05 April 2025
13:35 WIB
Andalkan Pariwisata, Pemerintah Siapkan 3 Strategi Lawan Tekanan Tarif Dagang AS
Ketiga strategi mencakup optimalisasi potensi pariwisata domestik, optimalisasi UMKM dan ekonomi lokal penyedia jasa pariwisata, serta pengembangan pariwisata berkualitas tinggi.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Pengunjung berswafoto di depan Pura Ulun Danu Beratan di Bali, Indonesia. Dok Kemenpar
JAKARTA - Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengatakan, sektor pariwisata dapat menjadi alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat kebijakan tarif dagang Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, Indonesia mampu mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki sektor pariwisata sebagai sumber devisa utama yang bebas dari hambatan perdagangan.
“Ketika ekspor barang terkena tarif tinggi, kita harus melihat sektor lain yang bisa menjadi penyeimbang. Pariwisata adalah bentuk ekspor jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang. Dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, kita dapat menjaga stabilitas rupiah dan cadangan devisa,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Sabtu (5/3).
Baca Juga: Sepanjang 2024, Kunjungan Wisman Capai 13,90 Juta Orang
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah resmi menerapkan kebijakan tarif resiprokal terhadap berbagai produk impor dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Tarif resiprokal yang ditetapkan AS kepada Indonesia sebesar 32%.
menghadapi itu, Widiyanti juga meminta para pemangku kepentingan di sektor pariwisata untuk memperhatikan tiga strategi utama dalam menghadapi dinamika perdagangan global.
Pertama, pariwisata merupakan 'komoditas' ekspor jasa penyeimbang. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi inheren pariwisata yang sangat tinggi dengan kekayaan alam, seni budaya, juga kreativitas masyarakat yang ada.
Namun, persebaran 13,9 juta wisatawan mancanegara yang hadir di Indonesia saat ini masih sangat terpusat di destinasi tertentu.
"Kemenpar mengajak pelaku usaha pariwisata di seluruh daerah untuk bersiap dan beraksi, memanfaatkan peluang dari perubahan dinamika global untuk menggiatkan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia," tuturnya.
Baca Juga: Kunjungan Wisman Di 2025 Ditargetkan Tembus 14 Juta Wisatawan
Dia menegaskan, kesiapan destinasi, produk wisata, usaha pariwisata, tenaga kerja, hingga promosi yang terarah perlu diupayakan secara terintegrasi.
"Didukung upaya promosi dan pengembangan yang pemerintah lakukan, kami optimistis upaya ini akan menjadi sumber devisa yang tinggi, memitigasi dinamika global dan menjadi ekspor jasa penyeimbang," katanya.
Kedua, mengoptimalisasi UMKM dan ekonomi lokal penyedia jasa pariwisata. Widiyanti mengingatkan seluruh pemangku kepentingan, potensi pariwisata Indonesia yang luas tidak hanya terbatas di destinasi tertentu, tetapi dapat juga dimulai dari desa.
Saat ini, Kemenpar terus mengembangkan desa wisata dan mendorong aktivitas ekonomi berbasis pariwisata di seluruh Indonesia.
"Langkah ini bertujuan untuk mendistribusikan manfaat ekonomi secara merata dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor ekspor manufaktur yang terkena dampak tarif," terangnya.
Ketiga, fokus pada pengembangan pariwisata berkualitas tinggi (high quality tourism). Untuk menyukseskan strategi ini, Widiyanti meminta pelaku usaha pariwisata di semua destinasi untuk tidak semata-mata mengejar jumlah kunjungan.
Baca Juga: Di Tengah Gonjang-ganjing Turunnya Daya Beli, Pariwisata Tumbuh Positif
Lebih dari itu, pelaku usaha pariwisata juga mesti mengusahakan pengalaman wisata berkualitas dan menarik, sehingga dapat mendongkrak pengeluaran untuk berwisata lebih tinggi.
Dia menyampaikan, data historis menunjukkan, segmen wisatawan yang rela mengeluarkan biaya untuk pengalaman wisata berkualitas relatif memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fluktuasi harga global.
Kemenpar mengidentifikasi, ruang pelaku usaha pariwisata Indonesia untuk mengembangkan pariwisata berkualitas masih terbuka luas. Untuk mendukung upaya ini, Kemenpar juga mengusung program unggulan pariwisata naik kelas, yang berfokus pada sektor maritim, gastronomi, dan wellness.
"Dengan langkah-langkah ini, Kemenpar optimistis bahwa sektor pariwisata tidak hanya mampu menopang perekonomian nasional di tengah tekanan eksternal, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai destinasi unggulan di kancah global," tandasnya.