c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

16 Mei 2025

19:12 WIB

Menkeu Minta Akademisi-Praktisi Wujudkan Ekonomi Islam Yang Adil dan Inklusif

Sinergi antara tiga pilar utama ekonomi Islam diharapkan bisa mewujudkan sistem ekonomi Islam yang adil, inklusif, dan berlandaskan nilai-nilai syariah.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Menkeu Minta Akademisi-Praktisi Wujudkan Ekonomi Islam Yang Adil dan Inklusif</p>
<p id="isPasted">Menkeu Minta Akademisi-Praktisi Wujudkan Ekonomi Islam Yang Adil dan Inklusif</p>

Booth Lembaga Keuangan Syariah dalam acara Economic Festival (ISEF) 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Rabu (5/10/2022). ValidnewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meminta akademisi, birokrasi, hingga praktisi Islam untuk terus meningkatkan peran dalam merespons isu ekonomi aktual.

Pasalnya, menurut Bendahara Negara, sinergi antara tiga pilar utama ekonomi Islam itu, diharapkan bisa mewujudkan sistem ekonomi Islam yang adil, inklusif, dan berlandaskan nilai-nilai syariah.

Dalam hal ini, suatu konsep keadilan tidak hanya konseptual, tetapi benar-benar menciptakan kemakmuran yang bisa dirasakan.

“Tentu kita juga berharap para ahli ekonomi Islam bisa terus meningkatkan peran merespons berbagai isu aktual dan juga menjadi agen perubahan, baik di level nasional maupun di institusi global,” kata Sri Mulyani dalam kegiatan Sarasehan Ekonom Islam, yang dikutip dari Instagram resminya, @smindrawati, Jumat (16/5).

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu juga mengapresiasi kiprah Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) selama dua dasawarsa yang telah memadukan kontribusi akademik dengan kebijakan publik.

Konvensi Nasional Ekonomi Islam pada tahun 2004 melahirkan cita-cita untuk menghadirkan sistem ekonomi yang adil, inklusif, dan sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Baca Juga: Jelang Sarasehan Ekonomi Islam, CSED INDEF: Perlu Perubahan Paradigma Makro

Sejak saat itu, momentum lahirnya Ikatan Ahli Ekonomi Islam sebagai organisasi kumpulan intelektual untuk mengembangkan keilmuan di bidang ekonomi dan keuangan Islam terus berkembang. Tak hanya bicara tentang akademik, tapi juga memberikan input kebijakan kepada pemerintah melalui berbagai riset dan kajian yang berbasis nilai Islam.

Menkeu menuturkan, berbagai dinamika global seperti pandemi covid-19 telah menjadi bukti betapa peran ahli ekonomi Islam menjadi sangat krusial. Untuk itu, dirinya merasa senang bahwa IAEI telah mengambil peranan aktif dalam merespons gejolak tersebut, bahkan ikut aktif dalam pembangunan infrastruktur nasional.

“Saya ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para pendiri IAEI, para senior, serta seluruh jajaran pengurus, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang telah mendedikasikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membangun dan mengembangkan IAEI, serta memikirkan bagaimana value Islam bisa menjadi sumber inspirasi tidak terputus,” ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Wakili RI Di Forum PBB, BSI Paparkan Konsep Keuangan Syariah Bagi SDGs

Lebih lanjut, Menkeu menekankan ekonomi syariah memiliki spektrum yang luas. Tidak hanya soal halal dan haram, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip tata kelola yang berlandaskan nilai-nilai luhur, seperti amanah, integritas, fatonah, dan siddiq.

Nilai-nilai tersebut merupakan fondasi penting dalam menciptakan sistem ekonomi yang membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.

Menkeu berharap kegiatan Sarasehan Ekonom Islam oleh IAEI dapat memberikan perspektif baru untuk memperkaya pemahaman ilmu ekonomi dan ilmu Islam, sehingga kemudian bisa disinergikan menjadi “rahmatan lil ‘alamiin” atau rahmat bagi segenap umat manusia.

"Nilai rahmatan lil ‘alamiin di dalam ekonomi syariah memberikan dan mendorong manfaat yang luas bagi masyarakat dan menjadi inspirasi untuk membangun sebuah tata kelola yang baik,” tutup Menkeu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar