10 Maret 2025
14:21 WIB
Pemprov Jakarta Mulai Modifikasi Cuaca Mitigasi Banjir
Modifikasi cuaca dilakukan Pemprov Jakarta secara bertahap sebagai upaya mitigasi bencana banjir.
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara bertahap mulai melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) secara bertahap guna mitigasi bencana banjir.
“Tadi pagi, saya sudah berkomunikasi dengan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," kata Gubernur Daerah Khusus Jakarta Pramono Anung Wibowo di Jakarta, Senin (10/3) dikutip dari Antara.
OMC secara bertahap dilaksanakan di seluruh wilayah Jakarta. "Jadi kita secara bertahap perlahan sudah melakukan modifikasi cuaca. Ini (cuaca hari ini) termasuk sebenarnya sudah terjadi," sambung dia.
Pramono menjelaskan, pada 11 Maret akan dilakukan modifikasi cuaca yang lebih intensif. Hal itu karena diprakirakan puncak curah hujan tinggi akan terjadi besok.
Baca: Tahun Baru 2025, Modifikasi Cuaca Turunkan Hujan di Jakarta
“Dan untuk itu secara khusus saya juga sudah bicara dengan Kepala Dinas Sumber Daya Air untuk modifikasi dimulai lebih dini untuk besok. Supaya memang kalau cuaca seperti yang diperkirakan BMKG maka tertangani dari awal,” kata Pramono.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan melakukan rekayasa cuaca pada tanggal 11-20 Maret 2025.
Menurut prediksi BMKG, tanggal 11 hingga 20 Maret, curah hujan di Jakarta akan tinggi. Untuk itu, Pramono mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap banjir.
Dia pun akan terus berupaya untuk mengatasi dan mencegah agar banjir tidak terjadi lagi di Jakarta.
Baca: Menengok Sejarah Modifikasi Cuaca Indonesia
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dilakukan untuk memprematurkan kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun di daerah tertentu, agar potensi awan hujan bisa dijatuhkan di luar daerah tersebut, sehingga dapat mengurangi intensitas hujan.
Modifikasi dilakukan dengan memicu potensi awan hujan yang ada di atmosfer dengan menebar garam ke dalam awan hujan, sehingga bisa turun jatuh menjadi hujan di tempat tertentu yang diinginkan sesuai kebutuhan dan tujuan.
TMC sering dikenal dengan dengan istilah hujan buatan, tapi pihaknya sama sekali tidak bisa membuat hujan. Seperti, kalau ada permintaan operasi TMC untuk mengisi waduk pada saat musim kemarau yang dalam kondisi kering, namun tidak ada potensi awan hujan, siapapun sama sekali tidak akan bisa melakukan apa-apa.
Saat awal kemunculannya, TMC hanya dipergunakan untuk kebutuhan pertanian, dalam satu dekade terakhir akibat frekuensi bencana hidrometeorologi yang semakin meningkat, baik kebakaran hutan dan lahan, longsor, dan banjir. Pengaplikasian TMC pun semakin berkembang untuk memitigasi bencana.