c

Selamat

Senin, 10 November 2025

EKONOMI

18 Juli 2025

16:48 WIB

Bahlil Jamin Impor Energi AS Tak Ganggu Harga Pertalite Dan Solar

Bahlil menyampaikan pemerintah bakal menekan harga impor energi AS seefisien mungkin, supaya tak berdampak pada kenaikan harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Bahlil Jamin Impor Energi AS Tak Ganggu Harga Pertalite Dan Solar</p>
<p>Bahlil Jamin Impor Energi AS Tak Ganggu Harga Pertalite Dan Solar</p>

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi keterangan ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025). Antara/Putu Indah Savitri

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjamin tak ada dampak berlebihan terhadap harga BBM bersubsidi, yakni Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite dan Jenis BBM Tertentu (JBT) Minyak Solar, dari rencana mengalihkan impor minyak mentah ke Amerika Serikat.

Bahlil mengatakan, pemerintah bakal menghitung mendalam supaya shifting impor energi itu tetap berada pada tingkat keekonomian yang sama dengan impor dari negara-negara lain, terutama Timur Tengah yang selama ini menjadi pemasok utama minyak mentah, maupun Singapura sebagai pemasok BBM di Indonesia.

Bahkan, Eks-Ketua Umum HIPMI itu bakal menekan harga minyak maupun BBM dari AS seefisien mungkin, supaya tidak berdampak pada peningkatan harga BBM subsidi.

"Harus saling menguntungkan ya dan kita ingin negara kita juga harus mendapat harga seefisien mungkin," kata Bahlil saat menjumpai awak media di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7).

Baca Juga: Pemerintah Alokasikan US$15 Miliar Untuk Impor Energi Dari AS

Adapun rencana peralihan impor merupakan bagian dari negosiasi tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Indonesia bakal mengalihkan impor energi dari sejumlah negara ke Amerika Serikat supaya Presiden AS Donald Trump mau menurunkan tarif resiprokal dari sebesar 32% menjadi 19%.

Tak tanggung-tanggung, Pemerintah Indonesia menawarkan sekitar US$10-15 miliar untuk membeli komoditas energi dari Negeri Paman Sam, yakni Liquified Petroleum Gas (LPG), Bahan Bakar Minyak (BBM), serta crude oil atau minyak mentah.

"Sudah barang tentu, salah satu materinya adalah proposal (negosiasi tarif) Indonesia kepada Amerika yang akan membeli kurang lebih sekitar US$10 miliar-US$15 miliar LPG, kemudian BBM, dan crude," jelas dia.

Setelah kesepakatan tercipta antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump, Kementerian ESDM disebutnya terus memetakan langkah lanjutan untuk mengeksekusi impor energi dari AS.

Sekadar informasi, Presiden Donald Trump pada akhirnya sepakat dan menerima proposal dari Indonesia untuk menambah porsi komoditas energi yang dibeli dari AS. Sebagai timbal balik, Trump menurunkan tarif resiprokal atas produk-produk dari Indonesia dari 32% menjadi 19%.

"Dengan proses deal negosiasi ini, kami dari ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah dalam rangka menindaklanjuti (impor energi), dengan khususnya PT Pertamina," imbuhnya.

Baca Juga: Pengadaan Minyak Mentah dari AS, Pertamina Siap Ikut Pemerintah

Karena itu, Bahlil dalam waktu dekat bakal duduk bersama PT Pertamina guna mendiskusikan langkah lanjutan eksekusi peralihan shifting impor energi dari sejumlah negara ke Amerika Serikat.

Dia memastikan, nominal belanja energi di AS itu takkan melebihi proposal yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia dalam proses negosiasi, yakni US$15 miliar.

"Saya belum rapat teknis dengan Pertamina. Nanti setelah rapat teknis, baru kami akan sampaikan. Sepengetahuan saya, yang kami bahas angkanya di US$10 miliar-US$15 miliar," katanya.

Pertamina Tunggu Arahan
Sebelumnya, VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso menerangkan dengan adanya kesepakatan itu, pihaknya pun siap menjalankan arahan pemerintah terkait pengalihan impor LPG dan minyak mentah dari sejumlah negara ke Amerika Serikat.

"Kalau dari Pertamina sendiri, memang kita sudah melakukan kerja sama, bersifat MoU dengan beberapa mitra kami di Amerika Serikat," ungkap Fadjar saat menemui awak media di Jakarta, Kamis (17/7).

Baca Juga: Prabowo-Trump Sepakat Tarif, Pertamina Siap Alihkan Impor Energi

Fadjar melanjutkan, nota kesepahaman yang diteken Pertamina bersama sejumlah mitra dari AS berkaitan dengan pengadaan impor minyak mentah.

Sementara untuk Liquified Petroleum Gas (LPG), Pertamina sampai tahun 2024 lalu telah mengandalkan Amerika Serikat sebagai pemasok utama dengan porsi sekitar 57%.

Pascakesepakatan antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump, Pertamina berencana menggeser porsi impor LPG dari beberapa negara menjadi ke Amerika Serikat. Sehingga Negeri Paman Sam bakal memegang porsi 60% terhadap pasokan LPG di Indonesia.

"Per 2024 kita sudah porsi impor LPG dari AS sudah cukup besar ya, 57%, dan memang ada penjajakan untuk peningkatan ke 60%, itu akan kita jajaki," tandas Fadjar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar