21 Januari 2025
15:42 WIB
Mengapa Telemedicine Lebih Digemari Anak Muda
Telemedicine kian digemari anak muda karena cepat, praktis, dan hemat. Meski begitu, pemeriksaan fisik lanjutan ke fasilitas kesehatan konvensional tetap diperlukan agar tidak salah diagnosis.
Penulis: Devi Rahmawati
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi Telemedicine. Shutterstock/chay_tee
Dalam beberapa tahun terakhir, telemedicine telah menjadi salah satu inovasi penting dalam sektor kesehatan. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, layanan kesehatan berbasis digital ini semakin diminati oleh berbagai kelompok masyarakat, terutama anak muda.
Dengan kemudahan akses, efisiensi waktu, dan biaya yang lebih rendah, telemedicine telah menjadi alternatif utama bagi banyak orang dibandingkan kunjungan langsung ke fasilitas kesehatan, seperti puskesmas. Preferensi ini mencerminkan perubahan besar dalam cara anak muda mengakses layanan kesehatan. Faktor-faktor seperti kebutuhan akan kecepatan, kenyamanan, dan aksesibilitas menjadi alasan utama.
Namun, di balik popularitasnya, ada tantangan dan potensi dampak terhadap layanan kesehatan konvensional yang perlu diperhatikan.
Generasi Muda Pilih Telemedicine
Data dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa penggunaan telemedicine meningkat dari 4 juta pengguna sebelum pandemi menjadi 15 juta pada pertengahan 2020. Pada 2022, sudah ada 17,9 juta konsultasi melalui telemedicine dari berbagai platform.
Anak muda yang umumnya lebih akrab dengan teknologi digital, memanfaatkan platform ini untuk mendapatkan akses cepat informasi dan layanan medis.
Kalangan muda yang terbiasa dengan teknologi dan aplikasi digital merasa lebih nyaman dengan telemedicine. Hal ini karena mereka sudah terbiasa menggunakan perangkat tersebut untuk berbagai kebutuhan.
Telemedicine memungkinkan pengguna mendapatkan konsultasi medis tanpa harus meninggalkan rumah. Dalam situasi tertentu, seperti pandemi covid-19, layanan ini menjadi solusi penting untuk mengurangi risiko penularan.
Telemedicine juga menawarkan kemudahan akses dan kenyamanan. Sistem ini memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter tanpa perlu pergi ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya, cukup menggunakan perangkat digital seperti ponsel pintar atau komputer.
Pemilihan telemedicine tentu menghemat waktu perjalanan hingga biaya transportasi. Fleksibilitas waktu yang lebih besar, memungkinkan mereka untuk mendapatkan layanan kesehatan tanpa harus mengorbankan aktivitas lain. Proses antrean panjang di puskesmas yang banyak dikeluhkan masyarakat justru berbanding terbalik dengan telemedicine yang menawarkan waktu tunggu yang lebih singkat, menghemat waktu.
Sisi praktis juga menjadi keunggulan, yang tentu diperlukan, terutama bagi kalangan muda yang memiliki mobilitas tinggi. Aktivitas sehari-hari yang padat dan keterbatasan waktu membuat banyak anak muda yang beralih menggunakan telemedicine daripada harus ke puskesmas.
Baca Juga:
Tanggapan IDI Terkait Surat Sakit Online
Asal Mula Pemanfaatan Telemedisin
Telemedicine menyediakan solusi bagi anak muda yang menjunjung tinggi privasi, memungkinkan konsultasi dengan dokter dalam lingkungan yang lebih pribadi, bebas dari tekanan sosial, terutama untuk menangani masalah kesehatan yang sensitif.
Di sisi lain, buat mereka yang tinggal di daerah dengan akses kesehatan terbatas, telemedicine menjadi solusi yang sangat membantu. Kehadiran telemedicine dalam kondisi ini dapat mengurangi hambatan geografis untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Telemedicine Menjadi Simbol Modernitas
Dari perspektif Sosiologi Kesehatan, preferensi kalangan muda terhadap telemedicine dapat dianalisis melalui beberapa dimensi.
Pertama, perubahan pola interaksi sosial dalam pelayanan kesehatan menjadi faktor penting. Kalangan muda cenderung lebih menyukai komunikasi digital yang memungkinkan konsultasi kesehatan dilakukan secara privat dan efisien tanpa interaksi tatap muka yang dianggap membatasi atau kurang nyaman.
Telemedicine juga mencerminkan perubahan dalam hubungan pasien-dokter. Otoritas dokter kini semakin mudah diakses melalui teknologi, sehingga hubungan menjadi lebih egaliter.
Kedua, teknologi sebagai kapital budaya memainkan peran penting dalam fenomena ini. Anak muda, terutama dari kelas sosial yang lebih terbiasa dengan teknologi, memandang penggunaan aplikasi kesehatan sebagai simbol modernitas dan efisiensi. Telemedicine menjadi bagian dari gaya hidup yang mencerminkan nilai-nilai progresif, seperti kemudahan, fleksibilitas, dan kemampuan memanfaatkan teknologi untuk kebutuhan sehari-hari.
Ketiga, dari aspek konstruksi sosial terhadap kesehatan dan penyakit, telemedicine mengubah cara anak muda memahami dan merespons kebutuhan kesehatan mereka. Layanan ini memungkinkan mereka untuk lebih proaktif dalam mengelola kesehatan, baik dalam hal konsultasi preventif maupun pengobatan. Konsultasi online juga mengurangi stigma sosial yang kadang muncul saat harus berobat langsung, misalnya untuk masalah kesehatan tertentu yang dianggap sensitif.
Fenomena ini juga mencerminkan transformasi struktur masyarakat dalam menghadapi modernisasi, teknologi semakin menjadi solusi utama dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk kesehatan.
Anak muda sebagai kelompok yang paling adaptif terhadap perubahan, menjadi pelopor dalam mengintegrasikan teknologi seperti telemedicine ke dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung menggeser praktik tradisional, seperti kunjungan langsung ke puskesmas.
Implikasi Sosial dan Kesehatan
Preferensi anak muda terhadap telemedicine memiliki implikasi signifikan terhadap sistem kesehatan. Telemedicine memberikan dampak positif maupun potensi negatif terhadap anak muda.
Di satu sisi, telemedicine dapat meningkatkan kesadaran kesehatan dan memberikan akses lebih luas kepada masyarakat. Layanan ini mendorong anak muda untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Telemedicine memperluas akses layanan kesehatan hingga ke daerah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan konvensional, sehingga memberikan solusi praktis bagi mereka yang tinggal di wilayah terpencil.
Tidak hanya memberikan implikasi positif, kehadiran telemedicine tetap memerlukan perbaikan, mengingat potensi negatif yang dihasilkan dalam praktiknya.
Di tengah popularitas telemedicine yang meningkat, tidak semua anak muda memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Keterbatasan infrastruktur, seperti koneksi internet yang buruk di daerah terpencil menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat untuk memanfaatkan layanan ini. Tentunya, masalah ini menimbulkan kesenjangan dalam akses kesehatan digital.
Bukan hanya kesenjangan, telemedicine juga menyebabkan ketergantungan pada teknologi. Anak muda lebih memilih solusi cepat tanpa mempertimbangkan kebutuhan pemeriksaan fisik yang mendalam, walaupun ini sangat diperlukan. Padahal, penyakit yang berada dalam kategori serius tetap memerlukan pemeriksaan laboratorium atau radiologi yang harus dilakukan di fasilitas kesehatan konvensional. Dengan begitu, puskesmas tetap berperan untuk pemeriksaan lanjutan.
Jika tidak diimbangi dengan pemeriksaan lanjutan di fasilitas kesehatan konvensional, konsultasi jarak jauh ini dapat meningkatkan risiko salah diagnosis. Hal ini karena dokter hanya bergantung pada informasi yang diberikan oleh pasien tanpa pemeriksaan langsung. Meskipun demikian, banyak platform telemedicine telah meningkatkan fitur untuk mengurangi risiko ini, seperti konsultasi video dan pengiriman rekam medis digital.
Peran Puskesmas di Era Digital
Meskipun telemedicine menawarkan banyak keuntungan, puskesmas tetap memiliki peran penting dalam sistem kesehatan Indonesia.
Sebagai fasilitas kesehatan primer, puskesmas menyediakan layanan yang mencakup pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Untuk tetap relevan di era digital, beberapa langkah berikut dapat dilakukan:
1. Puskesmas dapat mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi layanan, seperti sistem pendaftaran online dan konsultasi jarak jauh. Hal ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas tetapi juga mengurangi antrean di fasilitas kesehatan.
2. Puskesmas perlu mengedukasi masyarakat, khususnya anak muda, tentang pentingnya pemeriksaan langsung untuk diagnosis tertentu. Dengan menyampaikan keunggulan layanan langsung, puskesmas dapat menarik lebih banyak pengguna.
3. Modernisasi fasilitas dan pelatihan tenaga medis dapat meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas. Dengan demikian, anak muda merasa lebih nyaman dan percaya untuk mengakses layanan kesehatan secara langsung.
Referensi:
Antaranews.com. (2022). Keunggulan menggunakan telemedisin dibanding berobat konvensional. Diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/2937689/keunggulan-menggunakan-telemedisin-dibanding-berobat-konvensional
Barney, A., Mendez-Contreras, S., Hills, N. K., Buckelew, S. M., & Raymond-Flesch, M. (2023). Telemedicine in an adolescent and young adult medicine clinic: a mixed methods study. BMC health services research, 23(1), 680. https://doi.org/10.1186/s12913-023-09634-x.
Maharani, A., Anggita, D., Witriani, E., & Purba, S. H. (2024). Evaluasi Pemanfaatan Penerapan Telemedicine di Indonesia: Literatur Riview. JIKES: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 155-165.
Miller, Jake. (2024). Telemedicine Can Change Care for the Better—With the Right Rules. Diakses melalui https://hms.harvard.edu/news/telemedicine-can-change-care-better-right-rules.
Mizaniah, S., Larasati, A., Keumalahayati, N., Haifa, N. W., & Herbawani, C. K. (2024). Efektivitas Penggunaan Telemedicine Pasca Pandemi Covid-19. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 10(4), 655-666.
Mozes, I., Mossinson, D., Schilder, H. et al. Patients’ preferences for telemedicine versus in-clinic consultation in primary care during the COVID-19 pandemic. BMC Prim. Care 23, 33 (2022). https://doi.org/10.1186/s12875-022-01640-y.
Nurfikri, Ari., dkk. (2022). Telemedicine App: What’s Next After Pandemi?. Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, 5 (3).
Santoso, F. S., Ramadhani, P. A., Amnamuchlisah, D., & Purba, S. H. (2025). Transformasi Digital Dalam Sektor Kesehatan Kajian Literatur Untuk Mendukung Inovasi dan Efisiensi Layanan Kesehatan. Cindoku: Jurnal Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, 2(1), 1-12.