15 Mei 2024
12:37 WIB
BPS: Surplus Dagang April 2024 Turun Ke US$3,56 M
BPS menyampaikan, neraca perdagangan barang RI pada April 2024 mencatat surplus sebesar US$3,56 miliar turun dari Maret 2024 yang sebesar US$4,58 miliar.
Penulis: Khairul Kahfi
Ilustrasi bongkar muat peti kemas di pelabuhan. ValidNewsID/Darryl Ramadhan.
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, neraca perdagangan barang RI pada April 2024 mencatat surplus sebesar US$3,56 miliar. Capaian surplus ini berasal dari capaian ekspor dan impor RI selama April, yang masing-masing sebesar US$19,62 miliar dan US$16,06 miliar.
“Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun beruntun,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia April 2024, Jakarta, Rabu (15/5).
Adapun, surplus April 2024 ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus dagang Maret 2024 yang sebesar US$4,58 miliar, maupun dengan surplus yang terjadi pada April 2023 yang sebesar US$3,94 miliar.
Jika ditelisik, surplus neraca perdagangan bulan ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yang sebesar US$5,17 miliar.
Baca Juga: Ekonom Mandiri Optimistis Surplus Dagang April Capai US$3,2 M
Dengan komoditas penyumbang surplus non-migas yang utamanya berasal dari Bahan Bakar Mineral (HS 27), Lemak dan Minyak Hewan Nabati (HS 15), serta Besi dan Baja (HS 72).
“Surplus neraca perdagangan non-migas April 2024 ini lebih rendah jika bandingkan dengan bulan lalu (US$6,62 miliar) dan juga dibandingkan dengan bulan April pada tahun lalu (US$5,63 miliar),” ungkapnya.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$1,61 miliar yang disumbang oleh produk hasil minyak maupun minyak mentah.

Adapun defisit ini terpantau lebih rendah ketimbang defisit Maret 2024 (minus US$2,04 miliar) dan defisit April 2023 (minus US$1,7 miliar).
Menurut negara mitra dagang, per April 2024, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang terbesar dengan India dengan surplus sebesar US$1.461,2 juta; Amerika Serikat US$1.090,8 juta; dengan ; dan Filipina US$699,1 juta.
“Surplus terbesar yang dialami dengan India ini didorong oleh Bahan Bakar Mineral (HS 27); Lemak dan Minyak Hewan Nabati (HS 15); dan Logam Mulia dan Perhiasan/Permata (HS 71),” jabarnya.
Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara. Defisit dagang tertinggi di antaranya terealisasi dengan Australia sebesar US$ 438,5 juta; Brasil defisit US$ 388,3 juta; dan Jerman sebesar US$155,1 juta.
Spesifik, defisit Indonesia dengan Australia berasal dari komoditas Bahan Bakar Mineral (HS 27); Bijih Logam, Terak, dan Abu (HS 26); serta Serealia (HS 10).
Baca Juga: BPS: Impor Naik Hampir 30% Pada Maret 2023
Secara kumulatif Januari-April 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai US$10,97 miliar. Torehan ini mengalami penurunan sebesar US$5,08 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang sempat menyentuh US$16,05 miliar.
Ditilik secara mitra dagang, sepanjang Januari-April 2024, defisit neraca dagang kumulatif paling dalam terjadi dengan Tiongkok sebesar US$3,14 miliar, diikuti Thailand sekitar US$ 1,5 miliar, dan Australia sekitar US$1,4 miliar.
Jika dirinci pada periode sama, neraca dagang non-migas mengalami surplus US$17,68 miliar atau lebih rendah ketimbang capaian Januari-April 2023 yang sebesar US$22,06 miliar.
Sementara neraca dagang migas mengalami defisit US$6,72 miliar atau lebih dalam ketimbang Januari-April 2023 yang sebesar US$6,01 miliar.
“(Dengan begitu) neraca perdagangan migas dan nonmigas mengalami penurunan kumulatif (cumulative-to-cumulative/ctc) hingga April 2024, yang masing-masing sebesar US$0,70 miliar dan US$4,37 miliar dibandingkan periode sama di 2023,” jelasnya.