04 Juni 2025
16:14 WIB
BI Pangkas Proyeksi Pembiayaan Perbankan Syariah 2025 Jadi 8-11%
BI menjelaskan revisi turun proyeksi pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah 2025 tak lepas dari pengaruh dinamika global. Adapun prospek ekonomi syariah masih cukup positif tumbuh 4,8-5,6%.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Khairul Kahfi
Kepala DEKS Bank Indonesia Imam Hartono (tengah) menyampaikan BI memangkas proyeksi pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah 2025 menjadi 8-11%, Jakarta, Rabu (4/6). Validnews/Fitriana Monic Sari
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah 2025, dari sebelumnya sekitar 11-13% menjadi kisaran 8-11%. Per April 2025, Bank Indonesia mencatat, pembiayaan syariah tumbuh melambat dari sebesar 9,18% (yoy) menjadi 8,85% (yoy).
"Proyeksi dari pembiayaan syariah kita itu kita revisi menjadi antara 8 sampai 11%," kata Kepala Departemen Ekonomi & Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Imam Hartono dalam acara Taklimat Media BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/6).
Baca Juga: SNLIK 2025: Indeks Literasi Keuangan 2025 66,46%, Inklusi Keuangan 80,51%
Meskipun ada revisi, Imam menjelaskan bahwa sektor ekonomi syariah nasional tetap diperkirakan akan tumbuh pada tahun ini.
Dia menuturkan, prospek ekonomi syariah masih cukup positif dan diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6%. Hal ini berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024.
Lebih lanjut, Imam menegaskan, revisi proyeksi pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tak lepas dari pengaruh dinamika global.
Menurutnya, dampak ekonomi global tidak hanya dirasakan oleh sistem keuangan konvensional, tetapi juga turut memengaruhi sektor keuangan syariah.
"Jadi kalau dikatakan bahwa apakah ada dampak global? Sudah pasti, jadi artinya dampak global dan ekonomi ini sebenarnya sifatnya umum, baik itu berdampak kepada syariah maupun konvensional. Cuma mungkin ada yang menarik tadi disampaikan, bagaimana cara kita menggerakkan itu," ujarnya.
Baca Juga: Menkeu Minta Akademisi-Praktisi Wujudkan Ekonomi Islam Yang Adil dan Inklusif
Oleh karena itu, Imam menekankan pentingnya peran seluruh pihak dalam meningkatkan minat masyarakat terhadap keuangan syariah.
Dia pun menyoroti ketimpangan antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih menjadi tantangan saat ini. Sekilas, perbedaan inklusi dan literasi antara keuangan syariah dan konvesional bergerak berlawanan arah.
"Jadi ada yang menarik, kalau di (keuangan) konvensional itu inklusi lebih tinggi dibandingkan literasi. Tapi kalau di syariah itu literasi yang tinggi, tapi inklusinya yang kemudian belum tinggi," jelas dia.
Imam menilai, kondisi tersebut menunjukkan adanya potensi besar keuangan syariah yang belum tergarap sepenuhnya.
Bank Indonesia pun siap untuk terus memperkuat persepsi masyarakat terhadap produk-produk keuangan syariah, termasuk mengatasi stigma bahwa produk keuangan syariah lebih mahal atau rumit dibandingkan produk konvensional.
"Nah ini berarti ada potensi di sana... Bahwa persepsi masyarakat atau pelaku atau siapa pun terhadap syariah itu memang masih perlu kemudian diperkuat kembali. Dalam konteks, misalnya masih terjadi pemahaman yang katakanlah belum pas dari segelintir masyarakat memandang bahwa produk-produk keuangan syariah itu menjadi lebih mahal dan sebagainya," ungkapnya.
Baca Juga: Indonesia Masih Hadapi Masalah SDM Di Industri Keuangan Syariah
Untuk itu, BI bersama kementerian dan lembaga terkait terus berupaya melakukan edukasi dan simulasi pemahaman kepada masyarakat. Selain meningkatkan pemahaman, upaya lainnya adalah menciptakan produk-produk syariah yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Adapun, target literasi ekonomi syariah nasional 2025 mencapai 50%. Berdasarkan tracking survei literasi ekonomi syariah, indeks literasi ekonomi syariah 2024 sebesar 42,84%, atau meningkat 14,84% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Sehingga sekarang ini kita bersama kementerian/lembaga terkait melalui simulasi itu mencoba melakukan disimulasi itu dari sisi pemahaman. Sisi yang kedua adalah supaya menarik berarti apa? Dia harus bisa menciptakan produk-produk yang sesuai dengan keinginan masyarakat. itu pasti," jelasnya.