23 Juni 2022
18:52 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Indonesia kaya akan ragam suku dan budaya, dua identitas ini kemudian menciptakan sebuah kepercayaan yang sedikit banyak dituangkan dalam tradisi-tradisi yang turun temurun masih kerap dilakukan oleh generasi penerus.
Masyarakat suku Jawa salah satunya, punya sebuah kepercayaan yang dikenal dengan istilah Kejawen. Kejawen berasal dari kata Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan orang Jawa.
Ada empat nilai fundamental atau sebagai pilar dalam ajaran Kejawen yakni Mamayu Hayuning Pribadhi (Sebagai rahmat bagi pribadi), Mamayu Hayuning Kulawarga (Sebagai rahmat bagi keluarga), Mamayu Hayuning Sasama (Sebagai rahmat bagi sesama manusia), dan Mamayu Hayuning Bhawana (Sebagai rahmat bagi alam semesta).
Beberapa sumber sejarah menyebutkan, Kejawen lahir dari nilai-nilai yang dianggap baik oleh para leluhur suku Jawa terdahulu. Sebagian nilai juga mengadopsi ajaran agama pendatang kala itu seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Namun, lebih banyak mengadopsi ajaran Hindu dan Buddha dalam perihal ritual.
Baca juga: Lokalitas Kejawen Dalam Film "Jagat Arwah"
Indonesia sendiri hanya mengakui 6 agama, sehingga Kejawen dianggap sebagai aliran kepercayaan semata, tidak tertulis baku dalam sebuah identitas.
Tidak memiliki kitab suci, kepercayaan ini memiliki nilai-nilai yang dianut banyak tertuang dalam karya tulis (naskah) yang bisa dijadikan referensi terpercaya sekaligus bekal dan pedoman tertulis bagi generasi penerus.
Karya tulis Kejawen yaitu, Kakawin (Sastra Kawi), Macapat (Sastra Carakan), Babad (Sejarah), Suluk (Jalan Spiritual), Kidung (Doa-doa), Piwulang (Pengajaran), dan Primbon (Himpunan).
Naskah-naskah ini seluruhnya ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno dan berisi tentang sendi-sendi kehidupan orang Jawa dari kelahiran hingga kematian.
Nilai-nilai yang bersifat universal sehingga selalu pas dijalani berdampingan dengan agama lain yang diakui negara. Maka sering terdengar sebutan Islam Kejawen, Kristen Kejawen dan lain sebagainya.
Baca juga: Mengenal Primbon Sebagai 'Big Data' Leluhur Jawa
Ini bermakna walau secara lahiriah beragama Islam (atau lainnya), namun dalam menjalani kehidupan tetap dapat melalukan ritual keagamaan (beribadah) sekaligus mempercayai nilai dan menjalani tradisi Kejawen.
Maka secara garis besar Kejawen dapat dikatakan sebagai pedoman hidup atau cara pandang kehidupan bagi orang Jawa.
Kejawen juga memiliki tradisi yang sudah melekat dalam kehidupan dan nilai masyarakat Jawa hingga saat ini, seperti Selametan sebagai bentuk memanjatkan doa, Tedhak Siten sebagai bentuk rasa syukur orang tua kepada Tuhan telah dikarunia anak.
Ada pula Mitoni tradisi tujuh-bulanan untuk perempuan yang mengandung anak pertama. Kemudian, Laring Sesaji upacara melarungkan hasil bumi yang dilakukan di pantai utara atau selatan Jawa, sebagai bentuk rasa syukur akan keberkahan alam yang Tuhan berikan.
Kejawen merupakan salah satu warisan budaya yang sudah melekat dan menjadi identitas bagi orang Jawa. Maka masyarakat Jawa sendiri berharap Kejawen dengan beragam ritual, nilai dan tradisi akan terus dijalankan oleh generasi penerus, tidak lekang oleh zaman.