10 Oktober 2025
18:10 WIB
BP: Jangan Langsung Tinggalkan Migas, Transisi Energi Wajib Perlahan
BP mengingatkan transisi energi mesti dilakukan matang dan bertahap. Jika langsung dimatikan, efeknya bisa meluas ke resesi ekonomi. Perusahaan migas harus berperan mendorong transisi energi.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi perusahaan minyak dan gas asal Inggris, British Petroleum yang ditunjukkan dengan sebuah papan logo. Shutterstock/MDart10
JAKARTA - Kampanye transisi menuju energi yang lebih bersih terus disuarakan oleh banyak negara-negara di dunia, tak terkecuali oleh Indonesia. Perbaikan iklim menjadi salah satu alasan kuat untuk beralih ke energi yang lebih berkelanjutan dan mulai meninggalkan segala sumber energi berbasis fosil.
Walau begitu, Chief Economist bp Spencer Dale mengingatkan, agar transisi energi dilakukan secara matang dan jangan tergesa-gesa, apalagi dengan langsung meninggalkan sektor minyak dan gas bumi.
"Perusahaan migas-lah yang seharusnya mendorong transisi energi," sebut Spencer dalam gelaran bp Energy Outlook 2025, Jakarta, Jumat (10/10).
Baca Juga: ESDM: Transisi Energi Jadi Biang Kerok Bisnis Kilang Minyak 'Rungkad'
Spencer mengungkapkan, jika investasi sektor migas langsung dimatikan, dampaknya bisa terasa dari penurunan pasokan komoditas tersebut. Kemudian, efeknya bisa meluas kepada resesi ekonomi secara masif pada sebuah kawasan.
"Akan terjadi resesi ekonomi yang besar, banyak orang tidak akan memiliki energi untuk menerangi rumah atau menggerakkan mobil mereka, dan harga energi akan melonjak ke level yang sangat tinggi, menyebabkan kemiskinan yang besar," sambung dia.
Artinya, proses transisi energi harus dilakukan paralel antara pengurangan konsumsi energi fosil dan masifikasi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau energi bersih.
Baca Juga: Ada Transisi Energi, Indonesia Tetap Butuh Minyak Hingga 2032
Pelaku usaha sektor migas, lanjut Spencer, harus bisa memainkan peran di era transisi energi. Sumber daya migas dalam hal ini harus bisa menjadi andalan, selagi teknologi dan program energi bersih disiapkan.
"Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita tidak bisa menggunakan energi lain hingga dunia siap menggunakan energi-energi lain tersebut," katanya.
Spencer pun menolak keras jika perusahaan sektor migas langsung memutar setir bisnisnya ke arah energi terbarukan. Ia menyebut, konsensus strategi industri migas menjadi titik balik dan solusi yang pas bagi perusahaan minyak dan gas bumi.
Secara garis besar, agenda transisi energi bisa sukses dilakukan apabila pembangunan energi bersih dijalankan secara cepat dan menggunakan teknologi termutakhir supaya energi yang dihasilkan bisa terjangkau bagi masyarakat.
Baca Juga: Transisi Energi di Indonesia Terhadang Anggaran
Walau begitu, peran perusahaan migas dalam agenda transisi energi tak lepas juga dari kebijakan yang diluncurkan pemerintah dan dukungan dari masyarakat.
"Ada peran perusahaan migas di dalamnya, tapi pada akhirnya hal ini harus dipimpin oleh pemerintah dan juga masyarakat," pungkasnya.