c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

22 Mei 2025

08:32 WIB

Demi Rupiah Stabil Dan Inflasi Terkendali, BI Borong SBN Rp96,41 T Hingga Mei 2025

Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp64,99 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp31,42 triliun.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>Demi Rupiah Stabil Dan Inflasi Terkendali, BI Borong SBN Rp96,41 T Hingga Mei 2025</p>
<p>Demi Rupiah Stabil Dan Inflasi Terkendali, BI Borong SBN Rp96,41 T Hingga Mei 2025</p>

Gedung Bank Indonesia (BI). Antara/HO-Bank Indonesia

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) dengan total sebesar Rp96,41 triliun sejak awal tahun hingga 20 Mei 2025.

Gubernur BI Perry Warjiyo memerinci, pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp64,99 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah sebesar Rp31,42 triliun.

"Bank Indonesia melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI edisi Mei 2025 secara daring, Jakarta, Rabu (21/5).

Baca Juga: Tok, BI Turunkan Suku Bunga di Level 5,50% Pada Mei 2025

Ke depan, Perry menuturkan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dalam hal ini, BI bakal terus mengoptimalkan instrumen moneter seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

"Strategi operasi moneter pro-market juga terus dioptimalkan untuk mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui kecukupan likuiditas. Dalam kaitan ini, instrumen moneter pro-market SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan," ungkap Perry.

Hingga 19 Mei 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp869,67 triliun, atau menurun ketimbang pada awal Januari 2025 yang sebesar Rp923,53 triliun. Meski demikian, posisi SRBI ini masih tetap bisa mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter. 

Sementara instrumen SVBI dan SUVBI pada 19 Mei 2025, masing-masing tercatat sebesar US$1,97 miliar dan US$306 juta.

Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar. 

Penguatan Kebijakan Moneter
Perry mengatakan, penguatan respons kebijakan moneter juga terus dilakukan untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 2,5±1% pada 2025 dan 2026, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental, dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Sejalan dengan itu, strategi operasi moneter pro-market terus dioptimalkan untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga khususnya di perbankan. 

Di pasar uang, suku bunga INDONIA terus menurun sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter Bank Indonesia, dari semula sebesar 6,03% pada awal Januari 2025 menjadi 5,77% pada 20 Mei 2025. 

Baca Juga: BI Susun 7 Arah Bauran Kebijakan Guna Jaga Stabilitas Ekonomi

Adapun, suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan per 16 Mei 2025 juga menurun, yakni dari masing-masing 7,16%; 7,20%; dan 7,27% pada awal Januari 2025 menjadi 6,40%; 6,44%; dan 6,47%. 

Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96% menjadi 6,16%, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98% menjadi 6,84%. 

Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025, suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, atau meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025, dengan kecenderungan sejumlah bank menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan. 

Suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yaitu tercatat sebesar 9,19% pada April 2025, relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025. 

"Ke depan, Bank Indonesia memandang suku bunga perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," jelas Perry.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar