21 Oktober 2025
08:00 WIB
Presiden Ingin Bangun 7.000 Sekolah Terintegrasi
Gagasan bangun sekolah terintegrasi sebanyak 7.000 untuk tiap kecamatan karena angka kelahiran yang menurun.
Editor: Leo Wisnu Susapto
| Hari pertama masuk sekolah di SD Negeri 83 Lambiri, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (10/4/2025). ANTARA FOTO/Arnas Padda. |
JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk mempersiapkan rencana pembangunan sekitar 7.000 sekolah terintegrasi di setiap kecamatan sebagai upaya pemerataan akses pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Kepala Negara, dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10) mengatakan, Satgas tersebut melibatkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Inovasi (Kemendiktisaintek) serta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), dengan dukungan lintas kementerian.
"Ini sedang saya susun, saya minta Kemendikti sama Kemendikdasmen, mungkin dibantu oleh kementerian lain juga, menyusun suatu satgas khusus untuk mempelajari. Kita membangun sekolah terintegrasi di setiap kecamatan," kata Prabowo dikutip dari Antara.
Menurut Presiden, sekolah terintegrasi akan menyatukan jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK dalam satu kawasan pendidikan terpadu.
Program itu menyasar masyarakat tidak mampu secara ekonomi di desil 3-5, sebagai bagian dari pemerataan program pendidikan setelah Sekolah Rakyat dan Sekolah Unggulan Garuda yang kini sedang berjalan.
Baca juga: Menunggu Hasil Bertambahnya Institusi Pengurus Pendidikan
"Berarti, kita mungkin harus bangun 7.000 sekolah terintegrasi ini. Maksudnya, sekarang SD, SMP, SMA, atau SMK terpisah," urai Presiden.
Ia menilai langkah ini diperlukan karena menurunnya angka kelahiran yang menyebabkan sejumlah sekolah dasar kekurangan murid, sehingga perlu dilakukan konsolidasi agar lebih efisien dan berdampak luas.
“Tiap sekolah terintegrasi harus punya laboratorium yang cukup bagus, laboratorium matematika, kimia, biologi, laboratorium bahasa,” ujar Prabowo.
Ia menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea, untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia menghadapi kebutuhan pasar global, termasuk di sektor perhotelan, restoran, dan perawatan lansia.
Baca juga: Mengejar Pendidikan Unggul Ala Prabowo
Presiden menilai, karakter bangsa Indonesia yang dikenal ramah, tabah, dan pekerja keras menjadi modal penting untuk bersaing secara global.
Karena itu, konsep sekolah terintegrasi diharapkan tidak hanya memperluas akses pendidikan bagi masyarakat menengah bawah, tetapi juga melahirkan generasi yang terampil, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan dunia kerja internasional.
“Ini belum boleh disebut prestasi, baru embrio konsep. Namun, sudah saatnya kita pikirkan sistem pendidikan yang terintegrasi, efisien, dan relevan dengan kebutuhan masa depan," papar dia.