c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

20 Agustus 2025

11:30 WIB

Rupiah Melemah Tersengat Peringkat S&P Soal Kredit AS Yang Masih Kuat

Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi langkah S&P yang mempertahankan peringkat kredit AS tetap kuat di level AA+. Laporan ini turut mendukung dolar AS.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Rupiah Melemah Tersengat Peringkat S&amp;P Soal Kredit AS Yang Masih Kuat</p>
<p>Rupiah Melemah Tersengat Peringkat S&amp;P Soal Kredit AS Yang Masih Kuat</p>

Presiden AS Donald Trump meneken kebijakan tarif resiprokal ke sejumlah besar negara di dunia, Washington DC, Kamis (3/4/2025). Instagram/@potus

JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi langkah S&P mempertahankan peringkat kredit Amerika Serikat (AS) tetap AA+.

“Langkah S&P yang mempertahankan rating kredit AS mendukung dolar AS,” katanya melansir Antara di Jakarta, Rabu (20/8).

Baca Juga: Rupiah Melemah Terimbas Antisipasi Sikap Hawkish The Fed

Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (20/8) di Jakarta melemah sebesar 0,35% atau sekitar Rp57, dari sebelumnya Rp16.245 menjadi Rp16.302 per dolar AS .

Melansir Bloomberg, pada perdagangan Selasa (19/8), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau lanjut menghijau ke level 98,35 poin atau naik tipis 0,10 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,26 poin

Adapun pergerakan DXY kemarin (19/8) berkisar antara 98,30-98,44 atau cenderung menguat dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.

Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.18 WIB hari ini (20/8) terpantau menguat 0,32% atau naik sekitar Rp52 terhadap mata uang rupiah. Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.298 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.294-16.327 per dolar AS

S&P melaporkan, AS dapat mempertahankan kredit kendati ada tekanan fiskal dari Pemotongan Pajak AS. Hal itu dikarenakan pendapatan tarif atau pajak dinilai secara umum dapat mengimbangi fiskal yang lebih lemah.

Baca Juga: Rupiah Melemah Terimbas Inflasi Produsen AS di Atas Prediksi

Mengutip Anadolu, kebijakan tarif AS telah menghasilkan pemasukan negara US$135 miliar hingga Juli 2025. Ketika Trump menjabat pada Januari 2025, pendapatan tarif bersih bulanan mencapai US$7,3 miliar, turun menjadi US$7,2 miliar pada Februari, dan naik menjadi US$8,2 miliar pada Maret.

Memasuki April, pendapatan tarif melonjak tajam menjadi US$15,6 miliar, lalu US$22,2 miliar pada Mei, kemudian US$26,6 miliar pada Juni, dan US$27,7 miliar pada Juli.

Pelemahan rupiah juga dipengaruhi antisipasi investor pada kemungkinan pidato hawkish yang disampaikan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

“Powell sendiri seharusnya masih akan tetap melihat inflasi akan naik oleh tarif, apakah dia akan mengatakan bahwa ini hanya bersifat one time atau berkelanjutan, investor ingin mengetahui juga bila tekanan Trump (ancaman tuntutan) pada Powell akan bisa merubah sikapnya,” kata Lukman.

Dari dalam negeri, sentimen rupiah juga datang dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) siang ini  yang diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga di level 5,25%.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memprediksi kurs rupiah saat ini akan berkisar Rp16.150-16.300 per dolar AS.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar