03 Juli 2024
16:58 WIB
BTN Lirik Bank Victoria Syariah, Pengamat: Sangat Disayangkan
Pengamat Ekonomi Syariah menilai merger BTN - Bank Victoria Syariah tak membawa dampak pada market share perbankan syariah. Dia menyimpulkan ada beberapa skenario untuk spin-off UUS BTN ini. Apa saja?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Ilustrasi BTN Syariah. Shutterstock/Abm p.poed
JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) kini tengah melakukan uji tuntas untuk mengakuisisi Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI), untuk kemudian digabungkan dengan BTN Syariah (UUS BTN). Namun, ketika uji tuntas Bank Muamalat ini belum menghasilkan kesimpulan akhir, kini beredar kabar BTN mengalihkan radarnya ke Bank Victoria Syariah.
Menanggapi hal tersebut, pengamat ekonomi syariah sekaligus Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengaku menyayangkan keputusan yang diambil BTN.
"Kita menyayangkan jika bank yang akan diakuisisi BTN adalah Bank Victoria Syariah, untuk dua alasan. Pertama, penggabungan BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah tidak akan menambah market share industri perbankan syariah nasional. Karena keduanya adalah bank syariah, maka menggabungkan keduanya tidak akan memberi dampak pada market share industri yang kini baru di kisaran 7,4%," ungkap Yusuf kepada Validnews, Rabu (3/7).
Kedua, penggabungan BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah tidak akan mampu melahirkan bank syariah yang cukup besar untuk menjadi pesaing BSI.
Dengan aset masing-masing Rp55 triliun dan Rp3 triliun, kata Yusuf, maka penggabungan BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah hanya akan menghasilkan bank syariah dengan ukuran Rp58 triliun, sangat jauh dari aset Bank Syariah Indonesia (BSI) yang sebesar Rp358 triliun.
"Untuk dua alasan di atas, dalam skenario ideal, kita berharap BTN mengakuisisi bank konvensional dengan ukuran aset yang cukup besar," imbuhnya.
Dengan demikian, diharapkan dari spin-off BTN Syariah ini pangsa pasar perbankan syariah nasional akan meningkat. Sekaligus menghasilkan lahirnya bank syariah besar yang menjadi pesaing BSI dengan fokus bisnis pada pembiayaan perumahan rakyat.
Sementara itu, Yusuf menilai langkah BTN mengakuisisi Bank Muamalat dan kemudian menggabungkannya dengan BTN Syariah jauh lebih baik.
Penggabungan Bank Muamalat dan BTN Syariah sendiri akan menghasilkan bank syariah baru dengan aset di kisaran Rp120 triliun.
Baca Juga: Ada Kabar BTN Batal Akuisisi Muamalat, Ini Kata OJK
Wajib Spin-off
Masih dalam kesempatan yang sama, Yusuf menjelaskan, POJK No. 12/2023 mengatur bahwa Unit Usaha Syariah (UUS) wajib spin-off ketika asetnya telah mencapai 50% dari aset induk atau minimal aset mencapai Rp50 triliun. Ketika syarat terpenuhi, UUS wajib spin-off paling lambat dua tahun kemudian.
Dengan POJK No. 12/2023 ini, maka UUS besar, seperti CIMB Niaga Syariah dan BTN Syariah harus spin-off dalam beberapa tahun ke depan. Pada kuartal I/2024, aset UUS BTN tercatat ada di kisaran Rp55 triliun.
"Kita berharap agar spin-off BTN Syariah ini selain menghasilkan pesaing BSI, juga bervisi untuk meningkatkan market share industri perbankan syariah," ujarnya.
Akan tetapi, menurut Yusuf, jika spin-off diserahkan sepenuhnya ke industri, maka pelaku pasar akan cenderung memilih opsi yang paling efisien, mudah, dan cepat dilakukan. Antara lain mengakuisisi bank yang sudah memiliki rekam jejak dalam industri perbankan syariah, seperti BTN Syariah yang kini mengincar Bank Victoria Syariah.
"Dengan arah seperti ini, spin-off hanya sekedar membawa pada konsolidasi industri perbankan syariah saja. Kita bersepakat bahwa BSI harus mendapatkan pesaing yang cukup kuat agar persaingan di industri perbankan syariah menjadi lebih sehat," tegas dia.
Kendati demikian, Yusuf menuturkan bahwa pihaknya mengapresiasi BTN dan pemerintah yang memutuskan untuk men-spin-off UUS BTN menjadi BUS. Dengan demikian, maka pemerintah membatalkan rencana awal menggabungkan BTN Syariah dengan BSI.
Pasalnya, menggabungkan BTN Syariah ke BSI adalah salah arah dan tidak memberi dampak bagi perkembangan industri perbankan syariah.
