11 Januari 2024
18:06 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tengah merencanakan pengadaan armada. Selain impor KRL baru dan memesan armada ke PT Industri Kereta Api (INKA), KAI Commuter juga berencana menjalankan strategi retrofit.
Ya, retrofit atau peremajaan masuk dalam program KAI Commuter untuk menyehatkan kereta-kereta yang memasuki masa pensiun agar tetap bisa beroperasi melayani masyarakat.
Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto menerangkan langkah untuk meremajakan armada yang sudah berumur berawal dari penolakan pemerintah untuk mengimpor KRL bekas.
"Tidak boleh impor, kita dukung produksi nasional lewat INKA. Kita sudah kontrak kerja sama 16 trainset baru akan selesai 2025 dan sesuai arahan pemerintah, kita juga lakukan retrofit," jelas Asdo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/1).
Baca Juga: LRT Jabodebek Tingkatkan Volume Penumpang KRL Commuter Line
Secara garis besar, dia menerangkan retrofit ialah proses penyehatan terhadap sejumlah kereta yang masuk masa konservasi dan sudah layak untuk pensiun.
Dengan peremajaan, performa armada-armada yang sudah lesu menjadi baru lagi sekalipun nilai ekonomisnya tidak seperti baru.
"Nilai ekonomis KRL baru itu 30 tahun, sedangkan retrofit ini nyaris separuhnya, 15 tahun," katanya.
Tak tanggung-tanggung, KAI Commuter akan mengirim 19 trainset ke INKA secara bertahap dalam program retrofit. Khusus tahun ini, anak usaha PT Kereta Api Indonesia itu akan mengirim sebanyak empat unit KRL ke INKA.
Pengiriman empat unit armada KRL juga akan dilakukan pada tahun 2025 dan 2026. Lalu pada tahun 2027, sebanyak tujuh armada terakhir akan dikirim untuk diremajakan oleh INKA.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN) Deddy Herlambang menganggap program retrofit atau peremajaan armada-armada KRL sejatinya harus dilaksanakan sejak 2020.
Terlambatnya program retrofit, sambung Deddy, tak lepas dari pandemi covid-19 sehingga perencanaan program itu baru bisa dilaksanakan 2022 lalu.
Pada implementasinya program retrofit juga tak berjalan semulus yang diharapkan karena berkaitan dengan munculnya polemik pembelian KRL baru dan bekas.
"Jadi, trainset-trainset itu memang sudah mendekati lifetime sarana KRL, maka harus diganti sarana yang lebih fit," ucapnya kepada Validnews, Kamis (11/1).
Baca Juga: Penumpang KRL Commuter Line 2023 Tembus 331 Juta Orang
Pemerintah akhirnya menyetujui program retrofit seiring penolakan impor KRL bekas. Dengan program itu, semua spare part KRL, termasuk engine traksi motor diganti dengan produk baru.
"Kecuali untuk body KRL itu bisa pakai yang lama," jabar Deddy.
Namun demikian, Deddy tak menampik kinerja atau performa armada KRL hasil peremajaan tidak akan bisa menandingi produk baru.
Begitu pun dengan proses uji kelayakan dan sertifikasi, menurutnya harus dibedakan antara KRL hasil retrofit dengan KRL baru. Apalagi, saat ini belum ada regulasi khusus yang mengatur peremajaan armada KRL.
"Tidak bisa karena retrofit tidak ada regulasinya, sehingga sertifikasi beda dengan produk KRL baru," tandas Deddy Herlambang.