23 Mei 2025
13:29 WIB
KLH Hentikan Operasi Perusahaan Baja Di Banten
Menteri Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pemberhentian dikarenakan adanya penemuan pelanggaran pencemaran udara dari hasil produksi peleburan limbah besi mliki PT PSM dan PT PSI di Tangerang.
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi petugas memantau kualitas udara. Sumber: AntaraFoto/Rivan Awal Lingga
TANGERANG – Pabrik peleburan besi milik PT Power Steel Mandiri (PSM) dan PT Power Steel Indonesia (PSI) di Kawasan Industri Millenium, Kabupaten Tangerang, Banten harus menghentikan kegiatan operasionalnya hari ini. Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pemberhentian dikarenakan adanya penemuan pelanggaran pencemaran udara dari hasil produksi peleburan limbah besi tersebut.
"Secara langsung kita sudah menyaksikan, asap pembuangannya tidak dikelola dengan baik. Ini langsung keluar ke lingkungan dan secara teori ini bisa menjangkau 30 kilometer dari lokasi," kata Hanif usai meninjau langsung lokasi perusahaan peleburan besi di Tangerang, Jumat (23/5).
Menteri Hanif menilai, indikasi pelanggaran pencemaran lingkungan khususnya pada kualitas udara ini sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat sekitar. Karenanya, dia memutuskan menindak tegas menghentikan seluruh aktivitas produksi dari perusahaan tersebut. "Ini dampaknya luar biasa, dan langsung dirasakan oleh masyarakat yang kemudian juga memperburuk kualitas udara Jakarta," ujarnya.
Dikutip dari Antara, Menteri LH juga menyebutkan bahwa pihaknya mengancam akan membawanya ke ranah hukum sebagai tindak pidana pelanggaran lingkungan yang ancaman hukumannya tiga sampai lima tahun penjara atau denda materi.
"Maka dalam kasus ini kami meminta untuk dihentikan aktivitasnya sampai proses lebih lanjut. Dan kepada pihak terkait kita akan berikan arahan-arahan untuk melanjutkan kegiatan ekonominya, namun memperhatikan kualitas lingkungan," tegasnya.
Terhadap pelanggaran ini, KLH memerintahkan Perusahaan itu memperbaiki sistem cerobong udara/asap peleburan (furnace) dilengkapi dengan hood yang berfungsi untuk menangkap emisi debu dan asap yang dituangkan ke teko (penampungan). Yang kini ditemui, emisi debu atau asap beterbangan di area produksi, disebabkan kemampuan hood untuk mengisap debu tersebut tidak beroperasi dengan normal.

"Idealnya asap tidak langsung keluar, ini harus melalui sistem perpipaan dengan panjang tertentu, kemudian di cerobong ada penyaringan sehingga asap ini bisa terikat serta secara periodik harus dibersihkan. Tetapi disini tidak dilakukan," tuturnya.
Hanif menegaskan atas temuan kasus ini tim penegakan hukum (Gakum) dan pengawas akan melakukan penyelidikan secara mendalam sebagai langkah penegakan hukum ke pengadilan.
Terserap Di Dalam Negeri
Di kesempatan berbeda, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan pihaknya terus mengupayakan agar produk baja buatan tanah air terserap secara optimal di pasar domestik.
Baca juga: ISSEI 2025 Jadi Ajang Industri Baja Nasional Perkuat Kolaborasi
KLH Kembangkan Sistem Peringatan Polusi Udara Ekstrem
Sekretaris Jenderal Kemenperin Eko Cahyanto di agenda Iron Steel Summit and Exhibition 2025 di Jakarta, Rabu, menyampaikan saat ini banyak produk serupa dari China dan Vietnam dijual dengan harga yang lebih murah di dalam negeri. Oleh karena itu, pihaknya mendorong untuk disusun sebuah strategi besar agar bisa mendorong peningkatan daya saing industri baja dalam negeri.
"Hari ini kita masih dibanjiri produk-produk serupa dari China, dari Vietnam. Kalau kita perhatikan, barang itu diproduksi di sana, dibawa ke pelabuhan, dibawa lagi ke sini, tapi kenapa mereka harganya masih lebih murah," katanya.
Eko menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk menjaga iklim industri domestik terus tumbuh, supaya kekosongan dalam pohon industri baja bisa terisi. Disampaikannya, ada empat isu utama terkait keberlanjutan pada industri baja, yakni dekarbonisasi, ekonomi sirkular, efisiensi energi, dan kelebihan kapasitas global.
Eko menjelaskan, industri baja secara nasional menyumbang sekitar 4,66 persen dari total emisi, sehingga dekarbonisasi memerlukan perubahan signifikan dari metode konvensional. Namun, kini ada tren positif ke arah pemanfaatan teknologi produksi yang menghasilkan lebih sedikit karbon.
Adapun secara global, industri baja menghadapi kelebihan kapasitas sekitar 625 juta ton metrik, namun sebagian besar produk yang dihasilkan berasal dari China.