22 Agustus 2025
12:07 WIB
Data Ekonomi AS Menguat, Rupiah Tertekan Melemah
Rupiah melemah dipengaruhi serangkaian rilis data ekonomi AS yang menunjukkan ketahanan aktivitas ekonomi, mulai dari PMI Manufaktur, penjualan rumah eksisting, hingga sinyal ketenagakerjaan.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi serangkaian rilis data ekonomi AS yang menunjukkan ketahanan aktivitas ekonomi.
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat (22/8) di Jakarta melemah 0,31% atau sebesar Rp51, dari sebelumnya Rp16.288 menjadi Rp16.339 per dolar AS.
"S&P Manufacturing PMI (Purchasing Managers' Index) meningkat ke 53,3 pada Agustus 2025 dari 49,8 di Juli 2025, melampaui ekspektasi pasar di 49,5 sekaligus mencatat level tertinggi sejak Mei 2022," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Jumat (22/8).
Baca Juga: The Fed Masih Hawkish, Rupiah Kembali Melemah Tipis
Kenaikan tersebut dinilai mencerminkan pertumbuhan pesanan baru yang solid, sekaligus menandakan perbaikan kembali pada kondisi manufaktur setelah sempat melemah pada Juli 2025.
Di sektor jasa, S&P Services PMI turun tipis menjadi 55,4 pada Agustus 2025 dari level tertinggi sepanjang tahun 55,7 di Juli 2025, tetapi tetap jauh di atas konsensus pasar sebesar 54,2. Hal ini disebut mengindikasikan sektor jasa AS masih tumbuh kuat.
Sementara itu, penjualan rumah existing meningkat 2% (mtm) menjadi 4,01 juta unit di Juli 2025, kenaikan terbesar sejak Februari 2025 dan lebih tinggi dari proyeksi pasar sebesar 3,92 juta unit.
Data survei juga menunjukkan biaya input yang tinggi, sehingga mendorong perusahaan menaikkan harga jual dengan laju tercepat dalam tiga tahun, sejalan dengan tekanan inflasi tertinggi sejak tiga tahun terakhir yang tercermin dalam survei The Philadelphia Fed.
"Indeks harga yang dibayar naik 8 poin menjadi 66,8 pada Agustus 2025, level tertinggi sejak Mei 2022," ungkap Josua.
Untuk sinyal pasar tenaga kerja, lanjutnya, terpantau beragam. Survei S&P menunjukkan penguatan kondisi tenaga kerja, namun terjadi peningkatan initial jobless claims yang mencapai level tertinggi sejak 2021, yakni sebesar 11 ribu dari pekan sebelumnya menjadi 235 ribu pada pekan kedua Agustus 2025.
Capaian tersebut melampaui perkiraan 225 ribu dan mencatat kenaikan mingguan tertinggi dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga: Rupiah Melemah Tersengat Peringkat S&P Soal Kredit AS Yang Masih Kuat
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Jumat (22/8), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau menghijau ke level 98,76 poin atau naik tipis 0,15 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,61 poin
Adapun pergerakan DXY sementara ini (22/8) berkisar antara 98,58-98,78 atau cenderung menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 11.20 WIB hari ini (22/8) terpantau menguat 0,32% atau naik sekitar Rp52 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.340 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.315-16.354 per dolar AS.
Sentimen NPI dan Simposium Jackson Hole
Adapun, Josua menyampaikan, sentimen dari dalam negeri dipengaruhi rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II/2025 oleh BI yang mencatat defisit sebesar US$6,74 miliar, meningkat dibandingkan defisit US$0,79 miliar pada kuartal sebelumnya.
"Pelebaran defisit tersebut disebabkan oleh pelebaran defisit pada neraca transaksi berjalan maupun neraca transaksi finansial, dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat Trade War 2.0 serta eskalasi ketegangan geopolitik," kata Kepala Ekonom Permata Bank ini.
Baca Juga: BI Pamer Rupiah Telah Menguat Capai Rp16.250 Per Dolar AS
Selain itu, defisit transaksi berjalan melebar jadi US$3,01 miliar atau -0,84% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II 2025, dibandingkan US$0,23 miliar atau -0,07% dari PDB pada kuartal I/2025.
Tekanan tambahan juga datang dari sentimen global, terutama menjelang simposium tahunan Jackson Hole yang diselenggarakan oleh The Fed yang berpotensi memberikan kejelasan arah kebijakan suku bunga ke depan.
"Hari ini, rupiah diperkirakan bergerak dalam kisaran Rp16.225-16.375 per dolar AS," ucap dia.