22 Agustus 2025
14:13 WIB
Warga Pulau Jeju Resah Karena Perilaku Turis Tak Tertib
Pulau Jeju yang menjadi salah satu ikon pariwisata Korea Selatan, dibebani masalah perilaku turis yang kurang peka terhadap nilai budaya lokal, seperti merokok hingga buang air sembarangan.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Padang bunga di Pulau Jeju, Korea Selatan. Sumber foto: Visit Jeju/ Jeju Tourism Organization.
JAKARTA - Pulau Jeju yang sejak lama menjadi salah satu ikon pariwisata Korea Selatan, hari ini makin dibebani oleh gelombang kedatangan turis dengan perilaku yang dianggap melanggar nilai-nilai lokal. Warga Jeju yang memegang teguh nilai-nilai kesopanan umum dan kedisiplinan lingkungan,terusik karena perilaku turis yang merokok di angkutan umum, membuang sampah hingga buang air sembarangan.
Kepolisian Provinsi Jeju belum lama ini melaksanakan kampanye khusus yang menyasar pelanggaran yang dilakukan oleh pengunjung asing. Selama periode tersebut, petugas mencatat lebih dari 4.800 kasus perilaku tidak tertib tercatat, termasuk di antaranya menyeberang jalan sembarangan.
Kepolisian Provinsi Jeju mengatakan bahwa mereka mencetak 8.000 brosur pemberitahuan dalam bahasa Korea, Inggris, dan Mandarin untuk dibagikan kepada para pengunjung. Kepolisian berusaha mengkampanyekan aturan perilaku yang baik dan tak melanggar budaya atau nilai-nilai masyarakat setempat, sambil menegaskan akan ada sanksi untuk setiap pelanggaran.
"Petugas membawa surat peringatan saat patroli dan membagikannya saat menemukan pelanggaran ringan di tempat. Pelanggaran berat langsung ditangani, tetapi untuk pelanggaran ringan, kami biasanya hanya mengeluarkan surat peringatan, bukan tindakan tegas, ujar seorang pejabat di Kepolisian Provinsi Jeju kepada The Korea Times, dikutip Jumat (22/8).
Setelah pandemi, pariwisata Pulau Jeju mencoba bangkit hingga kini mencapai tingkat kunjungan yang setara masa sebelum pandemi. Pulau ini telah menyambut lebih dari 7 juta pengunjung tahun ini, menurut Asosiasi Pariwisata Jeju.
Dari jumlah tersebut, sekitar 5,86 juta merupakan wisatawan domestik, turun 9,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara naik 14,2 persen menjadi lebih dari 1,16 juta, dengan pertumbuhan yang melonjak pada bulan Juli, ketika jumlah wisatawan melonjak lebih dari 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun pelonjakan jumlah wisatawan juga menimbulkan kekhawatiran terhadap perilaku wisatawan terkait ketertiban umum.
Baca juga: Ini 5 Negara Teratas Sebagai Destinasi Kuliner Di Asia
Protes Kalangan Pelajar
Keresahan warga Pulau Jeju terhadap perilaku wisatawan belakangan makin menguat dan menjadi perhatian serius pemerintah lokal. Termasuk yang terbaru, protes dari para pelajar.
Lee Hyun, seorang siswa berusia 11 tahun di Sekolah Dasar Pyoseon, percaya bahwa sopan santun menentukan kepribadian seseorang. Akhir-akhir ini, ia mengamati bahwa banyak turis di Pulau Jeju mengabaikan etiket paling dasar sekalipun.
"Saya pernah melihat turis berbicara keras dan memainkan musik di bus desa di Jeju," ujar Lee.
Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, Lee dan lima temannya mengajukan proposal pada hari Jumat melalui situs web Provinsi Pemerintahan Sendiri Khusus Jeju, yang menyarankan cara untuk meningkatkan etika di kalangan wisatawan. Dalam proposal tersebut, Lee dan teman-temannya menunjukkan bahwa tidak ada saluran yang jelas untuk melaporkan perilaku yang tidak pantas oleh wisatawan.
"Kalau turis Korea, bisa lapor polisi, tapi kalau turis yang cuma lewat Korea, jauh lebih sulit lapor," tulis postingan tersebut. "Dan karena sulit menerapkan sanksi, orang-orang sering kali tidak mau melaporkannya."
Para mahasiswa menekankan perlunya sebuah lembaga yang dapat segera merespons laporan perilaku mengganggu dari wisatawan mancanegara. Meskipun Jeju memiliki pusat pengaduan pariwisata, mereka mencatat bahwa prosesnya terlalu lambat untuk intervensi secara langsung.
Baca juga: Nobel Sastra 2024 Untuk Han Kang, Penulis Wanita Petama Dari Asia
Mereka juga menyarankan untuk membagikan stiker atau pamflet berisi aturan etiket utama kepada wisatawan setibanya di bandara. "Jika stiker tersebut menggunakan pesan yang sederhana dan intuitif dalam berbagai bahasa, orang-orang dapat menempelkannya di tas mereka dan mengingatnya sepanjang perjalanan," tulis para siswa.
Park Kyoung-bum, 35, wali kelas untuk kelas tersebut mengatakan bahwa dia dan murid-muridnya sedang menunggu tanggapan dari pemerintah provinsi. Sementara itu, para siswa merancang contoh stiker etiket dan menghubungi Dewan Provinsi Jeju untuk menanyakan apakah para pejabat bersedia mendengarkan ide mereka.
Lee mengungkapkan harapan bahwa upaya mereka dapat membantu tidak hanya Jeju, tetapi juga Seoul dan tujuan wisata lainnya di seluruh Korea menjadi tempat yang lebih saling menghormati.
"Saya pikir akan lebih baik jika wisatawan asing mempelajari lebih banyak tentang etika Korea (agar semua orang dapat menikmati tempat wisata dengan lebih nyaman)," kata Lee.