21 Agustus 2025
11:16 WIB
The Fed Masih Hawkish, Rupiah Kembali Melemah Tipis
Rupiah diperkirakan masih melemah sebab kondisi moneter AS yang masih menunjukkan tanda-tanda hawkish. Nilai tukar rupiah diproyeksi bergerak di kisaran Rp16.225-16.350 per dolar AS.
Editor: Khairul Kahfi
Seorang teller menyerahkan lembaran uang rupiah dan dolar AS saat melayani transaksi penukaran valuta asing di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (20/8). ValidnewsID/Hasta Adhistra
JAKARTA - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan nilai tukar (kurs) rupiah pada Kamis ini bergerak di kisaran Rp16.225-16.350 per dolar AS. Proyeksi tersebut berdasarkan kondisi moneter AS yang masih menunjukkan tanda-tanda pengetatan (hawkish).
Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes Juli 2025 menunjukkan, The Federal Reserve masih lebih fokus pada risiko inflasi dibanding kondisi pasar tenaga kerja AS, terutama terkait dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
"Meski (kedua pejabat tinggi The Fed) Michelle Bowman dan Christopher Waller menyatakan pendapat berbeda dengan mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps, mayoritas anggota menilai risiko inflasi lebih besar dibanding melemahnya lapangan kerja," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Kamis (21/8).
Baca Juga: Rupiah Melemah Tersengat Peringkat S&P Soal Kredit AS Yang Masih Kuat
Dia menilai, dinamika tersebut membuat investor cenderung berhati-hati menjelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat (22/8) untuk memperoleh pandangan jelas terkait prospek pelonggaran kebijakan moneter AS.
Data terbaru disebut kian memperkuat kekhawatiran terhadap inflasi, sekaligus mempertanyakan ketahanan pasar tenaga kerja AS sehingga investor masih ragu terkait arah kebijakan The Fed ke depan.
Berdasarkan pantauan, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis pagi (21/8) di Jakarta kembali melemah tipis 0,02% atau sekitar Rp4 terhadap dolar AS, dari sebelumnya Rp16.271 menjadi Rp16.275 per dolar AS.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/8), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau lanjut menghijau ke level 98,27 poin atau naik tipis 0,06 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 98,21 poin
Adapun pergerakan DXY kemarin (19/8) berkisar antara 98,22-98,31 atau cenderung sedikit melemah dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir di kisaran 96,37-110,17 poin.
Di sisi lain, dolar AS yang dipantau pada pukul 10.27 WIB hari ini (21/8) terpantau menguat 0,05% atau naik sekitar Rp8 terhadap mata uang rupiah.
Sementara ini, rupiah ditransaksikan Rp16.279 per dolar AS, dengan proyeksi pergerakan harian sekitar Rp16.270-16.290 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Melemah Terimbas Antisipasi Sikap Hawkish The Fed
Selain itu, Josua melanjutkan, tekanan politik tetap berlanjut yang dilakukan Trump dengan mendesak Gubernur Fed Lisa Cook untuk mengundurkan diri terkait dugaan penipuan hipotek, sekaligus terus mendorong penurunan suku bunga.
"Dengan masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026, Trump tengah mempertimbangkan calon pengganti, sementara Menteri Keuangan Scott Bessent baru-baru ini mendukung pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 bps pada September 2025," kata Josua.
Di ranah domestik, sentimen berasal dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 5% untuk mendukung pertemuan ekonomi.
Adapun, pergerakan rupiah hari ini juga bakal ditentukan sentimen rilisan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk posisi kuartal II 2025.
"Kami memperkirakan defisit transaksi berjalan (kuartal II) tetap terkendali di sekitar 1% dari PDB, meskipun melebar dibandingkan posisi kuartal I/2025," ucap dia.