Menurutnya, menggabungkan BTN Syariah dengan BSI akan membuat BSI menjadi semakin dominan, sehingga akan semakin mengancam iklim persaingan yang sehat di industri perbankan syariah.
UUS BTN selayaknya dibiarkan spin-off dan menjadi Bank Umum Syariah (BUS), menjadi pesaing BSI, dengan BTN Syariah terus berspesialisasi pada pembiayaan perumahan.
Oleh karena itu, Yusuf menyambut baik rencana BTN untuk spin-off UUS BTN dengan cara mengakuisisi bank lain untuk digabungkan dengan BTN Syariah menjadi BUS baru.
Baca Juga: OJK Belum Terima Permohonan Tertulis Merger BTN Syariah-Bank Muamalat
Butuh Pesaing
Saat ini, Yusuf menilai bahwa industri perbankan syariah sangat timpang, di mana BSI menjadi satu-satunya pemain yang sangat dominan, yaitu aset pada kuartal I/2024 menembus Rp358 triliun, menguasai sekitar 40% market share perbankan syariah nasional.
Adapun, pesaing terdekatnya adalah Bank Muamalat dan CIMB Niaga Syariah dengan aset masing-masing hanya di kisaran Rp65 triliun.
Padahal, BSI selayaknya memiliki tiga hingga empat pesaing yang sepadan agar industri perbankan syariah nasional lebih sehat.
Dia memberikan contoh kasus lumpuhnya layanan BSI yang membuat konsumen perbankan syariah nasional mengalami kerugian sangat besar, harus menjadi pelajaran berharga.
Namun demikian, agenda terbesar industri keuangan syariah hingga kini adalah mendorong market share perbankan syariah yang hingga kini masih di kisaran 7,4% dari total industri perbankan nasional.
"Dengan kata lain, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seharusnya tidak hanya berfokus pada pencarian pesaing BSI, namun di saat yang sama juga secara progresif terus mengejar kenaikan market share perbankan syariah," terang Yusuf.
Baca Juga: OJK Sebut Tahapan Merger Bank Muamalat-UUS BTN Masih Bergulir
Beberapa Skenario Spin-off
Spin-off UUS BTN diharapkan menjadi BUS baru dilakukan dengan cara terbaik, yaitu meningkatkan market share industri perbankan syariah, dan sekaligus menghasilkan pesaing BSI yang sepadan.
Dengan agenda besar ini, Yusuf menyimpulkan terdapat beberapa skenario untuk spin-off UUS BTN ini. Pertama, dalam skenario paling ideal, pemerintah mengkonversi BTN sebagai induk BTN Syariah menjadi bank syariah dan BTN syariah kemudian bergabung ke induknya sendiri yang kini telah mengkonversi dirinya menjadi bank syariah.
"Dengan aset BTN di kisaran Rp454 triliun, skenario ideal ini akan menghasilkan bank pesaing BSI yang sangat kredibel sekaligus melonjakkan market share perbankan syariah menembus 10%," jelasnya.
Skenario kedua adalah BTN mengakuisisi bank konvensional dengan ukuran aset yang cukup besar, misalnya Rp75 triliun, maka market share perbankan syariah akan segera menembus 8,0%, sekaligus menghasilkan bank syariah pesaing BSI dengan aset di kisaran Rp130 triliun.
Skenario ketiga, yaitu skenario paling minimal, yaitu BTN mengakuisisi Bank Muamalat dan kemudian menggabungkannya dengan BTN Syariah.
"Meski skenario ini kurang ideal, karena menggabungkan sesama bank syariah tidak akan berdampak pada market share perbankan syariah, sebagaimana kasus merger 3 bank BUMN Syariah menjadi BSI pada 2021, namun setidaknya kita akan mendapatkan bank syariah baru dengan ukuran yang cukup besar, sehingga dapat diharapkan menjadi pesaing BSI," tutur Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) itu.
Lebih jauh, merger Bank Muamalat dan BTN Syariah ini berpotensi akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan kasus merger tiga bank BUMN syariah. Lantaran, aset Bank Muamalat dan BTN Syariah yang relatif seimbang, segmen dan ekosistem pasar kedua bank syariah tersebut saling melengkapi.
Dengan begitu, kinerja BTN Syariah akan banyak terbantu oleh infrastruktur Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama, dan ekspansi Bank Muamalat akan banyak terbantu oleh dukungan dari BTN sebagai induk.
"Kita berharap spin-off UUS BTN menjadi momentum bagi pemerintah dan BTN untuk menunjukkan keseriusan pemerintah untuk menunjukkan afirmasinya dalam mengembangkan dan membesarkan market share industri perbankan syariah, sekaligus menghasilkan bank syariah dengan ukuran yang besar sebagai pesaing BSI dengan di saat yang sama tetap menjaga bahkan menguatkan core business BTN Syariah sebagai bank yang memiliki fokus di pembiayaan perumahan rakyat," pungkas Yusuf.