18 Juni 2025
18:15 WIB
Hingga Juni 2025, Pembelian SBN BI Naik Lagi Jadi Rp124,33 Triliun
Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp87,04 triliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp37,29 triliun.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Dua pegawai berbincang saat jam istirahat tiba di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (20/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dengan total nilai sebesar Rp124,33 triliun sejak awal tahun hingga 17 Juni 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo merinci, pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp87,04 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp37,29 triliun.
"Bank Indonesia melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah," kata Perry dalam konferensi pers secara daring, Jakarta, Rabu (18/6).
Baca Juga: Langkah Borong SBN Dikritik, Begini Tanggapan BI
Jika dibandingkan laporan sebelumnya pada pekan ketiga Mei 2025, maka BI sudah menaikkan 'belanja' SBN sekitar Rp27,92 triliun. BI melaporkan telah memboyong SBN sepanjang 1 Januari-20 Mei 2025 sebesar Rp96,41 triliun.
Ke depan, Perry menuturkan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Dalam kaitan ini, instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) terus dioptimalkan.
"Strategi operasi moneter pro-market juga terus dioptimalkan untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuiditas. Dalam kaitan ini, instrumen moneter pro-market SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan," ungkap Perry.
Hingga 16 Juni 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp811,11 triliun, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter.
Baca Juga: BI Susun 5 Arah Bauran Kebijakan Guna Jaga Stabilitas Ekonomi
Sementara itu, instrumen SVBI dan SUVBI pada periode yang sama tercatat masing-masing sebesar US$2,06 miliar dan US$480 juta.
"Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar," jelasnya.
Penguatan Kebijakan Moneter
Pada kesempatan sama, Perry juga mengatakan, Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan moneter, termasuk dengan mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market, sehingga transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga pascapenurunan BI-Rate dapat berjalan makin baik.
Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Mei 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, suku bunga INDONIA turun menjadi 5,34% pada 17 Juni 2025 dari sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Mei 2025 sebesar 5,77%.
Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 13 Juni 2025 juga menurun, yakni masing-masing menjadi 6,22%; 6,26%; dan 6,27%, terhitung lebih rendah dibandingkan sebelum penurunan BI-Rate pada Mei 2025, yaitu masing-masing sebesar 6,40%, 6,44%, dan 6,47%.
Baca Juga: BI Masih Tahan Suku Bunga Di Level 5,50% Pada Juni 2025
Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,16% menjadi 6,13%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,84% menjadi 6,71%.
Suku bunga perbankan juga mulai menurun, meskipun masih secara terbatas. Suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 4,81% pada Mei 2025, sedikit menurun dari 4,83% pada April 2025.
Suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 9,18% pada Mei 2025, juga sedikit menurun dari 9,19% pada April 2025.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan guna mendukung pertumbuhan ekonomi," tegasnya.