27 September 2025
10:25 WIB
Bahlil: Ekspor Mineral Ikutan Timah Ditutup, Wajib Dihilirisasi
Bahlil memutuskan untuk menutup keran ekspor mineral ikutan atau turunan dari sumber daya timah. Indonesia menempatkan mineral ikutan tersebut sebagai salah satu komoditas hilirisasi.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui ada banyak kandungan mineral ikutan dari sumber daya timah yang selama ini belum termanfaatkan oleh PT Timah Tbk, sebagai perusahaan pelat merah Anggota Holding BUMN Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Eks-Ketua Umum HIPMI itu menyebut harus ada perhatian khusus dari Sisa Hasil Produksi (SHP) PT Timah yang selama ini mengandung banyak mineral ikutan, tetapi hanya terbuang begitu saja.
Presiden Prabowo Subianto, sambungnya, telah menjadikan mineral-mineral ikutan timah seperti logam tanah jarang sebagai mineral strategis, sehingga harus dikuasai dan dikelola oleh negara.
"Sebagian ada mengandung mineral lain, seperti logam tanah jarang. Kami dari Kementerian ESDM atas arahan Bapak Presiden, logam tanah jarang ini menjadi salah satu komoditas strategis yang harus dikuasai oleh negara," ucap Bahlil saat menemui awak media, Jakarta, Jumat (26/9).
Baca Juga: Bahlil Sebut Badan Industri Mineral Akan Kelola Logam Tanah Jarang, ESDM Hulunya
Karena itu, Bahlil sudah memutuskan untuk menutup keran ekspor mineral ikutan atau turunan dari sumber daya timah. Artinya, Indonesia bakal melindungi dan menempatkan mineral ikutan tersebut sebagai salah satu komoditas hilirisasi.
Badan Industri Mineral yang baru saja terbentuk pun dia sebut tengah mengkaji nilai tambah dari setiap mineral ikutan yang melekat pada tubuh sumber daya timah, untuk kemudian dipetakan potensi produk hilirnya.
"Pasti (hilirisasi). Makanya, Badan Industri Mineral sebagai lembaga pemerintah yang baru dibentuk akan bertugas melakukan pengkajian terhadap nilai tambah," katanya.
Bahlil mengatakan, sumber daya logam tanah jarang punya nilai cukup tinggi jika dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan pendapatan negara dan menciptakan lapangan pekerjaan.
"Logam tanah jarang ini harganya mahal sekali, komoditas ini sangat strategis. Beberapa wilayah yang IUP-nya belum diterbitkan akan kami fokuskan diprioritaskan sebesar-besarnya dikuasai oleh negara, lewat BUMN milik negara. Sekarang lagi kita persiapkan supaya ini memberi manfaat bagi pendapatan negara," jabar Bahlil.
Baca Juga: Menko Airlangga Sebut Badan Industri Mineral Fokus Kelola Rare Earth
Sebelumnya, Direktur Utama PT Timah Tbk Restu Widiyantoro mengakui, perseroan selama ini belum sadar akan pentingnya nilai Sisa Hasil Produksi (SHP) timah yang mengandung mineral-mineral ikutan.
Di hadapan legislator, Restu terang-terangan menyebut, SHP timah hanya terbuang sia-sia ke laut tanpa pemanfaatan yang lebih optimal selama bertahun-tahun.
Baca Juga: PT Timah Diminta Mengolah Tanah Jarang
Sebab itu, emiten pertambangan pelat merah berkode saham TINS tersebut bakal mengubah praktik dengand menahan dan mengumpulkan seluruh SHP supaya bisa diolah dan dioptimalkan lebih lanjut.
"Ini baru puluhan tahun, kami belum aware bahwa nilainya luar biasa. Kami mendapat arahan dan bertemu langsung oleh Bapak Menteri Pendidikan Tinggi (Kepala Badan Industri Mineral) dan di situ alhamdulillah kami mendapat arahan mengelola SHP di PT Timah," beber Restu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI, Rabu (24/9).