c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

04 Oktober 2025

17:39 WIB

Tiga Tanda Masalah Persahabatan Yang Sering Diabaikan

Banyak yang beranggapan punya hubungan persahabatan yang sehat dan jujur karena tak ada konfrontasi langsung. Padahal, ada beragam perilaku yang bisa mengindikasikan suatu relasi bermasalah.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Tiga Tanda Masalah Persahabatan Yang Sering Diabaikan</p>
<p id="isPasted">Tiga Tanda Masalah Persahabatan Yang Sering Diabaikan</p>

Ilustrasi dua sahabat wanita dalam suasana hati senang. Sumber foto: Freepik.

JAKARTA - Terhubung secara sosial dan memiliki persahabatan yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang secara signifikan. Menurut berbagai penelitian, persahabatan yang sehat dapat membangkitkan semangat dan membantu seseorang melewati masa-masa tersulit.

Namun, tidak semua persahabatan akan memberikan dampak yang sama pada setiap orang. Sebagian orang mungkin tak memiliki hubungan persahabatan yang cukup baik. Sebagian lagi mungkin merasa punya sahabat baik, tapi sebenarnya tak bisa memberi dampak signifikan pada kualitas hidup mereka.

Masalahnya, banyak orang masih gagal mengidentifikasi kualitas persahabatannya. Orang itu merasa memiliki sahabat dekat, tapi sadar ada rasa ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bahkan kekecewaan yang tak diungkapkan hanya karena merasa perasaan itu tak serius atau mungkin tak objektif.

Tapi sebenarnya perasaan-perasaan semacam itu jelas sudah menjadi tanda awal bahwa hubungan persahabatan seseorang tidaklah sehat. Pernahkah Anda merasa lebih banyak memberi daripada menerima? Atau pernahkah menyudahi obrolan dengan sahabat itu dengan perasaan semakin terkuras, alih-alih merasa lebih baik atau "tercukupi"? Itu jelas tanda-tanda yang perlu diperhatikan.

Melansir Psychology Today, setidaknya ada tiga tanda umum kalau suatu hubungan persahabatan bermasalah atau tak memberi dampak nyata bagi peningkatan kualitas hidup. Berikut uraiannya!

"Merapat" Hanya Ketika Membutuhkan

Ketika seseorang merasa sangat lelah, lalu ingin bercerita atau mendapat dukungan dari sahabat dekatnya, itu adalah hal yang sangat alami. Karena itu, setiap orang harus saling meminta dan memberi dukungan.

Namun jika seorang sahabat hanya menghubungi atau menemui ketika membutuhkan bantuan atau dukungan, dan jarang menanyakan kabar, mungkin inilah sikap persahabatan yang patut diperhatikan. Sikap teman seperti ini akan membuat Anda merasa lebih seperti penyelamat daripada sahabat.

Jika persahabatanmu seperti itu, mungkin sudah waktunya bertanya, apakah teman tersebut menghargai Anda, atau bantuan Anda.

Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Journal of Research on Adolescence mengeksplorasi bagaimana perilaku menolong dan persahabatan saling terkait. Para peneliti mengungkapkan bahwa praktik saling membantu, di mana kedua belah pihak saling memberi dan menerima dukungan, memainkan peran kunci dalam memelihara persahabatan jangka panjang. Di sisi lain, bantuan sepihak kurang stabil dan lebih bersifat transaksional.

Temuan tersebut juga mengungkap bahwa pertolongan sering kali terjadi di luar pertemanan, yang menunjukkan bahwa hanya karena seseorang mencari bantuan Anda tidak berarti mereka menghargai Anda sebagai teman dekat.

Baca juga: Peer Pressure: Pertemanan Yang Menjadi Sumber Tekanan

Selalu Tentang Mereka

Setiap orang butuh untuk didengar. Bila seorang sahabat terus menempatkan dirinya sebagai pihak yang mesti Anda dengar, dan tak pernah menanyakan tentang perasaan Anda, mungkin itu pertanda kedua.

Beberapa orang mungkin punya kecenderungan seperti itu, menempatkan dirinya sebagai faktor utama dalam relasi pertemanan atau persahabatan dan mengabaikan faktor sebaliknya.

Awalnya, sesi bercerita yang terpaku hanya pada satu pihak mungkin tampak seperti sebuah kedekatan atau kerentanan yang perlu didukung. Namun lama kelamaan, pola seperti itu akan membuat salah satu pihak merasa lelah.

Penelitian yang dipublikasikan di Communication Quarterly menjelaskan bagaimana pengungkapan emosi yang sulit tidak hanya memengaruhi pembicara tetapi juga pendengar. Para peneliti berkesimpulan bahwa semakin besar tanggung jawab yang dirasakan pendengar dan semakin banyak waktu yang mereka habiskan untuk mendengarkan, semakin besar pula tekanan emosional yang mereka alami.

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun dukungan emosional penting, paparan berulang terhadap luapan emosi tanpa filter dan tanpa timbal balik dapat sangat membebani secara emosional.

Ingat, persahabatan bukan hanya tentang kehadiran Anda. Persahabatan juga tentang perasaan diperhatikan, didengarkan, dan diperhatikan sebagai balasannya.

Baca juga: Membela Teman Saat Salah, Tanda Kamu Alami Ultimate Attribution Error

Si Paling Sulit, Si Paling Berjuang

Jika setiap kali Anda berbagi sesuatu, teman itu justru berfokus pada betapa sulitnya hidup mereka atau terus-menerus mencoba mengungguli pengalaman Anda, itu juga tak kalah buruknya. Anda mungkin terjebak dalam pola percakapan yang selalu berfokus pada perjuangan mereka. Hal ini secara halus mengabaikan emosi dan kebutuhan Anda sendiri.

Sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan dalam Anxiety, Stress, and Coping mengeksplorasi dampak dari ketidakabsahan emosional dan menyelidiki bagaimana pengabaian emosional atau tidak mendukung memengaruhi kondisi emosional dan tingkat stres harian seseorang.

Para peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang merasa tidak dihargai secara emosional cenderung mengalami tingkat emosi negatif yang lebih tinggi, terutama dalam situasi sosial dengan orang lain yang tidak terlalu dekat dengan mereka. Mereka juga melaporkan stresor yang lebih sering dan intens sepanjang hari.

Pengabaian dan "pembatalan emosional" memiliki efek yang kuat meredam emosi positif, bahkan saat orang tidak sedang dalam kesusahan. Penelitian ini menyoroti bahwa perasaan diabaikan secara kronis, terutama dalam hubungan dekat seperti persahabatan, dapat mengikis kesejahteraan emosional secara keseluruhan seiring berjalannya waktu.

Ketika seorang teman terus-menerus mengalihkan fokus ke perjuangan mereka, hal itu dapat menyebabkan kelelahan emosional dan keterputusan jangka panjang. Maka itu, mungkin sudah saatnya memikirkan ulang seberapa cocok diri Anda dengan sahabat "si paling menderita" dan "si paling berjuang" itu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar