07 Februari 2024
20:08 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah mengimpor sebanyak 3 trainset KRL dari CRRC Sifang Co., Ltd. dan akan tiba di Indonesia secara bertahap mulai 2025.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun mengungkapkan terlaksananya impor KRL dari Tiongkok itu merupakan upaya memenuhi kebutuhan sembari menunggu produksi KRL oleh PT INKA di Jawa Timur.
"Itu sudah pernah dirapatin, supaya bridging saja dulu 3 trainset sambil kita bangun yang di INKA," ucap Luhut saat ditemui di Kantor Kemenkomarves, Rabu (7/2).
Dia pun menegaskan ke depan pemerintah akan memprioritaskan gerbong-gerbong KRL yang beroperasi merupakan produksi dari INKA. Andaipun terpaksa mendatangkan dari luar negeri, pemerintah takkan membuka jalan impor KRL bekas.
"Kita inginnya buatan dalam negeri. Buat apa kita impor bekas, kalau impor yang jadi sekalian. Tapi, 3 trainset ini bridging aja untuk membangun yang di dalam negeri," jabarnya.
Diketahui, KAI Commuter bersama CRRC Sifang Co., Ltd. melakukan penandatanganan Kontrak Kerjasama Pengadaan Sarana Kereta Rel Listrik (KRL) Baru pada 31 Januari 2024 lalu di Beijing, China.
Baca Juga: Pemerintah Tolak Impor KRL Bekas
Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto menyampaikan bahwa pada Kontrak Pengadaan Sarana KRL Baru ini, KAI Commuter membeli 3 rangkaian KRL baru dengan tipe KCI-SFC120-V.
"Pengadaan sarana KRL baru ini merupakan pemenuhan atas jumlah sarana KRL sesuai dengan kebutuhan pelayanan pengguna Commuter Line Jabodetabek tahun 2024-2025 yang sudah mencapai hampir 1 juta pengguna per harinya," ucap Asdo lewat keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Tak tanggung-tanggung, total investasi untuk impor 3 rangkaian KRL dari CRRC Shifang itu mencapai Rp783 miliar. Pemenuhan kebutuhan sejatinya tidak hanya dilakukan dari impor, melainkan juga Pengadaan 16 rangkaian sarana KRL baru oleh PT INKA senilai Rp3,83 triliun, serta peremajaan 19 rangkaian yang juga dilakukan PT INKA dengan investasi Rp2,23 triliun.
Sekadar informasi, total kebutuhan capital expenditure (capex) untuk pengadaan dan peremajaan KRL oleh PT KCI mencapai Rp8,65 triliun. Dari angka itu, Rp5 triliun merupakan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan sisanya pinjaman bank.
Khusus PMN, penyalurannya dilakukan secara bertahap, yakni Rp2 triliun pada 2024 dan Rp1,5 triliun masing-masing tahun 2025 dan 2026 mendatang.
KRL China Lebih Murah
Pada kesempatan berbeda, Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengungkapkan kronologi keputusan pengadaan 3 rangkaian KRL baru yang diimpor dari perusahaan asal China, CRRC Sifang Co., Ltd, ketimbang mengambil dari Jepang seperti rencana sebelumnya.
"Bukan berarti dipaksakan harus Jepang. Tapi pada saat itu, ketika kita melakukan review baik dari kebutuhan biaya dan yang lainnya, memang kami mendapatkan proposal dari Jepang," katanya dalam konferensi pers, Selasa (6/2).
Dia menjelaskan KAI Commuter kala itu masih melakukan review mengenai besaran biaya yang akan dikeluarkan ketika melakukan pengadaan, baik pembelian kereta baru impor maupun retrofit atau peremajaan.
"Ini untuk menentukan seberapa banyak PMN (Penanaman Modal Negara) yang dibutuhkan KAI Commuter. Ini yang perlu kami luruskan," tegas dia.
Baca Juga: Intip Trik KCI Sulap Kereta KRL Lama Jadi Serasa Baru
Anne menambahkan pada September 2023 lalu, manajemen KAI sempat dipanggil untuk melakukan RDP (Rapat Dengar Pendapat) oleh parlemen. Kemudian pada Oktober 2023, proposal yang diterima dari Jepang mengalami kenaikan harga. Untuk itu, pihaknya perlu membandingkan proposal dari negara lain.
Menurutnya, perusahaan sejatinya bisa merekomendasi sejumlah sumber untuk dibandingkan terkait harga dan spesifikasi. Khusus soal harga, ia memastikan KRL baru dari China lebih murah ketimbang Jepang.
"Apalagi, spesifikasi teknis KRL baru dari China sudah sangat mendekati kebutuhan," katanya.
Persaingan mendapatkan pasar KRL Indonesia tak hanya melibatkan Jepang dan China, tapi terdapat tawaran dari Korea Selatan. Sayangnya, produk KRL dari Negeri Ginseng masih menggunakan alumunium dalam, sedangkan KCI sudah menggunakan stainless steel.
"Dari harga juga sangat kompetitif antara 3 negara ini. Tapi range-nya memang seperti itu biayanya. Tapi, kan, ada pengiriman, ada regulasi dalam negeri dan yang lain sehingga pada saat menerima proposal itu, memang CRRC yang kompetitif," pungkas Anne Purba.