15 Mei 2024
14:34 WIB
4 Tahun Terakhir, Indonesia Sukses Kumpulkan Surplus Dagang US$157,21 M
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total surplus dagang Indonesia selama 48 bulan atau 4 tahun terakhir mencapai US$157,21 miliar.
Penulis: Khairul Kahfi
Suasana aktivitas bongkar muat kontainer di PT Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Senin (1 7/10/2022). Antara Foto/Didik Suhartono
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total surplus dagang Indonesia selama 48 bulan atau 4 tahun terakhir mencapai US$157,21 miliar. Adapun, capaian ini bukan merupakan surplus terlama yang dialami RI dalam sejarah perdagangan internasionalnya.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menuturkan, torehan surplus dagang terlama pernah Indonesia rasakan selama 152 bulan berturut atau sekitar 12,6 tahun lamanya, yakni selama Juni 1995 sampai dengan April 2008.
Paling dekat, Indonesia juga pernah merasakan surplus dagang lama meski dengan durasi yang lebih pendek. Capaian surplus dagang terjadi hanya berlangsung selama 18 bulan, yaitu selama Januari 2016 sampai dengan Juni 2017.
“Jadi surplus (dagang) beruntun ini pernah terjadi juga sebelumnya, dan yang terlama itu di periode 9 Juni 1995 sampai dengan April 2008, ya jadi 152 bulan berturut-turut,” sebut Pudji dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia April 2024, Jakarta, Rabu (15/5).
Baca Juga: BPS: Surplus Dagang April 2024 Turun Ke US$3,56 M
Lebih lanjut jika dipilah menurut komponen, capaian surplus dagang selama 4 tahun terakhir disokong oleh kuatnya surplus nonmigas yang mencapai US$224,15 miliar. Sebaliknya, komponen sektor migas mengalami defisit sebesar US$66,93 miliar.
Dipantau per mitra dagang, akumulasi surplus neraca perdagangan barang Indonesia selama 48 bulan terakhir disumbang oleh Amerika Serikat sebesar US$54,24 miliar; disusul India sebesar US$42,74 miliar; dan Filipina sebesar US$34,81 miliar.
Di sisi lain, sejumlah negara juga terpantau berkontribusi pada defisit neraca dagang dalam periode tersebut. Seperti dengan Brasil yang mengalami defisit sebesar US$9,64 miliar; diikuti Singapura dengan defisit sebesar US$18,91 miliar; serta Australia dengan capaian defisit sebesar US$21,35 miliar.
Secara spesifik, setidaknya ada dua komoditas yang berperan besar dalam capaian surplus neraca perdagangan 4 tahun beruntun ini. Pertama, komoditas batu bara mendominasi capaian surplus kategori nonmigas, dalam hal ini masuk dalam kelompok Bahan Bakar Mineral (HS 27).
Baca Juga: Ekonom Mandiri Optimistis Surplus Dagang April Capai US$3,2 M
Kedua, komoditas minyak kelapa sawit atau CPO dalam kelompok Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS 15) yang juga berkontribusi besar terhadap capaian positif perdagangan internasional RI di waktu bersamaan.
Jika mau ditelusuri lebih dalam lagi, surplus migas selama 4 tahun terakhir disumbang oleh Tiongkok (US$7,44 miliar); Jepang (US$5,36 miliar); dan Thailand (US$4,75 miliar). Adapun defisitnya berasal dari Malaysia sebesar US$11,10 miliar; Arab Saudi alami defisit US$13,57 miliar; serta Singapura yang defisit US$18,69 miliar.
Dari sisi nonmigas, surplus dalam kurun waktu sama berasal dari Amerika Serikat (US$62,79 miliar); India (US$46,57 miliar); dan Filipina (US$34,81 miliar). Sedangkan dari sisi defisitnya berasal dari Thailand yang defisit sekitar US$13,89 miliar; diikuti Tiongkok US$16,27 miliar; dan Australia yang defisit sebesar US$19,62 miliar.