21 Juli 2025
08:09 WIB
Prabowo Tuding Koruptor Di Balik Tagar Indonesia Gelap
Tagar Indonesia gelap, adalah rekayasa koruptor yang mengguakan teknologi, uang untuk membayar para buzzer.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan pada acara penutupan Kongres PSI di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025) malam. ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden.
SOLO - Presiden Prabowo Subianto menuding, koruptor melakukan rekayasa dengan membuat tagar Indonesia Gelap dan membayar buzzer sehingga berhasil membuat gaduh masyarakat melalui media sosial.
Saat pidato pada penutupan Kongres PSI di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/7) malam, layar videotron menampilkan, isu tersebut berasal dari tersangka kasus korupsi minyak kelapa sawit (CPO).
"Memang ada usaha tadi menggunakan teknologi menggunakan uang, menggunakan sosmed, membayar pakar-pakar, nyinyir, menghidupkan pesimisme. Saya geleng-geleng kepala, ada orang-orang yang berperan sebagai orang pintar berperan sebagai pemimpin, tapi yang disebarkan adalah pesimisme, Indonesia gelap," kata Prabowo dikutip dari Antara.
Prabowo melanjutkan, tagar Indonesia Gelap kemudian diikuti "kabur dulu aja", merupakan rekayasa yang dibuat para koruptor. Bahkan, mereka membiayai aksi unjuk rasa Indonesia Gelap yang sempat ramai beberapa bulan lalu.
"Ternyata, memang ini rekayasa. Ini dibayar oleh mereka yang ingin Indonesia selalu gaduh, Indonesia selalu miskin, ya koruptor koruptor itu yang biayai demo-demo itu," kata Prabowo.
Kepala Negara pun menekankan, Indonesia memiliki masa depan yang cerah dengan sumber daya alam yang melimpah.
Baca juga: Marcella Santoso Bantah Buat Konten Negatif RUU TNI Dan Indonesia Gelap
"Indonesia gelap, Indonesia gelap, sorry ye! Indonesia cerah, masa depan Indonesia cerah! Saya sudah lihat angka-angkanya," tegas Prabowo.
Dia juga kritik fenomena “sok tahu” di media sosial. Yakni, fenomena masyarakat yang merasa paling tahu segalanya, terutama dalam menyikapi isu politik dan pemerintahan yang kerap menjadi perbincangan liar di media sosial.
Prabwo menyebut kecenderungan ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain.
Menurut Presiden, kini banyak orang yang mengangkat dirinya sebagai "yang paling pintar", sering kali mengomentari segala hal tanpa dasar argumen yang kuat.
Ia mengaku kerap memantau media sosial dan podcast yang membahas dirinya. Tak jarang dia dibuat terheran karena orang lain, seolah lebih memahami pemikiran Presiden Prabowo dibanding dirinya sendiri.
Ia mencontohkan spekulasi yang sering muncul, seperti tudingan renggangnya hubungan dirinya dengan Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) atau komentar publik atas pujiannya terhadap gajah yang kini menjadi logo anyar PSI.
Meski menganggap hal itu sebagai bagian dari dinamika demokrasi, Kepala Negara tetap mengingatkan akan bahaya penyalahgunaan teknologi informasi, khususnya dalam penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berita bohong (fake news).
Ia menilai penting untuk tetap menjaga komunikasi terbuka di tengah masyarakat.
Ia pun menegaskan bahwa dirinya sama seperti Jokowi saat menjabat, lebih memilih untuk terus bekerja ketimbang sibuk berpidato.
Baca juga: PPI di Australia Dukung Aksi Indonesia Gelap
Prabowo menghadiri penutupan Kongres PSI 2025 yang menjadi ajang penetapan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum periode 2025-2030.
Kongres yang dihadiri ribuan kader dari seluruh Indonesia itu sekaligus mengumumkan semangat baru partai sebagai "Partai Super Terbuka (Tbk.)" lengkap dengan logo barunya, gajah dengan pilihan warna di bagian kepala dan hitam di bagian badan.