c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 Desember 2023

18:15 WIB

Tak Usah Khawatir, Mycroplasma Pneumonia Tak Separah Covid-19

Dibandingkan dengan covid-19, influenza, atau penyebab pneumonia lain seperti pneumokokus, tingkat keparahan miycroplasma pneumonia jauh lebih rendah

Tak Usah Khawatir, Mycroplasma Pneumonia Tak Separah Covid-19
Tak Usah Khawatir, Mycroplasma Pneumonia Tak Separah Covid-19
Ilustrasi sampel darah Mycoplasma Pneumoniae di tabung uji. Shutterstock/luchschenF

JAKARTA Mycroplasma Pneumonia belakangan menjadi topik yang ramai dibicarakan orang. Tak jarang, ada sejumlah orang yang khawatir dan mengait-ngaitkan fenomena ini dengan pandemi covid-19.

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Nastiti Kaswandani pun menepis anggapan tersebut. Menurutnya, tingkat keparahan mycroplasma pneumonia tidak separah SARS-CoV-2 penyebab covid-19.
 
"Dibandingkan dengan covid-19, influenza, atau penyebab pneumonia lain seperti pneumokokus yang kemarin vaksinnya baru kita adopsi di program nasional, itu keparahan miycroplasma pneumonia jauh lebih rendah," ujarnya dalam konferensi pers virtual terkait miycroplasma pneumonia di Jakarta, Rabu (6/12).
 
Ia mengatakan, mycoplasma pneumonia bukan suatu bakteri yang baru di dunia, berbeda dengan covid-19 yang memang sejak 2019 dikenal sebagai virus baru. Nasiti memastikan, mycoplasma pneumonia sudah lama disebutkan dalam berbagai literasi tentang pneumonia, sebagai bakteri penyebab pneumonia pada anak.
 
Sebelum pandemi pun, kata dia, muncul penelitian di China yang menyebutkan proporsi mycroplasma pneumonia paling tinggi terjadi pada anak prasekolah dan usia anak sekolah sebesar 30 persen. Sedangkan pada bayi mencapai lima persen.
 
  Ia mengatakan gejala yang ditimbulkan hampir mirip dengan gejala Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA), diawali demam kemudian batuk. "Batuk ini mengganggu, bisa sampai dua sampai tiga pekan menetapnya, cukup lama," kata Nastiti.
 
Gejala lainnya yang juga mengiringi pasien mycroplasma pneumonia, lanjutnya, adalah nyeri tenggorok. Pada anak dewasa, terkadang nyeri dada hingga lemas.
 
 Nastiti mengatakan, tingkat mortalitas atau risiko kematian dari penyakit itu relatif rendah, hanya 0,5% sampai 2%. "Itu pun hanya terjadi pada mereka dengan komorbiditas,"cetusnya.

Baca Juga: Dinkes DKI Didesak Antisipasi Mycoplasma Pneumonia
 
Karena itu, Nastiti pun meminta masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan terhadap mycroplasma pneumonia yang kasusnya kini terdeteksi di Jakarta mencapai enam kasus per November 2023. Alasannya, kata dia, gejala ringan yang umum terjadi pada pasien mycroplasma pneumonia dapat sembuh dengan sendirinya.

"Makanya kalau pada literatur di luar negeri mereka sebut nama lainnya walking pneumonia, karena ini anaknya masih bisa jalan-jalan, beraktivitas biasa. Tidak seperti gambaran pneumonia tipikal yang anaknya harus diinfus pakai oksigen, dirawat inap di rumah sakit," tuturnya.
 
Nastiti menambahkan, istilah walking pneumonia menunjukkan pasien dalam kondisi klinis pasien cukup baik, sehingga masih bisa beraktivitas. "Sehingga sebagian besar kasusnya bisa dirawat jalan dan pemberian obat secara minum dan anaknya bisa sembuh sendiri," ujar Nastiti.

Obat Efektif
 Terkait dengan obat, Nastiti menyatakan, golongan obat makrolida yang umum dipakai untuk mengatasi infeksi pernapasan, efektif mengatasi mycroplasma pneumonia.
 
"Obat utama untuk pneumonia tersedia di Indonesia sudah lama, karena memang penyakitnya bukan penyakit baru. Golongan makrolida yang paling banyak dipakai azitromisin dan klaritromisin," kata Nastiti.

Ia mengatakan, tata kelola perawatan pasien mycroplasma pneumonia pada anak diawali dengan pengecekan level gejala oleh dokter, untuk memastikan apakah pasien perlu dirawat inap atau rawat jalan. Gejala yang ditimbulkan pun hampir mirip dengan gejala Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA), diawali demam kemudian batuk dalam durasi dua hingga tiga pekan.
 
Gejala lainnya yang juga mengiringi pasien mycroplasma pneumonia adalah nyeri tenggorokan. Pada anak dewasa, terkadang nyeri dada hingga lemas.
 
 "Tapi ingat, tidak semua pasien batuk, pilek, gejala selesma, diberikan antibiotik. Jangan sedikit-sedikit dikasih golongan obat makrolida. Tidak perlu terjadi kepanikan dan cegah antibiotik yang tidak perlu," serunya.

Ia mengatakan, dokter dapat berkonsultasi dengan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kemenkes RI, manakala terjadi keterbatasan diagnosis pasis. Misalnya, kata Nastiti, saat terjadi ketidakcocokan gambaran klinis dengan indikasi pada pasien.
 
 "Misalnya rontgennya agak parah, tapi gambaran klinis pasien baik-baik saja, itu salah satu petunjuk kalau dokter mengalami keterbatasan diagnosis. Kemenkes sudah ada saran jika ada kecurigaan, kirim ke BKPK untuk diperiksa spesimennya," ungkapnya.

Baca Juga:  IDAI Jelaskan Sebab Pneumonia Pada Anak

Kepada masyarakat, Nastiti berpesan agar menyikapi mycroplasma pneumonia dengan membiasakan diri taat pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui mencuci tangan menggunakan sabun, penggunaan masker saat sakit, serta menjaga etika batuk.
 
 "Khusus untuk anak, tentunya ASI eksklusif, nutrisi seimbang, dan lengkapi imunisasi yang sudah diselenggarakan program nasional imunisasi," katanya.
 
 Ia menambahkan imunisasi terkait pneumonia yang sudah diadopsi di program nasional adalah DPT-Hib, campak, PCV. "Lengkapi imunisasinya, biarpun kena mycroplasma pneumonia, tidak terjadi keparahan, bisa diobati, dan bisa sembuh beraktivitas seperti semula," tandasnya.

Pakai Masker
 Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi, mengimbau masyarakat untuk kembali disiplin memakai masker, menyusul adanya temuan kasus pneumonia di DKI Jakarta.
 
 "Sudah ada laporan lisan dari fasilitas kesehatan (faskes) dan saat ini sedang dalam tahap konfirmasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta. Masyarakat diimbau memakai masker sebagaimana mestinya," kata Imran, Selasa.
 
 Ia menyampaikan, hingga saat ini Kemenkes masih mengonfirmasi berapa jumlah pasien yang dirawat kepada Dinkes DKI Jakarta. Hanya saja, berdasarkan informasi terbaru dari fasilitas kesehatan yang menangani, pasien mengalami gejala ringan dan sedang dirawat jalan.
 
 Sebelumnya, Imran juga menyebutkan, mycoplasma, bakteri penyebab utama wabah pneumonia pada anak-anak di China, merupakan bakteri umum yang mengakibatkan infeksi pernapasan sebelum covid-19.
 
 "Di China, mycoplasma memang menjadi kasus terbanyak pada kasus pneumonia. Mycoplasma itu bakteri, bukan virus, dan merupakan penyakit penyebab umum infeksi pernapasan sebelum masa covid-19," ucap Imran.

Baca Juga: Pneumonia Merebak Di China, Kemenkes: Masyarakat Jangan Panik

Ia menjelaskan, mycoplasma adalah penyebab umum influenza dan penyakit paru, dengan kejadian 8,6%. Berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi peningkatan kasus mycoplasma pneumonia sejak Mei 2023 di China.
 
 "WHO mendeteksi adanya sinyal pneumonia belum terdiagnosis, utamanya pada anak yang dipublikasikan di jurnal Promed pada 22 November 2023. Tiga dari empat pasien didiagnosis terinfeksi mycoplasma, selain ada pengaruh lainnya seperti SARS-COV dan influenza," ujar dia.

Imran menyebutkan, Kemenkes juga menyampaikan delapan rekomendasi WHO kepada masyarakat guna mencegah penularan mycoplasma pneumonia. Pertama yakni rekomendasi vaksin untuk melawan influenza, covid-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan.
 
 Kedua, menjaga jarak dengan orang yang sakit. Ketiga, tetap tinggal di rumah dan tidak berpergian saat sakit atau melakukan isolasi mandiri. Keempat, menjalani tes dan perawatan medis sesuai kebutuhan, dan kelima, memakai masker sebagaimana mestinya.
 
 "Keenam, memastikan ventilasi yang baik, dan ketujuh, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir," tuturnya.
 
 Terakhir, ia juga menegaskan agar masyarakat segera menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat jika mengalami tanda-tanda atau gejala pneumonia. Seperti batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan demam.

 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar