c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Mei 2024

08:35 WIB

Kemenkeu: Surplus Neraca Perdagangan April Masih Kuat Topang Ekonomi RI

Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan Indonesia selama 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.  Surplus tersebut dinilai menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Kemenkeu: Surplus Neraca Perdagangan April Masih Kuat Topang Ekonomi RI</p>
<p id="isPasted">Kemenkeu: Surplus Neraca Perdagangan April Masih Kuat Topang Ekonomi RI</p>

Kapal peti kemas milik negara asing sandar di dermaga JICT Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (24/3/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menilai, capaian neraca perdagangan yang selalu positif selama empat tahun terakhir memberikan landasan kuat. Utamanya, dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Asal tahu, neraca dagang RI pada April 2024 kembali tercatat surplus sebesar US$3,56 miliar. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, dengan nilai akumulasi surplus mencapai US$157,21 miliar.

“Meski (neraca dagang masih surplus), kita tetap harus waspada terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (15/5).

Dia menjabarkan, ekspor RI selama April 2024 tercatat sebesar US$19,62 miliar atau naik sebesar 1,72% (yoy). Raihan ini didorong peningkatan ekspor migas, sejalan dengan kenaikan harga energi global. 

Ekspor sektor nonmigas pada April 2024 tercatat sebesar US$18,27 miliar. Share terbesar berasal dari ekspor bahan bakar mineral, yakni 16,83% dari total ekspor nonmigas. 

Sementara itu, komoditas logam mulia dan nikel mengalami peningkatan yang signifikan, masing-masing sebesar 70,97% (yoy) dan 24,67% (yoy). Peningkatan signifikan ini didorong oleh adanya kenaikan harga nikel dan volume ekspor logam mulia. 

Baca Juga: BPS: Selama Januari-April, Nilai Ekspor Emas RI Ke Dunia US$3,27 M

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2024 tercatat mencapai US$81,92 miliar. Porsi ekspor terbesar menuju ke Tiongkok sekitar 23% dari total ekspor, disusul Amerika Serikat (10,48%) dan India (9,01%). 

“Ekspor Indonesia ke kawasan ASEAN pada periode yang sama memberikan sumbangan sebesar 17,74%,” jelasnya.

Di sisi lain, impor Indonesia di bulan yang sama tercatat sebesar US$16,06 miliar atau naik 4,62% (yoy). Kenaikan impor ini didorong peningkatan impor beberapa komoditas utama, antara lain mesin/perlengkapan elektrik, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik, serta gula dan kembang gula. 

Dilihat dari golongan penggunaan barang, kenaikan impor bersumber dari impor barang modal sebesar 13,57% (yoy), bahan baku penolong sebesar 3,29% (yoy), dan barang konsumsi sebesar 0,56% (yoy).

“Peningkatan impor ini sejalan dengan kenaikan permintaan konsumsi selama Ramadan dan Lebaran, serta terjaganya tingkat inflasi Indonesia dalam rentang sasaran,” ucapnya.

Peningkatan impor menurut golongan penggunaan barang ini memberikan kontribusi positif dalam mendorong aktivitas manufaktur Indonesia sehingga tetap berada di zona ekspansif, dengan indeks PMI manufaktur mencapai 52,9 poin pada April 2024. Secara kumulatif, nilai impor Indonesia Januari-April tercatat US$70,95 miliar.

Ke depan, Febrio memperkirakan, kinerja perdagangan RI dapat tetap tumbuh positif. Seiring dengan kinerja volume ekspor yang tetap tumbuh di tengah pemulihan global yang berlangsung stabil, namun lambat, sebagaimana asesmen IMF per April 2024.

Selain itu, pemerintah juga mengaku untuk tetap mewaspadai sekaligus mengantisipasi keadaan geopolitik yang masih belum stabil dan penurunan aktivitas ekonomi negara-negara mitra utama.

“Karena dapat berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia,” tuturnya. 

Karena itu, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, dengan mencermati kinerja perdagangan Indonesia pada April 2024 ini.

“Selain itu, langkah antisipasi akan terus disiapkan melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi produk dan mitra dagang utama,” kata Febrio.

Meski menurun ketimbang Maret, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan, surplus April 2024 masih menunjukkan perkembangan positif neraca dagang RI. Terutama kaitannya dalam menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.

“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain, guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” urai Erwin.

Surplus Dagang Menyempit
Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, impor yang semakin kuat menyebabkan surplus perdagangan April menyempit. Seperti diketahui, surplus dagang Maret-April 2024 bergerak turun dari US$4,58 miliar menjadi US$3,56 miliar.

“Surplus perdagangan menyempit pada bulan April dibanding bulan sebelumnya, karena impor semakin kuat,” terang Irman, Rabu (15/5).

Ekspor tumbuh sebesar 1,7% (yoy) pada April 2024 menjadi US$19,6 miliar. Pertumbuhan ekspor yang positif di bulan ini terutama didorong oleh sedikit kenaikan harga komoditas akibat meningkatnya konflik Timur Tengah, ditambah meningkatnya permintaan besi, baja, dan CPO dari Tiongkok.

Adapun, impor tumbuh sebesar 4,6% yoy menjadi US$16,1 miliar. Meningkatnya pertumbuhan impor terutama disebabkan oleh peningkatan impor mesin, peralatan listrik, dan bahan baku. Sejalan dengan aktivitas manufaktur yang terus meningkat (PMI: 52,9) dan persediaan barang pasca libur Idulfitri.

Baca Juga: BPS: Surplus Dagang April 2024 Turun Ke US$3,56 M

Di sisi lain, surplus dagang April 2024 juga lebih kecil dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$3,9 miliar. 

“Hal ini menandakan berlanjutnya tren penurunan surplus perdagangan Indonesia, seiring dengan peningkatan impor secara bertahap dan penurunan harga komoditas ekspor,” jelasnya. 

Ke depan, dia memproyeksi, kenaikan harga komoditas yang sedikit dan bersifat sementara akibat ketegangan geopolitik pada April akan berkurang di tengah melemahnya permintaan global.

“Oleh karena itu, kami mempertahankan perkiraan defisit transaksi berjalan PDB sebesar 0,8% pada tahun 2024,” ucapnya. 

Dari sisi kebijakan, BI akan memastikan stabilitas Rupiah di tengah memburuknya ketahanan eksternal. Dengan mempertahankan suku bunga kebijakan pada 6,25% sepanjang tahun. 

“BI akan mulai melakukan normalisasi selisih suku bunga dengan memperlebar selisih antara BI rate dan Fed Funds Rate (FFR) menjadi 100 basis poin dengan penurunan FFR sebesar 25 basis poin pada akhir tahun 2024,” ungkapnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar