17 Januari 2024
15:15 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Agar mampu bersaing di pasar global, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menilai perlu dukungan ekosistem usaha bagi komoditas durian lokal. Dengan demikian, durian lokal bisa merasakan legitnya pasar dunia global.
“Pasar durian dunia sangat besar, diperkirakan hingga tahun 2025 perdagangan durian di dunia akan mencapai US$30 miliar, sementara Indonesia baru bisa mengekspor sekitar US$200.000,” kata Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman saat berdiskusi dengan para pelaku usaha durian di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, dikutip Rabu (17/01).
Menurut Hanung, salah satu contoh ekosistem durian yang berhasil telah ditunjukkan oleh Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia (APDURIN) yang bekerja sama dengan pemerintah untuk memasarkan durian lokal produksi Parigi Moutong.
Hasilnya, Indonesia Trading House di China untuk mengundang investor atau buyer agar datang ke Parigi Moutong untuk berinvestasi.
Baca Juga: Dinas TPH Kalbar Komitmen Kembangkan Durian Unggul Lokal
“Melalui ekosistem ini, masyarakat yang biasanya tidak punya kepastian pasar untuk barangnya kini bisa menjual produknya bahkan mendapat investasi. Mereka juga bisa memperluas pabrik dan mulai berani menyediakan produk-produk yang dibutuhkan pasar dunia,” ujar Hanung.
Dia juga mengungkapkan, saat ini bukan hanya durian utuh yang diekspor, tetapi juga model koral yang dikemas per biji dengan kuantitas 5 kilogram, serta produk yang sudah berbentuk pasta durian.
Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan visi Menteri Koperasi dan UKM dalam melanjutkan arahan Presiden agar UMKM mampu melakukan hilirisasi.
Namun, Hanung masih menemukan adanya pekerjaan rumah yang perlu dilakukan pemerintah khususnya departemen teknis dalam mengatasi berbagai persoalan pelaku usaha durian di lapangan.
“Pertama mengenai ekspor, mereka mengalami kesulitan tidak bisa langsung ekspor ke China karena ada PR yang harus kita selesaikan, yaitu protokol mengenai karantina yang harus segera dipercepat. Kedua penyakit, mereka masih kesulitan dan membutuhkan izin dari lembaga terkait untuk impor obat-obatan tertentu, dan ketiga adalah kesulitan terkait pupuk,” katanya
Untuk mengatasi kesulitan pupuk, Hanung berpendapat solusi jangka panjang yang dapat dilakukan di antaranya, para petani bisa membentuk koperasi sehingga mampu membuat pabrik pupuk sendiri.
“Sedangkan untuk jangka pendek, pemerintah harus memastikan agar ekosistem yang sudah terbentuk ini mendapatkan pupuk,” tutur Hanung.
Produksi Durian Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Parigi Moutong, Sofiana memberikan dukungan kepada pelaku UMKM di daerahnya, khususnya untuk pelaku usaha durian agar terus meningkatkan kapasitas produksi mereka.
“Belum lama ini pada 2023, kami menggelar festival durian dan ini membuat kedatangan investor semakin meningkat. Kami mendukung adanya investor masuk ke Parigi Moutong agar pelaku UMKM di sini naik kelas,” kata Sofiana.
Baca Juga: KemenKopUKM Gandeng APDURIN Dongkrak Ekspor Durian ke Thailand
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produksi durian di Indonesia mencapai 1,71 juta ton sepanjang 2022. Jumlah itu naik 26,64% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 1,35 juta ton.
Melansir dari Data Indonesia, Jawa Timur menjadi produsen durian terbesar di Indonesia lantaran menghasilkan 419.849 ton pada 2022. Setelahnya ada Sumatra Barat dan Jawa Tengah yang menghasilkan durian sebanyak 304.119 ton dan 211.898 ton.
Selanjutnya, produksi durian di Sumatra Utara tercatat sebanyak 109.944 ton pada 2022. Kemudian, Jawa Barat memproduksi durian sebanyak 80.334 ton sepanjang tahun lalu.
Di sisi lain, Jakarta menjadi provinsi yang paling sedikit memproduksi durian, yakni 340 ton. Di atasnya ada Papua Barat dan Papua yang menghasilkan durian masing-masing sebanyak 441 ton dan 485 ton.