14 Juli 2025
20:37 WIB
Pemerintah Alokasikan US$15 Miliar Untuk Impor Energi Dari AS
Anggaran US$10 miliar-US$15 miliar bakal dikucurkan untuk impor energi jika AS mau menurunkan tarif resiprokal.
Penulis: Yoseph Krishna
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Antara Foto/Aditya Pradana Putra
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan pemerintah sudah mengalokasikan anggaran US$10 miliar hingga US$15 miliar untuk mengimpor energi dari Amerika Serikat, jika tarif resiprokal yang lebih rendah untuk produk Indonesia bisa disepakati. AS menetapkan tarif sebesar 32% untuk produk asal Indonesia.
Anggaran itu merupakan pemindahan sumber impor minyak mentah dan LPG dari beberapa negara ke Amerika Serikat.
"Kami dari ESDM sudah mengalokasikan sekitar US$10 miliar-US$15 miliar untuk belanja dari Amerika kalau tarifnya diturunkan. Kalau tidak, berarti tidak ada deal dong," ungkapnya di Gedung DPR-MPR, Senin (14/7).
Saat ini, Bahlil masih menantikan hasil dari negosiasi yang dilancarkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Pemerintah Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Belum Menyerah, RI Bakal Rayu Trump Dengan Direct Impor Energi
"Saya belum tahu perkembangan terakhir karena yang akan ngomong Pak Menko sebagai ketua delegasi," ucap Bahlil
Pada kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, penerapan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk produk asal Indonesia ditunda.
Sedianya, tarif resiprokal sebesar 32% untuk produk impor dari Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat itu bakal diterapkan mulai 1 Agustus 2025 mendatanng.
"Waktunya (penerapan tarif 32%) adalah kita sebut pause. Jadi penundaan penerapan untuk menyelesaikan perundingan yang sudah ada," kata Menko Airlangga.
Penundaan itu pun jadi hasil pertemuan antara Menko Airlangga dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer yang berlangsung di Washington DC beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Airlangga mengatakan kedua pihak sepakat atas usulan yang dilayangkan Indonesia dan akan terus berproses dalam perundingan lanjutan selama tiga pekan ke depan.
"Jadi tiga minggu ini diharapkan finalisasi daripada fine tuning (penyelarasan) daripada proposal dan fine tuning daripada apa yang sudah dipertukarkan," jabar dia.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi sebelumnya juga telah mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto berencana untuk melobi langsung kebijakan tarif impor sebesar 32% dari Amerika Serikat kepada Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Pengalihan Impor Energi Ke AS Berpotensi Timbulkan Masalah Untuk RI
"Ada (Pak Presiden untuk melobi langsung Trump). Tapi saya belum bisa memastikan kapan," kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (11/7).
Namun demikian, Mensesneg beelum bsia memastikan jadwal pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump, termasuk untuk membahas tarif resiprokal.
Selain itu, Pras juga tak menjamin pertemuan antardua kepala negara bisa terwujud di tengah proses negosiasi yang sedang berjalan.
"Belum diatur jadwalnya. Ya sebagai sebuah upaya tentu ada. Tapi belum dipastikan untuk akan adanya pertemuan dengan Presiden Trump," tandasnya.