02 Juni 2025
15:49 WIB
Saban Tahun, Hampir 20 Ribu Hektar Mangrove RI Berkurang
Rehabilitasi mangrove harus digiatkan, agar potensi 20 ribu hektar mangrove RI berkurang, bisa tertanggulangi
Editor: Rikando Somba
Anak-anak bermain di antara pohon bakau yang mulai tumbuh hasil konservasi di Pantai Dupa, Palu, Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
JAKARTA- Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) mengingatkan urgensi untuk terus menjaga dan melakukan rehabilitasi ekosistem mangrove di Indonesia. Rehabilitasi merupakan langkah yang harus dilakukan, menghadapi potensi kehilangan luasan mangrove 19.501 hektare per tahun.
"Kita setiap tahun kehilangan mangrove kurang lebih 19.501 hektare. Jadi, kita membutuhkan upaya yang sangat serius untuk bisa mengatasi kehilangan mangrove," kata Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLH/BPLH Rasio Ridho Sani dalam Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2025 yang diikuti daring dari Jakarta, Senin (2/6).
Rasio Ridho menyebutkan beberapa ancaman yang dihadapi ekosistem mangrove Indonesia termasuk alih fungsi lahan, penebangan liar, polusi limbah, polusi plastik, kenaikan permukaan lautan, perubahan pola curah hujan dan peningkatan suhu akibat perubahan iklim, serta belum maksimalnya penegakan hukum dan pengawasan.
Baca juga: Kepri Targetkan Tambah 50 Ribu Ha Mangrove Per Tahun
RPP Mangrove Tegaskan Pelindungan dan Pengelolaan
Dia mengatakan, Indonesia memiliki mangrove seluas 3,44 juta hektare atau 23% dari total 14,7 juta hektare mangrove yang ada di dunia. Sebagian besar mangrove Indonesia berada di dalam kawasan hutan, dengan luas 2,7 juta hektare atau sekitar 79,6% dari total luasan. Sekitar 701.326 hektare berada di luar kawasan hutan atau areal peruntukan lain.
"Luasan itu perlu dijaga dan ditambah mengingat mangrove menjadi salah satu solusi berbasis alam untuk menangani perubahan iklim," ujarnya.

Cegah Abrasi
Dia menjelaskan, ekosistem mangrove memiliki kemampuan penyimpanan karbon yang lebih besar dibandingkan hutan terestrial, yang berpotensi juga mendukung perkembangan nilai ekonomi karbon Indonesia. Di sisi lain, mangrove juga dapat menjadi pelindung alami pesisir, ekowisata, filtrasi untuk meningkatkan kualitas air dan habitat bagi keanekaragaman hayati.
Upaya menjaga keberadaan mangrove ini dilakukan pula oleh pegiat lingkungan di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat bersama pemerintah daerah, komunitas lokal, perguruan tinggi, pelajar serta warga setempat melakukan aksi penanaman 500 bibit mangrove atau bakau.
Ketua Komunitas Sahabat Penyu Polewali Mandar Muhammad Yusri, dikutip dari Antara, Minggu mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan di Pantai Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar itu sebagai bentuk kolaborasi pegiat lingkungan dengan pemerintah daerah, pihak perguruan tinggi dan masyarakat.
Aksi penanaman bibit mangrove kata Muhammad Yusri, sebagai upaya memulihkan lingkungan dan mencegah abrasi di daerah itu.
"Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam upaya pemulihan ekosistem pesisir dan pencegahan abrasi di kawasan Pantai Mampie," kata Yusri yang juga sebagai penggerak kegiatan itu.
Aksi penanaman mangrove itu lanjut dia, juga merupakan bagian dari program nasional FOLU Net Sink 2030, yang bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan hutan dan lahan secara berkelanjutan. s
Di daerah itu, aksi itu akan dilakukan berulang, untuk mencapai target penanaman 10.000 bibit mangrove.
"Penanaman mangrove akan terus dilanjutkan hingga Juni 2025, dengan target penanaman sebanyak 10.000 bibit mangrove di wilayah pesisir Mampie," terang Muhammad Yusri.