27 Juni 2024
08:06 WIB
Begini Loh Potensi AI Mengurangi Uang Palsu di Masyarakat
Harapannya, AI juga bisa menjadi pembantu bagi institusi keuangan dan penegak hukum di dalam negeri dalam meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah peredaran uang palsu.
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Sejumlah barang bukti mata uang palsu dipelihatkan dalam rilis pengungkapan kejahatan uang palsu di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/9/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar.
JAKARTA - Mengutip pernyataan komedian Dave Chappelle ‘modern problems require modern solutions’ dalam Chappelle show di 2004, tampaknya memang masalah kehidupan modern saat ini dipecahkan lewat solusi modern. Dalam perkembangannya, omongan itu menjadi mim pada jagat maya di 2018.
Adapun satir itu ditujukan kepada pemerintah AS yang nampak belum memenuhi kebutuhan dasar warganya perihal jaminan kesehatan yang Dave nilai bobrok. Dia pun membuat rencana lelucon untuk warga AS memiliki KTP palsu Kanada, negara yang notabene memberikan jaminan kesehatan gratis pada warganya kala itu.
Hal ini pun bisa diterapkan pada kasus uang palsu Rp22 miliar di Srengseng, Jakarta Barat, jika mau ditarik pada kebutuhan serius di dalam negeri saat ini. Adalah teknologi kecerdasan buatan alias AI yang diyakini mampu ikut menyumbang kemampuannya dalam menekel peredaran uang abal-abal di dalam negeri.
Adapun upaya tersebut bisa dilakukan lewat sejumlah cara. Pertama, AI bisa dilatih untuk bisa mendeteksi uang palsu melalui analisis visual yang canggih.
Red Points mengutarakan, platform-nya bisa dilatih menggunakan pembelajaran mesin (machine learning), agar dapat mengidentifikasi dengan benar aset yang ingin dilindungi oleh suatu merek dengan memvalidasi deteksi secara manual.
Baca Juga: Ekonom: Temuan Uang Palsu Rp22 M Ganggu Kredibilitas Rupiah Di Masyarakat
Setelah pelatihan selesai, platform akan memiliki data untuk mengidentifikasi secara akurat apakah aset tersebut ada dalam gambar atau tautan.
Sederhananya, AI dapat dilatih untuk belajar mengenali gambar, sehingga dapat mengidentifikasi ciri-ciri visual uang asli dan membedakannya dari uang palsu. Dengan begitu, sistem dapat mengenali detail halus seperti watermark, pola mikro, dan elemen keamanan lainnya pada uang kertas konvesional.
Kedua, pemangku kepentingan juga bisa mengandalkan AI untuk memantau aktivitas transaksi secara real-time. Yang bertujuan untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan yang mungkin terkait dengan peredaran uang palsu.
Nantinya, sistem AI yang sudah disetel dapat menganalisis pola transaksi yang tidak biasa dan menandainya untuk penyelidikan lebih lanjut. Dengan demikian, aktivitas digital otomatis AI berpeluang dalam membantu mencegah distribusi uang palsu di masyarakat.
Financial Crime Academy menggarisbawahi, AI dapat berperan penting dalam upaya dan aksi anti pencucian uang (Anti Money Laundering/AML). Dengan mengotomatisasi dan mengoptimalkan berbagai tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia.
Pada akhirnya, lembaga keuangan punya kesempatan menganalisis data dalam jumlah besar dan mengidentifikasi pola, anomali, dan potensi risiko secara real-time. AI pun bisa memerangi kejahatan keuangan secara efektif, di tengah amunisi penjahat yang semakin banyak menggunakan teknologi canggih.
Ketiga, AI juga bisa berguna untuk mengurangi tingginya jumlah kesalahan positif palsu (false positives) dalam sistem deteksi tradisional, sampai-sampai transaksi yang sah dapat dianggap juga sebagai transaksi mencurigakan.
Buat awam, positif palsu merupakan situasi yang terjadi di mana sebuah kesalahan dapat disebut benar, begitu pula sebaliknya. Nah, AI melalui proses pembelajaran dapat mengurangi positif palsu dengan meningkatkan akurasi penilaian risiko melalui analisis data historis dan pembelajaran pola transaksi sebelumnya.
Featurespace menguraikan, teknologi analisis perilaku adaptif (Adaptive Behavioral Analytics) dapat secara khusus memberi lembaga keuangan gambaran lengkap tentang risiko di seluruh portofolio nasabahnya. Sehingga upaya AML dapat lebih efisien terjadi dengan mengurangi kesalahan positif dan memprioritaskan peringatan.
Di sisi lain, teknologi yang sama bisa diprogram untuk menemukan hubungan di dalam data yang mengungkap ancaman tak terduga (unforeseen threats).
Keempat, AI juga dapat diprogram untuk mampu mengenali pola dan anomali dalam data keuangan yang mungkin terlewat oleh sistem manual. Penggunaan teknik analisis perilaku adaptif, dapat membuat AI mengidentifikasi jaringan kriminal dan pola pencucian uang yang kompleks, termasuk yang melibatkan uang palsu.
Baca Juga: BI: Temuan Uang Palsu 2024 Turun Jadi 2 Lembar Per Satu Juta Lembar Uang
Red Points mencontohkan, sistemnya dapat memproses lebih dari 500.000 gambar setiap hari dengan memanfaatkan AI untuk mengidentifikasi bentuk, dan warna. Proses adaptif ini memungkinkan identifikasi produk dalam gambar, meskipun produk tersebut diburamkan, diedit, atau tidak diberi merek.
Kelima, AI menawarkan automasi proses dalam mengidentifikasi aksi anti-pemalsuan, termasuk dalam menganalisa data besar, pemrosesan transaksi, hingga melaporkan aktivitas mencurigakan. Dengan peluang ini, pemangku kepentingan dapat melaksanakan operasi secara lebih efisien, dan terpenting bisa lebih responsif dalam menghadapi ancaman baru.
Harapannya, AI juga bisa menjadi pembantu bagi institusi keuangan dan penegak hukum di dalam negeri dalam meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah peredaran uang palsu. Sembari meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya terkait kepatuhan.
Secara keseluruhan, implementasi AI dalam bidang keuangan begitu potensial dapat membantu melindungi ekonomi dari dampak uang palsu, sekaligus meningkatkan keamanan finansial secara lebih luas dan komprehensif.