kg; dan harga telur di Australia US$4,13/kg atau Rp68.428/kg. 

Kondisi yang berbanding terbalik, Arief justru menekankan, harga telur ayam di Indonesia stabil dengan pasokan yang memadai. Tercatat harga telur nasional pada 25 Maret 2025 sebesar Rp29.475/kg, sementara untuk harga telur di DKI Jakarta justru lebih rendah yaitu Rp27.688/kg.

Arief mengeklaim, tingginya produksi telur ayam nasional saat ini merupakan bentuk kapasitas produksi yang kuat.

Baca Juga: Telur Ayam Makin Murah, Peternak Minta MBG Segera Serap

Berdasarkan proyeksi neraca pangan 2025 Bapanas, produksi telur ayam ras mencapai 6,4 juta ton, dengan kebutuhan bulanan sekitar 518 ribu ton. Sehingga Indonesia diperkirakan akan terus mengalami surplus telur ayam.

"Surplus ini menunjukkan kapasitas produksi yang kuat. Kami akan terus memastikan keseimbangan antara pasokan dan harga agar tidak merugikan peternak maupun konsumen," tutur Arief. 

Lebih lanjut, arief juga menyoroti fenomena unik, yakni negara-negara eksportir bibit induk murni (Grand Parents Stock/GPS) ayam ke Indonesia tengah mengalami kekurangan pasokan, dengan harga telur yang melonjak tinggi.

Dia mencontohkan, AS, Prancis dan beberapa negara Eropa sebagai pemasok utama GPS ke Indonesia selama ini tengah berjuang menghadapi krisis pasokan akibat wabah penyakit unggas dan kenaikan biaya produksi. Hal tersebut menurutnya, menunjukkan bahwa industri peternakan ayam petelur global sedang menghadapi tantangan.

Pencegahan Gangguan Produksi Telur Ayam RI
Sebagai upaya mencegah tantangan tersebut, Arief menyampaikan, Kementan tengah memastikan stabilitas ketersediaan bahan baku pakan melalui berbagai program. Seperti pengembangan sentra jagung, optimasi distribusi pakan, dan pemanfaatan bahan baku alternatif.

Baca Juga: Pengusaha Didorong Perluas Ekspor Di Tengah Surplus Produksi Unggas

Menurutnya, keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung nasional sebagai sumber utama pakan ternak menjadi salah satu faktor kunci dalam menjaga kestabilan harga dan pasokan telur di dalam negeri.

"Ketersediaan pakan yang stabil dan terjangkau menjadi kunci utama keberhasilan industri perunggasan," ujar Arief.

Di sisi lain, adanya surplus produsi telur ayam di dalam negeri pun membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor telur ayam ke berbagai negara yang mengalami keterbatasan pasokan.

"Kekurangan stok (telur ayam) di negara lain bisa menjadi peluang bagi kita untuk ekspor, salah satu rencana ekspor adalah ke AS. Berdasarkan neraca komoditas, pemerintah siap mengirimkan 1,6 juta butir telur setiap bulan," imbuhnya. 

Ia pun menegaskan, Kementan telah melakukan perhitungan matang agar ekspor telur ayam tidak mengganggu ketersediaan telur di dalam negeri.

"Kami selalu memeriksa neraca komoditas untuk memastikan keseimbangan pasokan," tandas Arief.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar