23 Juni 2025
21:00 WIB
Ekonom: Indonesia Gagal Kejar Peluang Jadi Eksportir Durian
Meski jadi negara penghasil durian terbesar, RI tertinggal dari Vietnam dan Thailand yang saat ini bersaing memenuhi permintaan durian ke China dengan nilai hingga Rp65,9 triliun.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Chief Economist PT Bank Central Asia David Sumual mengungkap, Indonesia gagal memanfaatkan peluang untuk menjadi eksportir komoditas pertanian yang sedang naik daun di China, yakni Durian.
Saat ini, tingginya permintaan atas buah tropis tersebut di Negeri Tirai Bambu justru dipenuhi oleh Thailand dan Vietnam yang bersaing melakukan ekspor dengan nilai tinggi.
"kita terakhir ini kehilangan kesempatan (ekspor) durian, jadi ada durian mania sebenarnya di Tiongkok ya, kalau kita ke Tiongkok sekarang ini banyak produk-produk makanan yang berbasis durian," ujar David dalam Webinar ISEI bertajuk 'Indonesia di BRICS', Jakarta, Senin (23/6).
Baca Juga: Keran Ekspor Durian Indonesia Ke Tiongkok Makin Terbuka, Zulhas Lakukan Ini
Lebih detail, fenomena durian mania yang dimaksud David adalah meningkatnya permintaan dan konsumsi buah durian secara signifikan di China, bahkan hingga menjadi simbol kekayaan dan status sosial.
Diketahui, China kini mengonsumsi lebih dari 85% pasokan durian global, dengan impor mencapai US$7 miliar pada 2024, bahkan mengalahkan komoditas lainnya.
Fenomena tersebut, tidak hanya terjadi dengan peningkatan konsumsi langsung terhadap buah tersebut, melainkan juga menghadirkan berbagai produk olahan durian mulai dari pizza, burger, milkshake, hingga hot pot durian.
Bukan dipasok dari Indonesia, nyatanya negara yang menjadi eksportir terbesar durian saat ini adalah Vietnam diikuti Thailand sebagai pemimpin.
"Impor durian ini paling besar dari Thailand sampai US$4 miliar, sedangkan dari Vietnam itu sekitar US$3 billion (miliar), jadi untuk beberapa produk makanan itu meningkat tajam dan kita kurang bisa memanfaatkan," tambah David.
Baca Juga: KemenKopUKM: Durian Lokal Perlu Dukungan Bersaing di Pasar Global
Spesifik, dalam data yang dia paparkan, ekspor durian Thailand ke China di 2024 mencapai US$4,01 miliar atau setara Rp66,1 triliun (kurs Rp16.490 per dolar AS). Sementara untuk Vietnam, nilai ekspornya mencapai US$2,94 miliar atau setara Rp48,5 triliun.
Paradigma Kebun Tradisional
David melanjutkan, kegagalan Indonesia memanfaatkan peluang durian yang ada disebabkan oleh masih kurangnya kemajuan dalam hal agroteknologi atau pertanian di Indonesia, dan kurangnya dukungan terhadap para eksportir pertanian.
Sebagai catatan, berdasarkan data BPS produksi durian Indonesia pada 2024 mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir, yakni mencapai 1,96 juta ton. Angka ini juga meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencatatkan produksi sebesar 1,85 juta ton.
Adapun jumlah durian yang berhasil diekspor pada tahun 2024 mencapai 600 ton dengan nilai sekitar US$1,8 juta atau setara Rp29,1 miliar.
Baca Juga: Peluang Ekspor Durian, Indonesia Masih Tunggu Persetujuan Tiongkok
Meski berstatus sebagai negara penghasil durian terbesar, David menilai, hal tersebut belum cukup menjadikan Indonesia sebagai eksportir durian utama dunia seperti Thailand dan Vietnam, lantaran sistem perkebunan yang masih bersifat tradisional.
Sebagai perbandingan, luas lahan durian tradisional yang tersebar di Indonesia jika ditotal belum mencapai 50 ribu hektare.
Angka tersebut jauh tertinggal jika dibandingkan Vietnam yang memiliki luas lahan durian mencapai 150 ribu hektare, dengan memanfaatkan kawasan seperti Delta Mekong dan dataran tinggi untuk menghasilkan durian berkualitas tinggi sepanjang tahun.
Sebab itu, David menilai penting bagi Indonesia untuk mulai bergeser dari paradigma kebun tradisional, dan mendukung kemanuan agroteknologi termasuk bibit unggul jika ingin mengejar komoditas buat tropis termasuk durian sebagai komoditas ekspor andalan.
"Kebanyakan masih paradigma ini kebun tradisional juga perlu dilakukan beberapa penyesuaian dari sisi teknologinya, untuk mendukung ekspor ke depan terutama ke Tiongkok," pungkasnya.